Sabtu, 28 Desember 2013

BERSHALAWAT, SEBAGAIMANA ALLAH DAN RASULNYA



BERSHALAWAT,  SEBAGAIMANA ALLAH DAN MALAIKATNYA
(THE MAGIC OF SHALAWAT,  Part : 4)

Oleh  :  pak Agus Balung


Dalam sequel yang keempat “The Magic of Shalawat” ini saya akan mengetengahkan tulisan yang saya sarikan dari tulisan Ustadz Yusuf Mansyur, yang saya ambil dari twitter beliau.

Di antara kiat untuk menjadi sukses adalah mengikuti dan meniru cara yang dilakukan oleh orang-orang yang sudah sukses.   Dengan demikian, maka insya Allah kesuksesan juga akan bisa kita raih.

Dalam hal shalawat,  tidak tanggung-tanggung,  yang kita contoh dan yang kita tiru adalah Allah SWT dan para malaikat-Nya. (QS al-Ahzab : 56).

Subhanallah. Jika kita mau bershalawat untuk Nabi SAW, maka kita telah meniru apa yang dilakukan Allah dan malaikat-Nya. Inilah pesona shalawat. Lalu kesuksesan apa yang akan kita raih dengan bershalawat  ?

Allah yang Mahakuasa, yang di tangan-Nya segala kesuksesan, keselamatan, kemuliaan, kehormatan, telah memerintahkan kita selaku hamba-Nya untuk bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW, yakni manusia yang paling dicintai-Nya.
Dan, masya Allah, Allah melakukan hal itu; bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW.

Tabarakallah. Mahasuci Allah Yang telah meninggikan nama Nabi Muhammad, sehingga tidak disebut La ilaha illallah, tanpa Muhammad Rasulullah. Allah “menyejajarkan”, “menyandingkan” nama-Nya yang Mahaagung dan Mahamulia, dengan nama Nabi Muhammad di dalam kalimat tauhid, kalimat syahadat.

Masya Allah, ingin menangis rasanya.Ya Rasulallah, izinkan kami, umatmu ini, bershalawat untukmu.   “Allahumma shalli wa sallim wa barik ‘ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala alihi wa-dzurriyyatihi, wa ashhabihi wa ummatihi.”

Silahkan, mau pakai Sayyidina, boleh. Nggak pakai, juga boleh. Tapi, sebaiknya pakai Sayyidina, sebagai bentuk penghormatan kita untuk membedakan menyebut namanya dengan nama manusia lain.

Saya,  (baca : Yusuf Mansyur)  mengajar tentang shalawat, alhamdulillah atas izin Allah, saya merasa sangat bahagia. Saya mengajarkan kepada diri saya, keluarga saya, dan siapa saja yang mau percaya dan mengikuti untuk membaca shalawat.

Sungguh,  jika anda inginkan  segala kemudahan dan kesuksesan, maka perbanyaklah bershalawat kepada Rasulullah SAW.  Semakin rutin dan banyak jumlahnya, maka akan semakin baik. Dengan begitu, shalawat akan menjadi salah satu pakaian amal kita sehari-hari.

Banyak itu kira-kira minimal 100 kali dalam sehari. Kalau masalah yang dihadapi lagi berat, dan kebutuhan banyak, maka perbanyaklah lagi bershalawat. Kalau perlu hingga1.000 kali dalam sehari atau lebih.

Jika yang demikian itu rutin kita lakukan, sering kita baca, misalnya 40 hari atau 100 hari tanpa putus, insya Allah, segala kemudahan akan menyertai kita.  Cobalah.  
Anda tidak akan rugi.

Jika sudah merasa ada kemajuan, maka teruskanlah bershalawat dalam setiap kesempatan. Dan jika belum, teruslah mencoba dengan sepenuh keyakinan dalam menjalankan amalan yang juga dilakukan Allah dan malaikat-Nya ini.
Insya Allah, Anda akan merasakan manfaatnya. Apalagi, jika kita juga melakukan amal-amal saleh dari amalan-amalan sunnah yang diajarkan Rasulullah, niscaya shalawat itu akan lebih bermakna dan bertenaga.

Shalawat paling pendek, Shallallahu ‘ala Muhammad.   Dan di antara shalawat yang paling keren adalah shalawat yang dipakai dalam tahiyyat akhir saat shalat, yakni Shalawat Ibrahimiyyah.

Di situ, kita juga menyebut nama Nabi Ibrahim AS, sang kekasih Allah. Semoga kita yang hina ini, selalu diizinkan Allah untuk beramal dengan amalan Allah, yakni bershalawat. Amin.

Allahumma shalli wa sallim wa barik ‘ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala alihi wa-dzurriyyatihi, wa ashhabihi wa ummatihi.

(Disarikan dari tulisan : Ustadz Yusuf Mansyur)

Senin, 16 Desember 2013

BERSHALAWAT, TUKANG RIBA'PUN MENERIMA SYAFAAT



BERSHALAWAT, TUKANG RIBA’PUN MENERIMA SYAFAAT

(THE MAGIC OF SHALAWAT,  Part : 3)

(Oleh  :  pak Agus Balung)


Dalam sequel ke tiga The Magic of Shalawat ini, saya ketengahkan penuturan Sufyan ats Tsauri yang mengkisahkan bagaimana syafaat Rasulullah ini diberikan kepada siapa saja, termasuk kepada tukang riba’. Semoga kisah ini mampu memberikan inspirasi kepada kita agar kita selalu bershalawat kepada Nabi kita yang mulia. Amin.


Dikisahkan pada suatu ketika Sufyan ats-Tsauri menuturkan  : 

“Aku pergi menunaikan ibadah haji. Manakala aku Thawaf di Ka’bah, aku melihat seorang pemuda yang tak berdoa apapun selain hanya bershalawat kepada Nabi SAW. Baik saat  di Ka’bah, di Padang Arafah, di mudzdalifah dan Mina, atau ketika dia tawaf di Baytullah, doanya cuma satu, yaitu hanya shalawat kepada Baginda Nabi SAW.”

Saat kesempatan yang tepat itu datang,  maka akupun berkata kepadanya dengan hati-hati, “Sahabatku, ada doa khusus untuk setiap tempat. Jikalau engkau tidak mengetahuinya, perkenankanlah aku mengajarimu.”

Namun, dia berkata, “Aku tahu semuanya. Izinkan aku menceritakan apa yang terjadi padaku agar engkau mengerti tindakanku yang aneh ini.”
“Aku berasal dari Khurasan. Ketika para jamaah haji mulai berangkat meninggalkan daerah kami, ayahku dan aku mengikuti mereka untuk menunaikan kewajiban agama kami. Naik turun gunung, lembah, dan gurun. Kami akhirnya memasuki kota Kufah. Disana ayahku jatuh sakit, dan pada tengah malam dia meninggal dunia.Dan aku mengkafani jenazahnya.

Agar tidak mengganggu jemaah lain, aku duduk menangis dalam batin dan memasrahkan segala urusan pada Allah SWT. Sejenak kemudian, aku merasa ingin sekali menatap wajah ayahku, yang meninggalkanku seorang diri di daerah asing itu.

Akan tetapi, kala aku membuka kafan penutup wajahnya, aku melihat kepala ayahku berubah jadi kepala keledai. Terhenyak oleh pemandangan ini, aku tak tahu apa yang mesti kulakukan. Aku tidak dapat menceritakan hal ini pada orang lain.

Sewaktu duduk merenung, aku seperti tertidur.
Lalu, pintu tenda kami terbuka, dan tampaklah sesosok orang bercadar. Seraya membuka penutup wajahnya, dia berkata, “Alangkah tampak sedih engkau! Ada apakah gerangan?”
Aku pun berkata, “Tuan, yang menimpaku memang bukan sukacita. Tapi, aku tak boleh meratap supaya orang lain tak bersedih.”

Lalu orang asing itu mendekati jenazah ayahku, membuka kain kafannya, dan mengusap wajahnya. Aku berdiri dan melihat wajah ayahku lebih berseri-seri ketimbang wajah tuanya. Wajahnya bersinar seperti bulan purnama. Melihat keajaiban ini, aku mendekati orang itu dan bertanya, “Siapakah Anda, wahai kekasih kebaikan?”
Dia menjawab, “Aku Muhammad al Musthafa” (semoga Allah melimpahkan kemuliaan dan kedamaian kepada Rasul pilihanNya).

Mendengar perkataan ini, aku pun langsung berlutut di kakinya, menangis dan berkata, “Masya Allah, ada apa ini? Demi Allah, mohon engkau menjelaskannya ya Rasulullah.”
Kemudian dengan lembut beliau berkata, “ayahmu dulunya tukang riba. Baik di dunia ini maupun di akhirat nanti. Wajah mereka berubah menjadi wajah keledai, tetapi disini Allah Yang Mahaagung mengubah lagi wajah ayahmu.

Ayahmu dulu mempunyai sifat dan kebiasaan yang baik. Setiap malam sebelum tidur, dia melafalkan shalawat seratus kali untukku. Saat diberitahu perihal nasib ayahmu, aku segera memohon izin Allah untuk memberinya syafaat karena shalawatnya kepadaku. Setelah diizinkan, aku datang dan menyelamatkan ayahmu dengan syafaatku.”

Sufyan melanjutkan penuturannya,  Anak muda itu berkata, “Sejak saat itulah aku bersumpah untuk tidak berdoa selain shalawat kepada Rasulullah, sebab aku tahu hanya shalawatlah yang dibutuhkan manusia di dunia dan di akhirat.”

Dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW telah bersabda bahwa, “Malaikat Jibril, Mikail, Israfil, dan Izrail Alaihumus Salam telah berkata kepadaku. Jibril As. berkata, “Wahai Rasulullah, siapa yang membaca shalawat atasmu tiap-tiap hari sebanyak sepuluh kali, maka akan kubimbing tangannya dan akan ku bawa dia melintasi titian seperti kilat menyambar.”
Berkata pula Mikail As., “Mereka yang bershalawat atasmu akan aku beri mereka itu minum dari telagamu.” Dan Israfil As. berkata pula, “Mereka yang bershalawat kepadamu, maka aku akan bersujud kepada Allah SWT dan aku tidak akan mengangkat kepalaku sehingga Allah SWT mengampuni orang itu.”
Kemudian Malaikat Izrail As. pun berkata, ”Bagi mereka yang bershalawat atasmu, akan aku cabut ruh mereka itu dengan selembut-lembutnya seperti aku mencabut ruh para nabi.”

Bagaimana kita tidak cinta kepada Rasulullah SAW?
Sementara para malaikat memberikan jaminan masing-masing untuk orang-orang yang bershalawat atas Rasulullah SAW.

Dengan kisah yang dikemukakan ini, semoga kita tidak akan melepaskan peluang untuk selalu bershalawat kepada pemimpin kita, cahaya dan pemberi syafaat kita, Nabi Muhammad SAW.

Mudah-mudahan kita menjadi orang-orang kesayangan Allah SWT, Rasul, dan para MalaikatNya.

Semoga shalawat, salam, serta berkah senantiasa tercurah ke hadirat Nabi kita, Rasul kita, cahaya kita, dan imam kita, Muhammad al Musthafa SAW beserta seluruh keluarga, keturunan, dan sahabat-sahabat beliau, dan seluruh kaum mukmin yang senantiasa untuk melazimkan bershalawat kepada beliau.
Amin.

(Disarikan dari buku : Hikayat-Hikayat Spiritual Pencerahan Matahati “Nafas Cinta Ilahi”)


Sabtu, 14 Desember 2013

BERSHALAWAT, ANAKPUN JADI ANAK IDAMAN



BERSHALAWAT, ANAKPUN JADI ANAK IDAMAN

(THE MAGIC OF SHALAWAT,   Part : 2)


Oleh  :  pak  Agus Balung


Masih dalam sequel  ‘The Magic of  Shalawat’,  kali ini saya angkat kisah yang dituturkan oleh Arifah Wulansari, seorang ibu muda yang mengamalkan membaca shalawat secara rutin, dengan maksud agar mendapatkan anak yang sholeh dan sholikhah.Semoga kisah ini dapat menginspirasi kita untuk penjadi ummat Rasulullah yang selalu rajin dan tidak pernah absen bershalawat pada beliau. Amin. Berikut ini penuturannya :



Beberapa Tahun yang lalu di bulan Ramadhan saat saya lagi hamil anak pertama, saya pernah mengikuti kultum bakda sholat dhuhur di Kantor. Waktu itu yang ngisi kultum mbak dede temen kantor dari bagian gudang farmasi. Beliau bercerita tentang seorang ibu yang memiliki 7 orang anak. Dari 7 anak tersebut semuanya berhasil menjadi dokter dan  ada juga yg menjadi dosen, dan hebatnya lagi semua anak-anaknya tersebut mempunyai pribadi yang  sholeh dan sholeha, santun dan sayang kepada orangtuanya.

Lalu teman saya mbak dede itu bertanya kepada sang ibu, " Kok bisa ya bu punya 7 anak dan berhasil mendidik anak dengan baik hingga semuanya sukses dan akhlaknya pun juga baik semua, rahasianya apa bu?' 
Lalu sang ibu menjawab " Rahasianya adalah saya tidak pernah putus mendoakan anak-anak saya sejak mereka masih bayi sampai dewasa. Setiap habis sholat saya selalu membaca sholawat nabi dan menyebutkan nama semua anak saya serta membayangkan wajah mereka satu persatu.Hingga kini saya masih melakukannya untuk anak-anak saya".

Sesudah mengikuti kultum itu, saya selalu terngiang cerita mbak dede tersebut dan saya jadi tergerak untuk melakukannya juga pada anak saya. Waktu itu saya masih hamil 8 bulan, tapi saya sudah memulai membacakan sholawat untuk anak saya yang masih belum lahir, tapi tentu saja belum bisa menyebutkan nama dan membayangkan wajah (anaknya karena dia belum lahir...:)

Setelah anak saya lahir saya masih terus membacakan sholawat nabi sambil menyebut nama Athaya Reynard Nugroho anak saya dan membayangkan wajahnya serta memohon kepada Allah SWT agar anak saya selalu diberikan kesehatan dan di anugerahkan akhlak yang mulia. Saya sering terharu saat membacakan sholawat nabi dan berdoa untuk anak saya. Dan itu terus saya lakukan tanpa pernah putus dalam setiap sholat dan doa saya.

Dan ternyata memang berkah dan keajaiban sholawat nabi itu nyata adanya, anak saya tumbuh jadi anak yang sehat, pintar dan pribadi yang menyenangkan. sejak bayi sampai dia besar sekarang, dia tidak pernah  menggigit saya sekalipun pada saat menyusu ASI. Saya sering mendengar cerita anak-anak teman yang kalau mau tumbuh gigi suka menggigit ibunya, tapi itu tidak pernah terjadi pada diri saya. Alhamdulilah saya belum pernah di gigit sama anak saya sampai sekarang.

Lalu pada saat menyapih, banyak cerita juga dari teman kalau nyapih anak itu anaknya suka rewel, trus payudara  ibunya juga jadi sakit istilah jawanya "ngrangkaki". Tapi yang terjadi pada saya sungguh menurut saya adalah kemudahan dari Allah. Saya juga sempat bingung bagaimana caranya nyapih anak saya waktu itu karena kebetulan saat anak saya umur genap 2 tahun saya dapat tugas dinas ke bali selama 1 minggu. Sementara anak saya masih belum saya sapih. Tepat 3 hari sebelum saya berangkat ke Bali, tiba-tiba anak saya malu tiap kali mau sy susui, dia menutup wajahnya seperti orang yang malu melihat payudara ibunya. Saya sempat heran juga, kenapa anak saya tiba-tiba malu kalau mau di susui. Dan itu berlanjut terus dan akhirnya dia tidak mau menyusu sendiri tanpa saya harus repot-repot nyapih. Saaat dia ulang tahun ke - 2 saya sedang berada di Bali dan alhamdulilah saya tidak mengalami yang namanya "ngrangkaki". Selama saya berada di Bali anak saya juga tidak rewel mencari saya untuk menyusu karena dia memang sudah tidak mau lagi.

Kalau ada istilah trantum pada anak, alhamdulilah anak saya pun juga tidak mengalaminya. yang namanya rewel, nangis atau ngamuk, itu sangat jarang terjadi. Kalau misalnya nangis itupun hanya sebentar. Sama teman juga dia nggak pernah nakal, anak saya tumbuh jadi anak lelaki yang penyayang pada sesama dan juga pada orang tuanya. Saat umur 2 tahun dia sudah hafal semua warna, bentuk-bentuk geometri, angka, dan itu semua nggak pake susah ngajarinya. Dan di umurnya yang sekarang genap 3 tahun anak saya sudah bisa khatam Iqra jilid 1...Subhanallah dia senang sekali kalau di ajak ngaji. Saya nggak pernah nyuruh dia ngaji, tapi dia sendiri yang minta ngaji dan melakukannya dengan gembira.

Sampai sekarang saya masih terus membaca sholawat nabi dan mendoakan anak saya setiap habis sholat. Dan InsyaAllah akan terus saya lakukan sampai akhir hayat saya. Saya orang yang sangat percaya pada kekuatan doa, dan saya menyadari keterbatasan saya sebagai orang tua. Saya tidak bisa mengawasi dan menjaga anak saya selama 24 jam, maka saya hanya bisa memohon kepada Allah SWT untuk selalu mengawasinya, menyayanginya dan juga menjaga akhlaknya. Saya berharap anak saya menjadi orang yang baik. Baik akhlak dan budi pekertinya, baik nasibnya di dunia dan akhirat kelak. Amin Ya Rabbal Alamin.

Subhanallah, marilah kita biasakan diri untuk selalu bershalawat pada Nabi kita, Muhammad Shalallahu ‘Aalaihi Wassalam

(Disarikan dari tulisan  Arifah Wulansari)


Rabu, 11 Desember 2013

BERSHALAWAT MENGUSIR RASA GALAU



BERSHALAWAT  MENGUSIR  RASA  GALAU

( THE MAGIC OF SHALAWAT,  Part :1   )


Oleh : pak Agus Balung



Kemuliaan sosok seorang Muhammad SAW ditunjukkan dalam informasi yang Allah sampaikan pada kita, bahwa bukan saja para kaum mukmin yang diseru untuk bershalawat pada Nabi, bahkan Allah sendiri dan para malaikat juga bershalawat pada beliau.

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (Q.S. Al-Ahzaab: 56)

Ayat ini turun bukan hanya untuk sahabat Nabi, namun ayat ini turun sampai dengan manusia di akhir zaman. Ini artinya bahwa ayat ini memerintahkan kita juga untuk bershalawat kepada Rasulullah, sekalipun Rasulullah sudah meninggal 14 abad yang lampau.

Ubay bin Ka’ab bertanya kepada Rasulullah Saw, “Wahai Rasulullah, berapa banyak saya harus mengucapkan shalawat untukmu?”
Rasulullah menjawab, “Sesukamu.”
Lalu Ubay bertanya lagi, “Apakah seperempat atau dua pertiga?”
Rasulullah menjawab, “Sekehendakmu. Dan jika engkau tambahkan, maka itu lebih baik.”
Jadi, makin banyak kita bershalawat kepada Nabi, maka akan semakin bagus. Ini adalah jaminan dari Rasulullah Saw.
Lalu Ubay kemudian bertanya lagi, “Apakah shalawatku untukmu seluruhnya?”
Rasulullah menjawab, “Karena itu, dosamu akan diampuni, dan kesedihanmu akan dihilangkan.”
Berarti Rasulullah proaktif memintakan untuk orang yang suka bershalawat terhadapnya agar Allah mengampuni dosa orang tersebut.   

Hal ini sesuai dengan firman Allah:
Dan kami tidak mengutus seseorang rasul, melainkan untuk dita`ati dengan seizin Allah. Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (Q.S. An-Nisaa: 64)
Rasulullah bersabda:
Jadi, jika kita rajin bershalawat kepada Rasulullah Saw, maka dosa kita akan diampuni, dan kesedihan akan dihilangkan. (H.R. Tirmidzi).

Jangan pernah merasa rugi bershalawat terhadap Rasulullah. Dua dalil menguatkan mengenai hal ini.   Dengan bershalawat, maka rasa sedih dan duka bisa hilang.

Jadi, jika kita malas bershalawat, maka akan ada dua poin yang akan kita rasakan:
1) Barangsiapa yang membaca shalawat untukku sekali, maka Allah akan membalas dengan sepuluh shalawat baginya. Jika seseorang tidak bershalawat sekalipun, maka itu artinya dia tidak akan mendapat shalawat dari Allah.
2) Perbanyaklah membaca shalawat kepadaku, kata Rasulullah, pada malam Jum’at dan hari Jum’at. Sebab shalawat kalian diperlihatkan kepadaku.
Ini semakin memperkuat iman kita, bahwa meskipun Rasulullah sudah tiada dan meninggal, dia tetap secara rohani menyaksikan siapa di antara umatnya yang paling rajin mengingatnya, mencintainya, dan membacakan shalawat terhadapnya.

Shalawat terhadap Nabi akan memberikan dampak langsung kepada diri kita sendiri. Akan memberikan dampak pencerahan terhadap batin kita. Karena itu, pembacaan shalawat Nabi dengan cara penghayatan bagaimana nikmatnya shalawat itu, maka itu akan membekas di dalam batin kita. Perasaan jadi tenang, rindu kita kepada Rasulullah Saw. Dan untuk itu, marilah kita bershalawat terhadap Rasulullah, kita lantunkan dengan suara dalam kita sendiri.

Allohuma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad