Oleh : pak Agus Balung
Fenomena alam yang selalu muncul
pada musim penghujan adalah petir. Petir akan selalu mengiringi turunnya hujan
di setiap musimnya. Dalam bahasa Arab, petir berasal dari kata ra’ada, yar’udu, atau ra’dan, yang berarti gemuruh. Maksudnya, adalah suara
yang didengar dari awan. Sedangkan ash-Shawa’iq (kilat) adalah api (cahaya) yang muncul dari langit
bersamaan dengan suara petir yang keras.
Ketika ditanya tentang petir, Ibnu Taimiyyah mengatakan,
“Dalam hadits marfu’ (sampai kepada Nabi Muhammad saw) pada riwayat At-Tirmidzi dan selainnya, Nabi
saw ditanya tentang petir, lalu beliau menjawab, : “Petir
adalah malaikat yang diberi tugas mengurus awan dan bersamanya pengoyak dari api yang memindahkan awan sesuai dengan kehendak Allah.’”
Petir
diciptakan agar kita selalu ingat kepada Allah atas segala yang diciptakan-Nya di dunia
ini.
Inilah peringatan Tuhan dalam bentuk yang lain.
Begitu juga ketika Ali ditanya, sebagaimana dikatakan Al-Kharaithi dalam Makarimil
Akhlaq, ia mengatakan, “Petir
adalah
malaikat,
dan
suaranya
itu
adalah
pengoyak
di
tangannya.”
Dan dalam riwayat lain dari Ali juga, ”Suaranya itu adalah pengoyak dari besi
di tangannya.”
Ketika menafsirkan surat al-Baqarah,
ayat 19, As-Suyuthi
mengatakan bahwa petir adalah malaikat yang ditugasi mengatur awan. Ada juga
yang berpendapat bahwa petir adalah suara malaikat. Sedangkan kilat (barq)
adalah kilatan cahaya dari cambuk malaikat tersebut untuk menggiring mendung.
(Lihat dalam Tafsir Jalalain)
Petir menurut ilmu pengetahuan
Dari beberapa makna di atas, nampak
bahwa ada sebagian ulama yang menafsirkan petir sebagai malaikat. Namun, secara
ilmiah, menurut Harun Yahya, petir
dapat terjadi ketika tegangan listrik pada dua titik terpisah di atmosfer
masih dalam satu awan, atau antara awan dan permukaan tanah, atau antara dua permukaan tanah –-mencapai tingkat tinggi. Makna ini menunjukkan bahwa petir merupakan
proses alam.
Kilat petir terjadi dalam bentuk
setidaknya dua sambaran. Pada sambaran pertama muatan negatif (-) mengalir dari
awan ke permukaan tanah. Ini bukanlah kilatan yang sangat terang. Sejumlah
kilat percabangan biasanya dapat terlihat menyebar keluar dari jalur kilat
utama. Ketika sambaran pertama ini mencapai permukaan tanah, sebuah muatan
berlawanan terbentuk pada titik yang akan disambarnya dan arus kilat kedua yang
bermuatan positif terbentuk dari dalam jalur kilat utama tersebut langsung
menuju awan.
Dua kilat tersebut biasanya beradu
sekitar 50 meter di atas permukaan tanah. Arus pendek terbentuk di titik
pertemuan antara awan dan permukaan tanah tersebut, dan hasilnya sebuah arus
listrik yang sangat kuat dan terang mengalir dari dalam jalur kilat utama itu
menuju awan. Perbedaan tegangan pada aliran listrik antara awan dan permukaan
tanah ini melebihi beberapa juta voltase.
Menurut Harun Yahya, energi yang
dilepaskan oleh satu sambaran petir lebih besar daripada yang dihasilkan oleh
seluruh pusat pembangkit tenaga listrik di Amerika. Suhu pada jalur di mana
petir terbentuk dapat mencapai 10.000 derajat Celcius. Suhu di dalam tanur
[tempat pembakaran] untuk meleburkan besi adalah antara 1.050 dan 1.100 derajat
Celcius. Panas yang dihasilkan oleh sambaran petir terkecil dapat mencapai 10
kali lipatnya. Panas yang luar biasa ini berarti bahwa petir dapat dengan mudah
membakar dan menghancurkan seluruh unsur yang ada di muka bumi.
Perbandingan lainnya, suhu permukaan
matahari tingginya 700.000 derajat Celcius. Dengan kata lain, suhu petir adalah
1/70 dari suhu permukaan matahari. Cahaya yang dikeluarkan oleh petir lebih
terang daripada cahaya 10 juta bola lampu pijar berdaya 100 watt. Sebagai
pembanding, satu kilatan petir menyinari sekelilingnya secara lebih terang
dibandingkan ketika satu lampu pijar dinyalakan di setiap rumah di Istanbul.
Bagaimana petir bisa seterang itu
cahayanya? Itu adalah kuasa Allah. Yang
jelas, jauh-jauh hari Allah telah menerangkan di dalam kitab suci-Nya bahwa
terangnya petir yang super itu mampu menyilaukan mata siapa saja yang melihatnya,
bahkan kita tak sanggup untuk melihatnya. Allah berfirman, "Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan." (QS. An Nuur : 43)
Karena itu, bagi sebagian orang,
petir terlihat sangat menakutkan dengan suara yang amat menggelegar yang
membuat pekak telinga. Bahkan orang Jawa dulu menganggap petir sebagai Batara
Kala. Dalam kisah orang Jawa yang ada hubunganya dengan kisah pewayangan,
Batara Kala adalah dewa yang berbentuk Buto (raksasa jahat) yang selalu
meminta tumbal manusia.
Pada zaman modern sekarang pun petir
dianggap sebagai sesuatu yang menakutkan. Hal itu tentu berdasarkan fakta
adanya banyak kerugian, baik materi maupun korban jiwa akibat petir. Di
Amerika dan Eropa, petir menjadi momok yang menakutkan.
Namun, kita sebagai umat Islam,
sejatinya, menjadikan petir sebagai peringatan agar selalu dekat dengan Allah,
agar kita selalu ingat kepada-Nya. Rasa takut yang diakibatkan oleh petir,
hendaknya, membuat kita semakin yakin untuk berpikir bahwa sewaktu-waktu Dia
pun akan mengirimkan azab kepada kita berupa sambaran petir, jika kita tidak
mau beriman dan bertakwa kepada-Nya, persisi seperti yang dialami oleh kaum ‘Aad
dan Tsamud dahulu.
Karena itu, banyak sahabat Nabi yang
menyarankan agar kita membaca asma Allah saat petir datang. ‘Ikrimah mengatakan bahwasanya Ibnu ‘Abbas tatkala mendengar
suara petir beliau mengucapkan, “Subhanalladzi sabbahat lahu’ (Maha
suci Allah yang petir bertasbih kepada-Nya). (Lihat Adabul Mufrod no.
722, dihasankan oleh Syekh Al-Albani)
Sementara bagi Abdullah bin Az Zubair,
apabila mendengar petir, dia menghentikan pembicaraan, kemudian
mengucapkan, “Subhanalladzi yusabbihur ro’du bihamdihi wal malaikatu min
khiifatih” (Maha Suci Allah yang petir dan para malaikat bertasbih
dengan memuji-Nya karena rasa takut kepada-Nya). Kemudian ia mengatakan,
”Inilah ancaman yang sangat keras untuk penduduk suatu negeri”.
Selain itu, banyak manfaat ekologis
yang didapatkan dari adanya petir, yaitu untuk kesuburan tanah. Dulu, sebelum
penelitian ilmiah dilakukan, banyak orang yang bertanya-tanya, apa sih
sebenarnya manfaat petir? Kenapa al-Qur’an sedemikian khusus melukisnya dalam
surat Ar-Ra’d (guruh), padahal efek yang ditimbulkan petir itu sangat
menakutkan?
Namun, setelah dilakukan penelitian
ilmiah ternyata petir itu banyak manfaatnya. Saat petir menyambar tidak hanya
terjadi pembentukan lapisan ozon, tapi banyak terjadi reaksi-reaksi kimia lain
antara udara dengan air hujan yang sedang turun. Misalnya nitrogen dengan air
sehingga saat air sampai di bumi, menjadikan tanah lebih subur karena mendapat
pasokan nitrogen lebih banyak.
Maka benarlah firman Allah swt, “Dan Dia menurunkan hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya” [QS 30 : 24].
Petir juga berfungsi saat awal
proses pembentukan bumi. Pada awalnya, bumi tidak memiliki atmosfer seperti
sekarang. Itu sebabnya banyak meteor yang jatuh ke bumi. Pada waktu itu petir
bisa ribuan kali lebih dahsyat dari petir yang sekarang. Melalui proses yang
lama akhirnya atmosfer dapat terbentuk akibat petir juga. Terbayang seperti apa
apabila tidak ada petir. Saat kita melihat petir, maka kita patut kagum pada
keagungan Allah sekaligus bersyukur kepada-Nya. Sebab, ini bisa jadi
peringatan-Nya dalam bentuk yang lain.
AllahuAkbar, Allah maha
besar…..semoga yang sedikit ini menambah kadar keimanan kita, amin, insya
Allah.
( Dari berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar