BELA DIRI INSTAN
Oleh
: pak Agus Balung
Bela Diri Instan, dikenal juga dengan Bela Diri Isi
atau Bela Diri Reflek, atau ada juga yang menyebut dengan Bela Diri Pesanan.
Bela diri ini berbeda dengan bela diri pada umumnya, kalau Bela Diri pada
umumnya kita harus belajar dan berlatih tahap demi tahap, jurus demi
jurus. Barang siapa yang tekun berlatih,
maka dia akan mencapai tingkat keilmuan yang tinggi, dan siapa yang malas
berlatih maka dia akan tertinggal jauh.
Nah, berikut ini akan saya angkat suatu testimony seseorang yang pernah belajar
“Bela Diri Instan”. Berikut ini kisahnya.
Ini
sebuah kisah nyata. Pelakunya adalah saya sendiri, sebut saja Anto, Anggap saja ini adalah testimony negatif dari
produk yang dijual oleh kelompok Jin (makhluk ghaib) dengan merek label
Beladiri Isi. Ya, beladiri yang menjajikan pada yang berlatih memiliki kekuatan
ekstra seperti bisa melihat sesuatu di balik tembok, bisa berjurus diluar yang
dipelajarinya, kebal senjata, mementalkan orang yang menyerang, menarik orang
yang sudah lari dan lain-lain.
Belajar
ilmu itu merupakan sarana berteman dengan jin. Saya sudah merasakannya selama 5
tahun. Pertemanan saya dengan Jin tak harmonis dan akhirnya saya “remove” dia
dari list pertemanan dalam hidup saya, selama-lamanya.
Anggap
saja tulisan ini adalah bentuk pertobatan saya pada Allah, Tuhan Yang Maha
Pengampun. Semoga ada manfaatnya bagi yang belum pernah tersentuh atau add
friend dengan Jin. Kalau sudah confirm pertemanan dengan Jin, segera remove
sebelum privacy Anda diusik dan ditelanjangi olehnya.
Saya
yang ‘Keras’
Saya
lahir dan tumbuh di lingkungan yang keras di sebuah daerah Tapal Kuda di Jawa
Timur. Bukan keluarga saya yang mebuat saya keras, tapi dari lingkungan
pergaulan. Hidup di lingkungan dengan budaya Madura yang dikelililingi oleh
orang Arab membuat saya ikut berkarakter sama dengan dua etnik tersebut. Meski
tidak semua orang Arab dan Madura keras, secara umum mereka dipersepsikan
seperti itu.
Jadilah
masa kecil saya penuh dengan pertarungan, dalam arti sesungguhnya alias
perkelahian. Hal kecil seperti mengolok-olok bisa berujung pada perkelahain.
Itu wajar terjadi karena semasa kecil perawakan saya ceking, namun keberanian
saya di tempa di lingkungan yang keras itu.
Dulu
saya sering nekad menantang berkelahi teman yang berat badannya 5 kali lipat
dari saya. Benar-benar Bonek, yaitu Bondo
Nekad (Bekal nekad).
Awal
Berhubungan dengan Jin.
Perkelahian
yang kerap terjadi membuat hidup saya terasa terancam. Ancaman itu saya respon
dengan mencari bekal untuk membela diri. Beberapa kali saya berusaha belajar beladiri
namun tidak pernah disiplin. Akhirnya saya terdampar mempelajari beladiri
‘praktis’. Praktis artinya tidak perlu cape-cape berlatih, ilmu beladiri akan
“menyusup” dan dalam sekejap kita sudah menguasainya.
Saya
tahu, beladiri yang saya kuasai ini tidaklah normal. Meski sedikit diajari
teknis dasar beladiri seperti kuncian dan patahan, namun aspek mistislah yang
sangat dominan disini. Kesadaran tentang adanya ilmu ‘hitam’ yang sudah merasuk
ke dalam diri saya hilang oleh kebanggaan bahwa saya sudah meiliki bekal cukup
menghadapi ancaman.
Mulai
“Diisi” Jin
Ayam
Cemmani (ayam berdarah hitam) dengan harga Rp. 25.000 (harga tahun 1993-an)
berhasil saya beli dari tabungan saya. Ini adalah salah satu syarat saya bisa
berguru pada “Guru Beladiri Isi”(saya sebut saja begitu, karena tubuh saya
diisi oleh kekuatan Jin).
Ritual
pengisian berlangsung cepat. Saya diminta memakan hati Ayam Cemmani yang sudah
digoreng. Setelah itu Sang “Guru” menghampiri saya dan menusukkan keris ke
perut saya. Betapa kagetnya, saya ketika keris iu tertusuk ke perut, namun
tidak menimbulkan sakit. Ya, tidak sakit karena keris itu ujungnya tumpul.
Seiring keris ditusukkan, kekuatan luar dari jin itu telah resmi menyusup ke
dalam tubuh saya. Sejak saat itu saya sudah “resmi” bermitra dengan Jin.
Memakai
Jimat Sabuk dan Cincin
Sang
“Guru” rupanya tak henti memberi “saran” agar kekuatan saya berlipat ganda.
Saya disuruh oleh “Guru” memakai cincin batu kecubung dan sabuk yang katanya
terbuat dari kulit rusa. Istilah kerennya Jimat. Tentu saja tidak gratis, saya
harus membelinya dengan merengek-rengek pada orang tua terlebih dulu.
Dengan
jimat dan cincin itu kepercayaan diri saya melejit naik. Saya tak pernah merasa
takut dengan siapapun. Preman di terminal Semarang, Medan dan Surabaya bahkan
pernah saya bentak-bentak dan dan saya tantang. Mungkin saat itu premannya
masih kelas teri, jadi takut oleh bentakan, hehe.
Di
kemudian hari, saya baru tahu bahwa saya dibohongi total oleh orang yang saya
anggap “Guru” itu. Menurut pengakuan banyak orang yang tertipu,” guru” tersebut
menawar-nawarkan jimat yang tak ada gunanya sama sekali. Dia hanya menipu agar
memperoleh uang dari kebodohan saya dan orang lain.
Puasa
Mutih
Tak
puas menguras uang saya yang saaat itu saya masih baru lulus SMA, “Guru” itu
menyuruh saya mengamalkan dzikir dan puasa mutih. Dzikir harus ditujukan ke
salah satu “Guru Besar atau “Syekh” sebelum dilantunkan. “Guru Besar atau
“Syekh” itu tak lain adalah Jin yang menemani saya (Berdasarkan konsultasi
dengan ulama dan Ustadz). Dzikir berupa kalimat bahasa Arab dari asmaul’ husna
yang dilafalkan 10,.000 kali setiap hari. Banyak banget, ya.
Ritual
yang lumayan berat adalah puasa mutih. Saya harus berpuasa tiga hari
berturut-turut dan tidak
boleh buka pada hari terakhir. Berbuka pun tidak boleh makan lauk pauk dari hewan. Pada Malamnya, di hari terakhir puasa, saya harus melafalkan dzikir atau mantra dengan hitungan sepuluh ribu dalam kondisi tidak boleh tidur sampai matahari terbit. Saya sempat beberapa kali mengalami halusisnasi saat berdzikir. Dulu saya anggap saya sudah bertemu “Syekh” yang akan memberi kekuatan pada saya. Hmmm dasar obsesif banget saya saat itu.
boleh buka pada hari terakhir. Berbuka pun tidak boleh makan lauk pauk dari hewan. Pada Malamnya, di hari terakhir puasa, saya harus melafalkan dzikir atau mantra dengan hitungan sepuluh ribu dalam kondisi tidak boleh tidur sampai matahari terbit. Saya sempat beberapa kali mengalami halusisnasi saat berdzikir. Dulu saya anggap saya sudah bertemu “Syekh” yang akan memberi kekuatan pada saya. Hmmm dasar obsesif banget saya saat itu.
Praktek
Memanggil Jin dan Berjurus Beladiri
Usaha
saya memang tidak sia-sia. Apa yang saya obsesikan bisa saya dapat. Kekuatan
jin untuk menyatu dengan badan dan menyuruhnya menggerakkan jurus apa pun dari
ilmu beladiri bisa dengan mudah saya lakukan. Dengan mantra tertentu, dalam
hitungan detik, bulu kuduk saya merinding dan masuklah jin ke tubuh saya. Lalu
saya tinggal “memesan” jurus apa
saja.
Saya
pernah menyuruh jin untuk menggerakkan saya menirukan gerakan Kungfu Jet Li,
Samo Hung, Jacky
Che dan Jurus Pedang Ninja. Saya pun semakin yakin karena kawan-kawan “seperguruan” juga melakukan hal yang sama. Jurus yang “dipesan” itu benar-benar mirip dengan apa yang dilakukan oleh tokoh-tokoh yang ada dalam film. Meski tubuh kita kaku, gerakan “pesanan” itu bisa lentur. Bahkan gerakan Split (merentangkan kakli sampai kepala menyentuh tanah) bisa saya lakukan dalam kondisi “ditunggagi” jin. Semua ini berlangsung dalam kondisi tidak sadar.
Che dan Jurus Pedang Ninja. Saya pun semakin yakin karena kawan-kawan “seperguruan” juga melakukan hal yang sama. Jurus yang “dipesan” itu benar-benar mirip dengan apa yang dilakukan oleh tokoh-tokoh yang ada dalam film. Meski tubuh kita kaku, gerakan “pesanan” itu bisa lentur. Bahkan gerakan Split (merentangkan kakli sampai kepala menyentuh tanah) bisa saya lakukan dalam kondisi “ditunggagi” jin. Semua ini berlangsung dalam kondisi tidak sadar.
Apa
yang terjadi setelah sadar? Pastinya tubuh kita terasa nyeri, pegal dan kadang
darah yang keluar mulai terasa sakit. Ya, pasti akan pegal dan nyeri karena jin
itu sesudah keluar dan kita seperti diri sendiri lagi yang sebenarnya tak wajar
melakukan geakan tanpa latihan. Untung saja tidak ada bagian tubuh saya yang
rusak sampai saat ini.
Mulai
Resah
Kekuatan
yang saya miliki dan interaksi saya dengan Jin mulai meresahkan. Saya sering
melakukan gerakan tanpa bisa saya control. Bahkan bisikan Jin itu menggiring
saya melakukan hal-hal yang syirik, ingin menandangi kekuatan Tuhan.
Astaghfirullah.
Saya
mulai resah. Saya ingin hidup normal dan tidak bayang-banyangi oleh bisikan
syetan. Saya bertekad menghilangkan ini.
Meminta
Dihilangkan
Keresahan
itu membuat saya datang lagi ke “guru”. Saya meminta doa-doa untuk bisa lepas
dari kendali jin. Saya diberi doa singkat untuk lepas dari kendali jin oleh
“Guru”
Entah
karena ketepatan doa atau karena kesibukan saya yang sudah memasuki
perkuliahan, pengaruh itu hilang. Saya juga sudah tidak lagi peduli
dengandzikir dan mantra yang harus dibaca ribuan kali itu. Saya lebih peduli
dengan kuliah, praktikum dan ujian di Kampus. Ilmu dan jin itu menghilang dengan
sendirinya. Mungkin Jin nya gak tahan dengan jadwal kuliah yang padat dan
materinya sulit. Tuhan selalu sayang dengan saya.
Belajar
Beladiri
Obsesi
menguasi beladiri akhirnya kesampaian juga. Saya bergabung di kelompok beladiri
yang berlatar belakang agama. Gerakan Tai Chi yang lembut disertai pernafasan
membuat saya tertarik. Sayang sekali, obsesi ini kandas. Setelah setahun
belajar beladiri mirip Tai Chi ini, saya kecewa setelah melewati prosesi mirip
ritual saat saya dulu disusupi jin. Batal Maning, Batal Maning…
Saya
tidak putus asa. Meski usia saat itu memasuki limit 30 tahun, saya tetap
mencari tempat beladiri. Akhirnya saya mendapatkan tempat yang tepat. Jauh dari
ilmu jin dan membuat saya konsisten berlatih hingga saat ini. Saya pun
dipercaya oleh Guru Beladiri saya sekarang untuk melatih orang lain beladiri
Thifan Po Khan Tsufuk, rumpun ilmu beladriri Kungfu dari Cina.
Menyembuhkan
Kesurupan
Alhamdulillah,
apa yang saya alami dengan pertemanan (kaya’ FB dan Kompasiana) dengan Jin
tetap membawa hikmah. Ini terjadi saat saya diminta untuk menangani kesurupan
mahasiswa. Saya sungguh merasa kasihan melihat orang kesurupan. Mukanya pucat,
pikirannya tidak sadar dan badannya kaku. Orang yang kesurupan sudah tidak lagi
menjadi dirinya sendiri. Dia sudah menjelma Jin meski badannya manusia.
Saya
awalnya gugup menangani ini. Namun berbekal pengalaman dulu mempermainkan jin
keluar masuk badan saya, saya percaya saya bisa. Tentu saja atas pertolongan
dan kekuatan-Nya. Sampai saat ini sudah empat kali saya bisa membantu orang
yang kesurupan bisa sadar kembali. Memang tidak bisa sembuh total, namun dalam
kondisi darurat kesadaran dirinya bisa kembali.
Demikian pengalaman saya semoga dapat menjadkan
pelajaran bagi kita semua
2 komentar:
pak saya ingin belajar ilmu bela diri dengan bapak . sistim jarak jauh . apakah amalan yang harus di baca untuk ilmu bela diri
Saudaraku @Rahmat Rahmatullah, anda posisi dimana ? dan maaf, bila anda lebih teliti lagi membaca posting tsb diatas, maka anda akan dapatkan kesimpulan, bahwa itu adalah satu testimony dari salah satu pelaku pemburu ilmu bela diri instan. Sementara saya adalah praktisi "Alternative treatment" dengan spesialisasi HNP (Syaraf Kejepit).
Salam kenal dan salam silaturahim
Posting Komentar