Oleh : pak
Agus Balung
Khodam artinya pelayan, jongos,
orang yang disuruh-suruh. Manusia adalah makhluk yang lemah, kekuatannya
terbatas tapi keinginan dan kebutuhannya tiada batas. Untuk memenuhi
kebutuhannya yang banyak itu, biasanya manusia melibatkan orang lain. Kalau
dalam urusan rumah tangga ia minta bantuan pada orang lain yang disebut dengan
pembantu. Untuk menghandel pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, ia butuh
seorang asisten atau ajudan. Dan masih banyak lagi fenomena adanya manusia yang
membantu sesama manusia lainnya.
Tapi, terkadang kita mendengar
berita, bahwa pelayan yang dimiliki manusia tidak hanya terdiri dari manusia,
ada orang yang mengaku bahwa ia punya pembantu dari makhluk lain. Mereka sering
menyebut pelayan yang tidak tampak mata itu dengan istilah Khodam. Ada yang mengaku punya khodam jin, dan ada juga yang mengaku punya khodam malaikat yang
didapat dari hasil riyadhoh yang
berat.
Lalu benarkah malaikat bisa dijadikan khodam
seorang manusia, yang bisa ia suruh-suruh kapan saja? Yang bisa ia setir sesuai kebutuhan dan
kehendaknya, yang bisa ia perintah apa saja sesuai dengan kemauanya,
seperti halnya pembantu manusia yang ada dirumahnya? Ataukah itu hanya klaim
mereka saja? Atau khadam yang mereka klaim sebagai malaikat bukanlah malaikat,
tapi hanyalah jin dan syetan yang memperdayainya serta berusaha menyesatkannya?
Baca terus tulisan ini..
Malaikat itu Tentara Allah, Bukan Khodam Manusia
Dewasa ini banyak media cetak yang
menawarkan iklan kepada pembacanya, terutama media yang bernafaskan mistik.
Iklan yang ditawarkan bukan sembarang iklan, tetapi iklan yang menawarkan
kepada pembaca untuk bisa memiliki pembantu atau pelayan. Pelayan yang
ditawarkan pun bukan sembarang pelayan, tapi pelayan dari jenis makhluk ghaib,
yaitu jin atau malaikat. Sebagian orang telah memahami bahwa bersekutu dengan
jin atau syetan hukumnya haram, maka mereka takut dan tidak mau mengambil
resiko. Tapi jika dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan khadam itu bukan jin
melainkan malaikat, maka banyak orang tergiur dengan iklan provokatif itu.
Karena menurut pemahaman mereka malaikat adalah makhluk yang identik dengan
kebaikan dan jauh dari kekhufuran. Akhirnya merekapun berusaha untuk bisa
memiliki khodam yang diklaim sebagai malaikat tersebut, walaupun harus merogoh
kocek yang lumayan besar.
Di antara iklan-iklan provokasi
kreatif tersebut, misalnya, salah satu contoh, adalah Batu Raja Sulaiman. Menurut si empunya
salah satu khasiat dari batu tersebut adalah untuk menjadikan tubuh kebal
senjata tajam , dan juga untuk melancarkan usaha serta menagih hutang dengan
khadam malaikat. Harga batu yang ditawarkan pun variatif, ada yang berharga Rp
1.000.000, dan ada yang bernilai Rp. 2.000.000, dan ada pula yang seharga Rp
3.000.000. Bahkan di sebuah propinsi di Sumatera ada pasien yang harus membeli
baju “anti senjata” dengan uang 10 juta.
Ada juga iklan yang menawarkan Aji
Malaikat Muqqarabin yang diyakini bisa menjadikan pemiliknya kebal senjata,
berwibawa, tidak mempan disantet, selalu selamat dan beruntung. Harga yang
ditawarkan lebih murah dari iklan sebelumnya, yaitu Rp 295.000.
Ada juga yang tidak berani terus
terang bahwa yang ditawarkan itu adalah khadam malaikat. Hanya saja dia
mengiklankan khadam pendamping untuk membantu segala keperluan atau masalah.
Khadam dihadirkan dari dalam tubuh sendiri, tanpa puasa, sesajen, tumbal atau
perjanjian. Bukan setan, jin kafir atau
black magic. Untuk semua agama dan
calon pemilik harus datang langsung, hanya untuk kebaikan.
Itulah sebagian dari iklan-iklan yang
bertebaran di tengah masyarakat.
Benarkah manusia bisa menjadikan
malaikat sebagai khadam atau pelayan yang bisa disuruh kapan saja dan untuk apa
saja ? Apakah manusia bisa menculik malaikat lalu dijadikan sandra yang bisa
diperintah dan dijadikan budak ? Atau ritual-ritual yang dilakukan oleh manusia
bisa mendatangkan malaikat, lalu malaikat itu berkhidmah kepadanya serta
melayani setiap keperluannya ? Melindungi majikannya kala terancam bahaya, atau
membuatnya sakti kebal senjata serta mempermudah segala urusannya ? Marilah
kita mencari jawabannya dalam syari’at Islam.
Siapakah malaikat itu ? Menurut kamus
besar bahasa Indonesia, malaikat adalah makhluk Allah SWT yang taat, diciptakan dari cahaya, mempunyai
tugas khusus dari Allah SWT. (Kamus besar bahasa Indonesia: 705).
Sedangkan DR.’Umar Sulaiman al-Asyqar
mendefinisikan malaikat sebagai makhluk Allah SWT yang bukan termasuk komunitas
manusia atau jin. Mereka adalah makhluk yang mulia, sarat dengan kesucian,
kebersihan dan kecemerlangan. Mereka makhluk yang bertaqwa, senantiasa menyembah
Allah SWT dengan sebaik-baik penyembahan. Mereka selalu melaksanakan semua
perintah yang dibebankan Allah kepadanya, dan tidak akan bermaksiat kepada
Allah SWT selamanya.
Rasulullah SAW bersabda,“ Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang telah dijelaskan kepada kalian (tanah)”. (HR.Muslim).
Malaikat-malaikat itu adalah tentara-tentara Allah sebagaimana yang diungkapkan Al-Qur’an,“
Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri“. (QS.al-Mutaddatsir:
31). Hanya Allah SWT yang mengendalikan mereka. Tak seorangpun manusia,
termasuk para Nabi dan Rasul yang bisa memerintah atau melarang malaikat. Allah
SWT berfirman,“Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril
dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.“ (QS.al-Qadr: 4).
Malaikat tidak turun ke bumi kecuali
dengan perintah Allah, bukan perintah manusia. Malaikat Jibril mengakui sendiri
bahwa ia tidaklah turun kecuali atas perintah Allah SWT. Ia berkata, ”Dan
tidaklah kami turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu.” (QS.Maryam: 64).
Mereka diciptakan oleh Allah SWT dan
masing-masing mengemban tugas khusus dari-Nya. Ada yang tugasnya tidak
berhubungan sama sekali dengan manusia. Seperti malaikat yang ditugaskan untuk
menyangga ‘Arsy, “Dan pada hari itu delapan malaikat menjunjung ‘Arsy
Tuhanmu di atas (kepala) mereka.” (QS al-Haqqah: 17).
Ada juga yang tugasnya menjaga
gunung, sebagaimana diceritakan Rasulullah SAW saat kaumnya yang tidak merespon
seruan Rasulullah, ”Malaikat gunung mendatangiku dengan mengucapkan salam, lalu
dia berkata: “Wahai Muhammad ! Sesungguhnya Allah SWT telah mendengar apa yang
dikatakan kaummu kepadamu, saya malaikat gunung. Dan Tuhanmu (Allah SWT) telah
mengutusku untuk mendatangimu, agar aku mengikuti apa yang kamu perintahkan,
apa yang kamu inginkan. Kalau kamu mau, aku akan melemparkan dua gunung Mekkah
kepada mereka.” Rasulullah SAW menjawab, “Tidak, yang aku inginkan semoga Allah
SWT mengeluarkan dari tulang rusuk mereka (keturunan) yang menyembah Allah SWT
semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun.” (HR.Bukhari dan
Muslim).
Ada juga malaikat yang ditugasi
dengan tugas yang berhubungan dengan manusia secara langsung. Seperti mencatat
amal manusia yang baik dan yang buruk,“Tiada satu ucapan pun yang
diucapkannya, melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.”
(QS.Qaaf:18). Atau memohon ampunan untuk orang mukmin, “malaikat-malaikat
yang memikul ’Arsy dan malaikat yang berada disekelilingnya bertasbih memuji
Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang
yang beriman…“(QS. Al-Mukmin: 7). Menyampaikan salam orang mukmin ke
Rasulullah SAW, “Sesungguhnya Allah SWT mempunyai malaikat-malaikat yang
menelusuri bumi untuk menyampaikan salam umatku kepadaku.“ (HR.Nasa’i,
Hakim dan dishahihkan oleh Al-Abani dan Adz-Dzahabi). Sebagaimana ada juga
malaikat yang ditugaskan untuk menjaga manusia, “Dan Dialah yang mempunyai
kekuatan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu
malaikat-malaikat penjaga…“ (QS. Al-An’am: 61).
Berdasarkan ayat tersebut, memang
ada malaikat yang ditugaskan Allah SWT untuk menjaga manusia, tapi bukan
menjadi khadam atau pelayannya. Yang memerintahkan mereka adalah Allah SWT,
bukan manusia. Allah SWT berfirman, “Bagi manusia ada Mu’aqqibatun
(malaikat-malaikat) yang selalu mengikutinya bergiliran, mereka menjaganya atas
perintah Allah SWT.“ (QS.ar-Ra’d: 11).
Ibnu Abbas berkata, “Yang
dimaksud dengan Mu’aqqibatun dalam ayat tersebut adalah malaikat-malaikat yang
ditugaskan Allah untuk menjaga manusia didepan dan di belakangnya. Apabila ada
sesuatu yang telah ditakdirkan Allah untuk menimpanya, maka para malaikat itu
meninggalkannya,“
Bahkan Mujahid (murid Ibnu Abbas)
berkata,“ Tidaklah seorang hamba kecuali baginya malaikat yang ditugaskan untuk
menjaganya di saat tidur atau terjaga, menjaganya dari gangguan jin, sesama
manusia dan binatang buas. Dan tidaklah sesuatu yang akan menimpa hamba
tersebut kecuali malaikat tersebut mengingatkannya, kecuali kalau sesuatu itu
telah ditaqdirkan Allah SWT untuk menimpanya.“
DR. Wahbah az-Zuhali berkata, “
Ada dua malaikat yang menjaga manusia di depan dan di belakangnya. Dan ada juga
dua malaikat lain yang ditugaskan Allah untuk mencatat amal baik dan buruk
manusia yang berada di samping kanan dan kirinya. Allah berfirman,“ (yaitu)
ketika dua malaikat mencatat perbuatannya, seseorang duduk di sebelah kanan dan
yang lain duduk disebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya,
melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.“ (QS.Qaaf:17
– 18).
Berarti bagi setiap manusia empat
malaikat di waktu siang dan empat malaikat di waktu malam, mereka bergiliran.
Dua bertugas untuk menjaganya dan dua mencatat amalnya, sebagaimana yang
disabdakan Rasulullah, “para malaikat bergantian mengiringi kalian di malam
hari dan di siang hari. Mereka berkumpul di waktu shalat shubuh dan shalat
ashar. Maka ketika (malaikat) yang berjaga di malam hari naik, Allah akan
menanyai mereka (padahal Allah lebih tahu dari mereka),“ bagaimana kalian
meninggalkan hamba-hambaku?“ mereka menjawab,“sewaktu kami datang, mereka lagi
shalat. Dan sewaktu kami tinggalkan, mereka juga lagi shalat,“ (HR.
Bukhari).
Dan di riwayat lain rasulullah
bersabda, “Sesungguhnya ada (malaikat) yang tidak meninggalkan kalian
kecuali saat di toilet dan ketika bersetubuh (dengan istri atau suami), maka
malulah terhadap mereka dan hormatilah mereka“
Memang ada malaikat yang selalu
menyertai kita, dan yang mengendalikan mereka adalah Allah. Mereka bertugas
atas perintah Allah Swt, bukan perintah manusia. Kalau manusia ingin supaya
mereka terus melindunginya serta membantu dalam menyelesaikan permasalahan yang
dihadapinya, hendaklah memohon kepada Allah SWT. Dan cara memohon harus sesuai
dengan tuntunan Rasulullah SAW. Kalau tidak sesuai, syetan akan bermain. Bukan
malaikat yang turun, tapi malah jin atau syetan yang datang. Malaikat adalah tentara
Allah bukan Khadam manusia.
Wallahu a’lam bisshowab
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. Amin,
insya Allah/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar