Jumat, 29 November 2013

HISTORITICAL ILMU HIKMAH



HISTORITICAL  ILMU  HIKMAH

(SEPUTAR ILMU HIKMAH, Part : 5)

Oleh  :  pak Agus Balung


Banyak masyarakat kita punya anggapan bahwa Rajah, Wifiq, Isim dan Hizib adalah bagian dari ilmu hikmah. Padahal pengertian dari ilmu hikmah yang sebenarnya bukanlah seperti itu. Rajah, Wifiq, Isim dan Hizib lebih tepat disebut sebagai ilmu kesaktian atau ilmu perdukunan. Dan sangat jauh berbeda dengan pemahaman ilmu hikmah yang sebenarnya.

Selama ini masyarakat kita menjadikan Rajah, Wifiq, Isim dan Hizib untuk memohon datangnya pertolongan yang diyakini mampu membantu mereka untuk memenuhi keperluan atau mewujudkan keinginan, dan ada juga yang menjadikannya sebagai media perlindungan diri dari segala marabahaya yang ada. Untuk pengasihan (guna-guna atau pelet), untuk kekebalan agar tidak mempan senjata tajam dan peluru, untuk penjagaan diri dari kejahatan jin dan syetan, untuk pengobatan beberapa macam penyakit, untuk memperlancar datangnya rizki, untuk meraih jabatan atau pangkat, dan kebutuhan duniawi lainnya.




Dari mana asal mula datangnya ilmu seperti itu? Tidak ada keterangan pasti atau referensi yang dapat dipercaya yang mampu menjelaskan asal muasal datangnya ilmu yang mereka sebut dengan ilmu hikmah. Banyak ayat dan hadits yang menjelaskan tentang ilmu hikmah, tetapi yang dimaksud oleh al-Qur’an dan hadits tersebut bukanlah ilmu hikmah yang banyak diiklankan di media massa. Bukan ilmu hikmah yang berupa Wifiq, Rajah, Isim atau Hizib.


Menurut KH. Dr. Said Agil Siradj (dosen pasca sarjana UIN Jakarta), dalam majalah Al Kisah edisi no.4/th.2006, beliau menyebutkan : “Ilmu hikmah bukanlah ilmu tasawuf, dan juga bukan semacam karamah. Tetapi kalau ilmu hikmah diamalkan sesuai aturan, akan membawa hasil yang diharapkan, tidak peduli apakah yang mengamalkan itu orang baik, setengah baik, atau tidak baik (orang jahat).”

Selanjutnya masih dalam majalah yang sama, beliau mengutip pendapat Imam Abdullah Sahal at-Tasturi yang mengatakan bahwa ilmu hikmah adalah ilmu kuno (awail), yang diturunkan oleh Allah khusus kepada orang yang bernama Hurmus yang keberadaannya sampai sekarang masih diperdebatkan.

Ada yang mengatakan bahwa ia adalah Nabi Idris, ada yang mengatakan bahwa ia adalah seorang tokoh di zaman Babylonia, dan ada yang mengatakan bahwa ia adalah tokoh Mesir kuno sebelum Fir’aun. Hurmus inilah yang menerjemahkan nilai-nilai ghaib menjadi kenyataan. Dari Hurmus itulah terbentuk kata Hermeunetik, yaitu upaya menafsirkan sesuatu yang ghaib menjadi nyata.

Beliau juga mengatakan bahwa mengenai  hubungan antara ilmu hikmah dengan jin,  hal itu dilakukan sebelum Islam datang. Setelah itu memakai khadam jin Islam. Menurutnya, tidak salah menggunakan khadam jin Islam untuk tujuan-tujuan yang baik.

Sampai sekarang masih ada kiai yang punya `penjaga rohani’ di belakang layar. Misalnya Kiai Hamid di Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Dia juga mengatakan bahwa kakeknya (Kiai Said) juga punya khadam yang mampu melindunginya dari kejaran tentara Belanda yang saat itu mengejar-ngejarnya.

Masih di majalah yang sama, KH. Syafi’I Hadzami mengakui bahwa hadits-hadits yang berkaitan dengan ilmu hikmah (yang mereka maksud) jarang yang bersanad kuat, bahkan banyak yang tidak bersanad. Karena hadits-hadits itu didapat oleh para ulama melalui mimpi. Mereka mengaku bertemu Rasulullah yang menganjurkannya membaca bacaan-bacaan tertentu.

Dengan begitu, ilmu hikmah seperti yang dipahami banyak masyarakat selama ini sumber dan asal muasalnya tidak jelas. Tidak ada hadits shahih yang mengabarkan bahwa Rasulullah pernah mengamalkan ilmu seperti itu, begitu juga para shahabatnya.

Dan Rasulullah telah mengajarkan kepada kita cara berlindung dari kejahatan semua makhluk, jin dan manusia. Cara tersebut telah dikumpulkan oleh para ulama dalam kitab-kitab hadits. Cara Rasulullah inilah yang harus kita praktikkan dan kita lestarikan. Dan cara yang tidak jelas sumbernya seharusnya kita tinggalkan. Apalagi kalau kita tidak paham akan bacaannya, jangan-jangan malah ada kesyirikan di dalamnya. Akibatnya bisa fatal kan?


Ilmu Hikmah yang Berbeda

Ilmu Hikmah yang semacam itulah yang menyimpang dari apa yang telah dicontohkan Nabi kita Muhammad, Rasulullah SAW. Bentuk penyimpangan bisa terjadi pada materi bacaan dan juga dalam cara penguasaannya.
Termasuk penyimpangan bacaan di antaranya, membaca bacaan yang tidak jelas maknanya dan juga sumbernya.
Misalnya, amalan ilmu hikmah melindungi diri dari gangguan syetan di perjalanan. Bacaan yang diperintahkan adalah Tuhuronin” (5x),  disambung ayat 21-24 dari surat al-Hasyr, lalu ditutup dengan huruf Ha’ (3x) dan Hamzah (7x). meskipun ayat yang disebutkan itu jelas bersumber dari al-Quran, tetapi kalimat pembuka dan penutupnya tidak dimengerti maknanya.
Bentuk penyimpangan dalam cara pelaksanaan atau penguasaannya, masih dengan amalan tersebut, si pemberi amalan ilmu hikmah ini menyuruh para pengamalnya untuk menulis bacaan tersebut di kain putih atau kertas putih, lalu di bawah pergi ke mana-mana selama dalam perjalanan.
Laiknya orang dalam perjalanan, baik via darat, laut, atau udara. Terkadang dalam perjalanan, kita ingin buang air kecil atau air besar. Kalau tulisan ayat itu harus dibawa pergi kemana-mana, berarti kita harus membawa ayat ke toilet atau WC. Padahal perbuatan itu menyalahi syari’at. Di samping itu, tidak ada dasarnya dalam al-Qur’an ataupun al-Hadits yang menjelaskan bahwa syetan takut pada orang yang membawa tulisan seperti itu. Inilah contoh kecil dari bentuk penyimpangan dari amalan yang banyak beredar di masyarakat yang mereka sebut dengan ilmu hikmah.

Kalau amalan tersebut kita bandingkan dengan ajaran Rasulullah, sangat jauh berbeda. Dengan tujuan dan maksud yang sama, agar kita dilindungi oleh Allah dari aangguan syetan saat keluar rumah atau saat bepergian.

Rasulullah tidak menyuruh kita untuk menulis di kertas atau kain lalu dikantongi, tetapi Rasulullah menyuruh kita untuk membaca. Bacaan yang diajarkan Rasulullah jelas merupakan do’a berlindung kepada Allah, tidak ada kata yang tidak bisa dipahami, hal itu berbeda dengan amalan di atas yang katanya termasuk ilmu hikmah.

Inilah ajaran Rasulullah kepada umatnya apabila ingin selamat dari gangguan syetan dalam perjalanan. Anas bin Malik berkata: Rasulullah bersabda, “Barangsiapa keluar dari rumahnya membaca: `Bismillah (dengan nama Allah), aku bertawakkal kepada Allah, tiada daya dan kekuatan kecuali bersama Allah”. Maka dikatakan kepadanya: `Dengan do’a itu, Kamu telah tercukupi dan terlindungi’. Dan syetan pun akan menjauh darinya’.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan al-Albani).

Sungguh jauh berbeda, antara ilmu hikmah yang mereka ajarkan dengan yang diajarkan oleh Rasulullah. Meskipun yang pertama menggunakan ayat-ayat al­-Qur’an, tetapi dicampur dengan kalimat yang tidak bisa dimengerti. Cara pelaksanaannya pun berlainan dengan yang diajarkan oleh Rasulullah. Amalan mana yang Anda pilih?
Kegunaannya sama. Tetapi yang satu sumbernya tidak jelas, sedangkan satunya bersumber dari wahyu yang dijamin kebenarannya.

Pastilah kita akan memilih yang jelas dan kebenarannya terjamin, karena do’a adalah inti dari ibadah. Bagaimana mungkin kita beribadah dengan benar kalau menyalahi ajaran Rasulullah ?


Wallahu a’lam

Kamis, 28 November 2013

RASULULLAH BUKAN SUPER HERO



RASULULLAH  BUKAN  SUPER  HERO

(Seputar Ilmu Hikmah, Part : 4)

Oleh  :  pak Agus Balung

Saat ini begitu banyak informasi yang diterima oleh saudara saudara seiman kita tentang berbagai macam ilmu yang mengindikasikan bahwa seseorang itu bisa ini, bisa itu, seperti misalnya  kebal senjata tajam, menghilang, mengobati sakit seseorang dalam waktu singkat, dan macam macamlah. Ternyata itu semua bukan sekedar informasi dari mulut ke mulut, akan tetapi sudah banyak iklan yang menawarkannya, baik lewat media cetak ataupun media elektronik on line. Bahkan disertai dengan bumbu dan janji yang memikat.
Yang ternyata semua itu, tidak pernah terjadi pada masa Rasulullah. Dan Rasulullah SAW juga tidak pernah mengajarkan pada ummatnya agar kita menjadi sakti mandraguna.

Rasulullah mengajarkan, agar  supaya kita dilindungi oleh Allah dari aangguan syetan saat keluar rumah atau saat bepergian. Rasulullah tidak menyuruh kita untuk menulis ayat ayat al Quran di kertas atau kain lalu dikantongi, dan tidak pernah menyuruh macam macam, melakukan ini, melakukan itu, tetapi Rasulullah menyuruh kita untuk membaca. Bacaan yang diajarkan Rasulullah jelas merupakan do’a berlindung kepada Allah. Inilah ajaran Rasulullah kepada umatnya apabila ingin selamat dari gangguan syetan dalam perjalanan.
Anas bin Malik berkata: Rasulullah telah bersabda, “Barangsiapa keluar dari rumahnya membaca: `Bismillah (dengan nama Allah), aku bertawakkal kepada Allah, tiada daya dan kekuatan kecuali bersama Allah”. Maka dikatakan kepadanya: `Dengan do’a itu, Kamu telah tercukupi dan terlindungi’. Dan syetan pun akan menjauh darinya’.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan al-Albani).

Pada era Rasulullah, saat dakwah Islam mulai disebarkan, banyak terjadi gesekan dengan agama lain yang lebih dahulu berkembang di Mekkah atau Madinah dan wilayah sekitarnya. Mereka yang tidak rela saat melihat Islam terus melaju dan berkembang, mulai melakukan intimidasi, teror dan sabotase. Tidak hanya sebatas ancaman dan gertakan, tetapi sudah sampai pada tindak kekerasan dan teror fisik. Beberapa pengikut Rasulullah mulai syahid berguguran dalam rangka mempertahankan akidah Islam mereka.
Intimidasi kaum kafir terhadap orang-orang muslim tidak hanya terjadi di Mekkah. Setelah mereka hijrah ke Madinah pun teror itu terus berlanjut. Akhirnya perang demi perang tak terelakkan. Orang kafir berusaha menghentikan dakwah Rasulullah, sementara itu Rasulullah dan para sahahabatnya bertekad untuk terus menyebarkan ajaran Islam sampai titik darah pengahabisan.

Saat itu jumlah umat Islam masih sangat sedikit, berbeda sangat jauh dibanding jumlah mereka yang kafir dan memusuhi Islam. Dalam Perang Badar (perang yang pertama), jumlah pasukan Islam 313 orang. Sedangkan jumlah pasukan orang kafir 1300 orang, dilengkapi dengan kendaraan perang yang memadahi dan senjata-senjata perang yang lebih dari cukup. Sedangkan dalam Perang Uhud, jumlah pasukan Islam 700 orang yang mulanya berjumlah 1000 orang. Sementara pasukan kafir berjumlah 3000 orang, dengan menggunakan 3000 ekor unta, 200 ekor kuda dan dilengkapi 700 baju besi. Sungguh merupakan kekuatan bilangan yang tak sebanding. Paling tidak, satu pasukan muslim harus berhadapan dengan 3 orang lebih.

Dalam kondisi seperti itu, apakah Rasulullah mengajarkan kepada para shahabatnya ilmu yang mampu membuat kulit mereka kebal senjata tajam? Agar mereka sanggup menghadapi kekuatan lawan yang berlipat-lipat dengan persenjataan yang lebih lengkap. Tidak, sekali lagi tidak. Tidak ada kitab sejarah yang terpercaya dan menceritakan hal-hal seperti itu. Justru malah sebaliknya, kitab-kitab sejarah itu mengabarkan puluhan shahabat Rasulullah yang syahid di medan perang karena tikaman senjata lawan. Ratusan shahabat yang terluka, terkena sabetan dan goresan serta tusukan senjata lawan. Bahkan Rasulullah sendiri, giginya patah kena panah, tubuhnya juga bersimbah darah.

Apakah Rasulullah tidak tahu bahwa ada ilmu Hikmah yang bisa membuat kulit seseorang kebal senjata tajam. Apakah Anda punya pikiran bahwa Rasulullah sebodoh itu? Rasulullah adalah orang yang paling dikasihi dan dicintai oleh Allah. Begitu juga para shahabatnya, mereka adalah generasi terbaik dan paling dicintai oleh Allah SAW dan rasul-Nya. Kalau memang ada ilmu yang bisa membuat badan kebal senjata tajam, pasti Allah akan memberikannya kepada hamba-hamba-Nya yang dicintainya. Agar jumlah umat Islam yang berperang mempertahankan kesucian agama-Nya tidak berkurang atau mati disebabkan senjata lawan.


PARA SAHABAT YANG MULIA GUGUR JUGA

Bahkan sejarah Islam telah mencatat, paman Rasulullah yang bernama Hamzah bin Abdul Mutthalib yang bergelar `Singa Allah’, mati syahid oleh senjata musuh. Umar bin Khatthab, mertua Rasulullah yang gagah berani, syetan pun takut berpapasan dengannya. Utsman bin `Affan, menantu Rasulullah yang bergelar `Pemilik dua cahaya’. Ali bin Abi Tahlib, menantu Rasulullah yang menjadi khalifah Rasul yang keempat. Semua sosok mulia itu matinya disebabkan tikaman senjata lawan.

Mereka tidak kebal, kulit-kulit mulia mereka bisa dirobek senjata. Masih banyak lagi shahabat Rasulullah lainnya, hamba-hamba Allah yang paling bertakwa, melalui siang dengan puasa, melewati malam dengan tahajjud, yang mati syahid di ujung senjata musuh. Radhillohu `anhum aua radhu `anhu.

Mereka tidak kebal,  mereka tidan sakti mandraguna, mereka ternyata bukan Super hero, kulit-kulit mulia mereka bisa dirobek senjata. Masih banyak lagi shahabat Rasulullah lainnya, hamba-hamba Allah yang paling bertakwa, melalui siang dengan puasa, melewati malam dengan tahajjud, yang mati syahid di ujung senjata musuh. Radhillohu `anhum aua radhu `anhu.
Akhirnya siar Islam terus berkembang sampai ke zaman kita ini, dan sampai kiamat nanti.
Menilik kembali sejarah Islam dari generasi Islam yang terbaik, atau melihat kembali sejarah para Nabi dan Rasul, kita akan mendapati suatu kenyataan bahwa tidak ada satupun dari generasi terbaik tersebut yang pernah mempelajari ilmu kebal. Padahal mereka adalah generasi yang telah dipuji oleh Allah dalam Al-Qur’an. Tilik saja berbagai peristiwa peperangan yang telah dilalui oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam. Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya bukanlah orang-orang yang kebal bacok, atau kebal sayatan pedang. Mereka juga terluka bahkan sebagian sahabat gugur sebagai syahid di medan perang. Ini menunjukkan bahwa ilmu kebal bukanlah ilmu yang diturunkan dari para Nabi dan Rasul, tidak juga berasal dari generasi salaf yang shalih.

Mari kita baca kembali sirah para Nabi dan Rasul. Bacalah sirah Nabi Zakariyah ‘alaihissalaam. Beliau wafat dalam keadaan digergaji oleh kaum beliau yang membangkang. Padahal, kalaulah hal itu diperbolehkan, beliau akan meminta bantuan jin untuk memperoleh ilmu kebal dengan melakukan ritual-ritual di atas agar tidak mempan digergaji, bukankah beliau berjuang membela agama Allah.
Demikian juga bagaimana perjuangan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam telah patah gigi beliau dalam peperangan atau bagaimana beliau dilempari batu oleh penduduk Tha`if. Lihat juga bagaimana perjuangan para sahabat radhiyallaahu ‘anhum dalam berbagai peperangan! Lihatlah para sahabat radhiyallaahu ‘anhum yang gugur di medan perang!
Kenapa mereka semua tidak menggunakan ilmu kebal? Karena mereka tahu bahwa ilmu kebal seperti itu bukanlah ilmu yang berasal dari ajaran Islam yang benar dan melibatkan bantuan jin. Kalaupun ada, hal itu adalah karamah yang telah Allah ta’ala karuniakan kepada mereka yang lurus aqidahnya. Para mujahidin juga tidak menang tidak menang berjihad melawan orang kafir karena ilmu kebal, atau karena diisi atau dengan mengamalkan amalan tertentu, atau karena rajah atau diberikan amalan tertentu. Mereka menang karena semata pertolongan Allah.
Satu-satunya Nabi dan Rasul yang diberikan mukjizat yang diberikan wewenang dan kekuasaan untuk memanfaatkan kekuatan jin hanyalah Nabi Sulaiman ‘alaihissalaam. Hanya beliaulah satu-satunya manusia yang diberikan wewenang itu. Setelah beliau, para nabi yang lain tidak diberikan wewenang itu. Para Nabi itu diperintahkan untuk berjuang dengan segala resiko fisik, bahkan resiko kematian. Dan betapa banyak Nabi dan Rasul wafat dibunuh oleh para pembangkang.
Walaupun Rasulullah dan para sahabat bukan super hero, namun sejarah membuktikan beliau beliau mampu mengalahkan kaum musyrikin, sehingga panji panji Islam tetap berkibar sempai sekarang.
Subahanallah.


Jumat, 15 November 2013

FENOMENA TAHAN BACOK



FENOMENA TAHAN BACOK
(SEPUTAR ILMU HIKMAH : Part 3)
Oleh  :  pak Agus Balung

Di media massa, baik media cetak maupun media on line, banyak  bertaburan iklan  yang menawarkan jasa pengisian secara instan ilmu tahan bacok dan sejenisnya. Untuk itu, saya mencoba mengangkat sekilas tentang ilmu kebal ini, materi saya sarikan dari tulisan Abu Shofiyah Aqil Azizi. Semoga bermanfaat bagi kita semua, amin.

Kita semua sudah maklum, bahwa Indonesia, negeri kita tercinta ini, merupakan negeri yang subur akan perklenikan, ada banyak praktisi yang menawarkan ilmu kebal ini. Adapun tatacara atau metode untuk mendapatkannya bisa bermacam-macam tergantung dari praktisi tersebut.
Tersebutlah Kiai Salik, seorang guru kekebalan. Hanya dengan komat-kamit membaca mantra, Salik dikabarkan mampu menyetrum manusia dengan kesaktian. Hasilnya, dalam sekejap, seseorang jadi superman. Pedang setajam apa juga tak akan mampu merobek kulit. Pelor pun hanya mampu menyentuh dan lantas mental jatuh ke tanah. Sedang panas api membara tak berdaya menghanguskan mereka yang sudah ditulari ilmu. Syarat-syaratnya pun ditanggung ringan. Cukup datang dan berminat.
Salik buka praktek seperti dokter. Pasiennya mengalir setiap hari. Bisnis “mengisi” agar orang jadi kebal itu telah mengangkat hidup Salik. Kini ia tak perlu lagi bertani dan berdagang untuk mengasapi dapurnya. Biasanya, sebelum mantra sakti dibisikkan, pasien yang datang kepada Salik terlebih dahulu melewati serangkaian upacara sederhana. Para langganan harus duduk di atas golok yang diletakkan di atas sajadah. Tapi sebelum itu tidak boleh lupa meletakkan duit di dekat golok. Besarnya lebih dari Rp 10 ribu (saat itu, entah kalau sekarang).  “Duit itu memang bagian dari upacara pengisian kekebalan,” kata Salik. Sebelum dikerudungi kain putih, “calon orang kebal” harus minum sebagian dari segelas air putih yang ditaburi sejumput ketan hitam. Sisanya dibasuhkan ke sekujur tubuh. Sembari memegang kepala pasien, Kiai Salik baru membacakan mantra saktinya. Maka, selesai rangkaian prosesi itu.
Di Desa Loram Kulon, Jati, Kudus, Jawa Tengah, ada Sunarwi juga pasang tawaran ilmu. Namun, menularkan kiat kekebalan Sunarwi lebih berat dibanding Salik. Muridnya untuk mendapatkan kekebalan diwajibkan mengadakan kenduri opor ayam dan nasi putih. Ayamnya jago putih mulus, berasnya empat kilogram. Bila jatuh tepat 1 Syuro, murid-murid Sunarwi wajib mandi di sungai sebatas dada, tepat pada jam 24.00. Mereka juga kudu menyelam sebanyak 49 kali. Entahlah, apa makna angka-angka itu. Yang jelas, setiap malam Jumat, murid Sunarwi harus keluar rumah, tepat jam 24.00. Menghadap ke arah timur, untuk bersemadi meminta ampun kepada Allah. Barulah Sunarwi memberi jimat yang berbau kearab-araban.

Ilmu Kebal dalam  Islam
Seorang muslim hendaknya mengembalikan setiap permasalahan dan problematika kehidupannya kepada Allah dan Rasul-Nya shallallaahu ‘alaihi wasallam, yakni dengan mengembalikannya kepada hukum-hukum Islam yang berasaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih. Sehingga jelas hukum dan jawaban dari permasalahan tersebut. Termasuk juga mengembalikan permasalahan ilmu kebal ini kepada Islam itu sendiri.
Berbagai ritual diadakan untuk mendapatkan ilmu kebal tersebut. Pada kisah yang pertama, disebutkan bahwa untuk mendapatkan ilmu kebal tersebut, mereka diwajibkan menjalankan ritual puasa selama 30-40 hari. Secara sekilas, nampaknya ritual yang dilakukan adalah ritual yang syar’i, yakni berpuasa. Tapi betulkah seperti itu? Ternyata tidak. Cobalah periksa lebih lanjut, maka akan timbul beberapa pertanyaan berkenaan ritual yang dilakukan untuk mendapatkan ilmu kebal ini, yakni:
Adakah puasa yang lebih banyak dilakukan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam yang diajarkan oleh beliau kepada umatnya melebihi banyaknya puasa di bulan Ramadhan, yakni selama 29 atau 30 hari (satu bulan penuh)? Setelah kita menilik hadits-hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, tidak kita jumpai beliau berpuasa lebih banyak dari bilangan di bulan Ramadhan. Akan tetapi coba perhatikan bilangan puasa yang ditentukan oleh manusia-manusia sakti ini! Untuk mendapatkan ilmu kebal, mereka diwajibkan berpuasa selama 30-40 hari! Allaahulmusta’an.
Kemudian, hal lain yang perlu kita cermati adalah para manusia sakti tersebut diwajibkan berpuasa selama 30-40 hari untuk memperoleh kesaktian berupa ilmu kebal ini. Apakah mereka memiliki Tuhan selain Allah ta’ala yang mewajibkan puasa untuk mendapatkan ilmu kebal? Atau apakah mereka memiliki Nabi dan Rasul  yang lain selain Rasulullah Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam yang mensyari’atkan puasa untuk memperoleh ilmu kebal? Jika mereka jawab tidak, lalu siapa yang mewajibkan dan mensyari’atkan mereka untuk berpuasa selama 30-40 hari untuk memperoleh ilmu kebal?
Puasa yang diwajibkan oleh Allah dan Rasul-Nya shallallaahu ‘alaihi wasallam hanya ada tiga, yakni puasa wajib di bulan Ramadhan, puasa nadzar dan puasa qadha` untuk membayar hutang puasa. Selain dari tiga puasa itu tidaklah wajib hukumnya. Maka, dari mana mereka bisa mewajibkan sesuatu yang tidak diwajibkan oleh Allah dan Rasul-Nya?
Allah ta’ala memperingatkan kita agar tidak mengikuti selain apa yang Dia turunkan. Allah ta’ala berfirman,
اتَّبِعُواْ مَا أُنزِلَ إِلَيْكُمْ مِّن رَّبِّكُمْ وَلاَ تَتَّبِعُواْ مِن دُونِهِ أَوْلِيَاءَ قَلِيلاً مَّا تَذَكَّرُونَ
“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti selain itu.” (QS. Al-A’raf: 3)
Allah ta’ala memerintahkan kepada kita untuk mengikuti apa yang datang dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam. Allah ta’ala berfirman,
وَمَا ءَاتٰكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهٰكُمْ عَنْهُ فَانتَهُواْ
“Apa yang diberikan Rasul kepada kalian, maka terimalah. Danapa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.” (QS. Al-Hasyr: 7)
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pun telah memberitahukan kepada kita bilangan bulan dalam Islam, yakni terkadang 29 hari, terkadang 30 hari. Termasuk juga bilangan hari di bulan Ramadhan adalah 29 atau 30 hari. Dan bilangan inilah bilangan puasa di bulan Ramadhan yang mana pada bulan tersebut kita diperintahkan untuk berpuasa selama satu bulan penuh, yakni 29 atau 30 hari. Lalu bagaimana mungkin para pendekar sakti itu diwajibkan berpuasa 30 bahkan sampai 40 hari untuk memperoleh ilmu kebal?
Dari sini kita bisa mengetahui bahwa puasa untuk mendapatkan ilmu kebal seperti itu bukanlah ajaran Islam. Dahulu, saya (Abu Shofiyah Aqil Azizi), pernah mengikuti sebuah perguruan bela diri. Saat itu sampailah saya mempelajari tenaga dalam. Sebelum latihan tenaga dalam itu, ada beberapa bacaan yang saya dan teman-teman saya harus baca. Di antara bacaan itu adalah ayat-ayat mu’awidzatain (Al-Falaq dan An-Naas) dan beberapa bacaan lainnya yang juga berasal dari Al-Qur’an. Maka, bacaan-bacaan itulah yang harus dibaca setiap kali mengeluarkan jurus tenaga dalam tersebut. Setelah membaca bacaan-bacaan itu, kami pun melakukan gerakan-gerakan bela diri dengan mengolah pernapasan. Terkadang kami disuruh untuk menarik napas panjang-panjang, menahannya dan mengeluarkannya. Maka, ketika kami menghentakkan tangan kanan ke depan sebagai tanda memukul, maka lawan yang berada di depan kami terhempas ke belakang tanpa harus menyentuh lawan tersebut.
Saya tidak ragu lagi bahwa kekuatan-kekuatan tersebut didapatkan dengan melibatkan bantuan jin. Meskipun mendapatkan kekuatan itu dengan mengamalkan amalan-amalan yang diklaim sebagai amalan yang Islami. Akan tetapi setelah kita telisik lebih jauh, ternyata amalan-amalan tersebut tidak diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Sementara, kita dilarang meminta tolong kepada jin untuk mendatangkan manfaat atau menolak mudharat.    Allah ta’ala berfirman,
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الْإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا
“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, Maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (QS. Al-Jin: 6)

Marilah kita baca kembali sirah para Nabi dan Rasul. Bacalah sirah Nabi Zakariyah ‘alaihissalaam. Beliau wafat dalam keadaan digergaji oleh kaum beliau yang membangkang. Padahal, kalaulah hal itu diperbolehkan, beliau akan meminta bantuan jin untuk memperoleh ilmu kebal dengan melakukan ritual-ritual di atas agar tidak mempan dibacok.
Demikian juga bagaimana perjuangan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam telah patah gigi beliau dalam peperangan atau bagaimana beliau dilempari batu oleh penduduk Tha`if. Lihat juga bagaimana perjuangan para sahabat radhiyallaahu ‘anhum dalam berbagai peperangan! Lihatlah para sahabat radhiyallaahu ‘anhum yang gugur di medan perang!
Kenapa mereka semua tidak menggunakan ilmu kebal? Karena mereka tahu bahwa ilmu kebal seperti itu bukanlah ilmu yang berasal dari ajaran Islam yang benar dan melibatkan bantuan jin. Kalaupun ada, hal itu adalah karamah yang telah Allah ta’ala karuniakan kepada mereka yang lurus aqidahnya. Para mujahidin juga tidak menang tidak menang berjihad melawan orang kafir karena ilmu kebal, atau karena diisi atau dengan mengamalkan amalan tertentu, atau karena rajah atau diberikan amalan tertentu. Mereka menang karena semata pertolongan Allah.
Satu-satunya Nabi dan Rasul yang diberikan mukjizat yang diberikan wewenang dan kekuasaan untuk memanfaatkan kekuatan jin hanyalah Nabi Sulaiman ‘alaihissalaam. Hanya beliaulah satu-satunya manusia yang diberikan wewenang itu. Setelah beliau, para nabi yang lain tidak diberikan wewenang itu. Para Nabi itu diperintahkan untuk berjuang dengan segala resiko fisik, bahkan resiko kematian. Dan betapa banyak Nabi dan Rasul wafat dibunuh oleh para pembangkang.
Dengan demikian, kita tahu bahwa ilmu kebal bukanlah ajaran Islam. Ilmu kebal yang didapatkan dengan melakukan berbagai ritual tidak lain dengan melibatkan bantuan jin yang mana meminta bantuan jin dalam hal seperti ini hukumnya haram.
Allaahua’lam bish-shawaab.
(Sumber : disarikan dari tulisan Abu Shofiyah Aqil Azizi)