Oleh : pak Agus Balung
Kali ini akan saya angkat pengalaman seorang rekan, sebut
saja Erham, dalam suatu fragmen kisah dengan gurunya. Pengalaman Erham ini sarat dengan falsafah
dan penuh dengan hikmah yang insya Allah bermanfaat bagi kita semua, bagi anda
dan saya. Insya Allah. Kalau toh pun ada perbedaan pemahaman, itu wajar, dan
bilamamana memang demikian adanya, anggap saja ini sebagai sebagai wacana penyubur
spiritual kita.
Inilah kisahnya :
Pernah suatu ketika, guru kedatangan tamu yang punya hajat
mencalonkan diri sebagai kepala desa. Dia minta tolong didoakan agar supaya
hajatnya terkabul, dan dia terpilih menjadi kepala desa. Gurupun berujar : “Saya doakan. Pak, tapi ada
syaratnhya. Saya minta uang 5 juta rupiah, saya jamin jadi. Kalau gagal,
biarlah rumah dan kebun ini untuk bapak, dan jadi milik bapak.”
Tentu saja orang itu gembira, rupanya dia begitu yakinnya
akan perkataan guru bahwa dia akan berhasil. Mendengar perkataan guru, saya
juga heran, koq berani beraninya guru berkata demikian, bukankah segalanya itu
Allah yang menentukan.
Setelah tamu itu pulang, guru memanggil saya, : “Nak, diatas
meja itu ada uang 5 juta, besar kan jumlahnya ?
Uang itu milik kamu, peganglah.”
Saya terkejut mendengar itu, setengah gak percaya, uang itu untuk saya
?, benar gak, sih. Jujur saat itu saya dalam kondisi susah, sekedar
untuk beli rokok ketengan saja susah, dan guru tahu itu. Disaat saya terpuruk
dan membutuhkan uang, guru menyodorkan uang
Guru melanjutkan : “Uang itu
kamu punya, simpanlah, gunakan
dengan baik, dan belilah apa yang kamu mau. Besok kamu pergi kerumah orang tadi, kamu
yang berangkat. Sekali lagi, uang itu
milik kamu. Tapi ingat, kalau kamu
selalu memikirkan uang itu, apa lagi memikirkan akan beli ini, beli itu, orang
itu akan kalah. Dan kalau orang itu kalah, maka rumah ini dan kebun bapak akan
diambil oleh orang itu, sesuai dengan perjanjian. Ingat itu.”
Saya sekali lagi terkejut mendengar perkataan guru, bahwa
saya yang berangkat kerumah orang tadi, dan yang lebih terkejut lagi, saya sama
sekali tidak boleh memikirkan tentang uang tersebut, apalagi mikir mau
digunakan apa saja uang itu. Dan semalaman guru mengulang ngulang syarat yang
harus saya lakukan itu. Saya bingung,
pusing, tak tahu harus bagaimana, sementara besok saya harus berangkat ke rumah
orang itu. Betul betul bingung, lebih
bingung lagi kata kata guru yang menekankan agar uang 5 juta itu jangan sampai
terlintas dalam pikiran saya. Masya
Allah.
Sayapun berangkat kerumah orang yang punya hajat itu sesuai
perintah guru, setiba dirumah orang itu saya masih juga bingung, gak tahu apa
yang harus saya lakukan, karena yang utama adalah menghilangkan pikiran tentang
uang 5 juta itu dalam benak saya. Sayapun pasrah kepada Allah, mohon
pertolongan pada Allah, agar bisa focus, dan bisa melupakan uang itu.
Maka ditempat orang yang punya hajat itu saya bisanya cuma
berdzikir dan berdzikir pada Allah, yang pada titik tertentu sayapun sudah
tidak ingat lagi pada “hajat” orang tersebut, mau kalah apa mau menang dalam
pemilihan kepala desa, saya sama sekali tidak ingat. Saya juga tidak ingat dengan uang 5 juta yang semula selalu menggoda
dibenak saya. Yang ada dipikiran saya
cuma berdzikir dan berdzikir terus pada Allah.
Sehingga sampai suatu ketika saya tersadar dari dzikir ketika mendengar
suara teriak teriak dan tangisan.
Sayapun keluar dari kamar dan bertanya pada orang orang tentang apa yang
terjadi. Ternyata, orang itu, tamu guru
kemaren itu, ternyata menang dalam pemilihan…….Allahu Akbar.
Dengan senyum dibibir yang khas guru menyambut kedatangan
saya, dari bibirnya meluncur kalimat kalimat indah dan berbobot. : “Inna
lillahi wa inna ilaihi rojii’un,
bagaimana nak dengan jihadmu.
Berat bukan jihad melawan diri sendiri ?.”
Saya hanya bisa tersenyum ditengah energy yang terkurang
habis. Kemudian guru melanjutkan
wejangannya : “Nak…..kamu telah mendapatkan buah kehidupan yang manis sekali,
yaitu, Hakekat permohonan itu adalah pada saat ketika kamu sudah lupa dengan
apa yang kamu mohonkan. …..dan disitulah Allah berfirman kun fayakun.
Dan satu lagi, kamu sudah berlatih dengan latihan yang sangat
berharga, yaitu, uang itu ada dalam genggaman kamu, bukan dalam hati kamu. Ingat ingat itu,
dan pertahankan hal itu, nak.”
Begitulah cara guru mendidik saya, bukan bunga yang guru ajarkan, tapi buah
yang harus saya cari. Bunga hanya terlihat indah ketika dipandang, itupun hanya
sesaat, setelah itu bunga akan rontok, berguguran. Sementara buah, akan mampu memberikan energy
pada kita, dan sebagaimana kita tahu, energy sangat bermanfaat pada tubuh
kita.
Semoga yang sedikit ini bisa menjadi renungan bagi kita. Insya Allah.
Wallahu a’lam