Oleh
: Pak Agus Balung
Dalam
kehidupan modern ini ternyata masih banyak orang yang gandrung menuntut ilmu
kanuragan dan kesaktian. Mereka bangga dengan kemampuan luar biasa yang
dimiliki seperti tidak mempan dibacok atau ditembak, tahan api dan siraman air
keras, bisa memecahkan batu dengan tangan kosong, mampu menerawang membaca
fikiran atau melihat tempat yang jauh. Mereka tidak segan berkorban dan
bersusah payah untuk mendapatkan ilmu tersebut. Walaupun kadangkala
bertentangan dengan ajaran agama.
Banyak
anak remaja yang gandrung dengan ilmu ini , apalagi kalau yang mengajarkannya
memakai jubah ustadz atau kyai. Perlu diwaspadai jika tidak hati hati kita bisa
terjebak aliran tarekat bahkan kalangan pesantren yang mengajarkan ilmu
kanuragan . Kita menyangka itu dari ajaran Rasulullah padahal sudah menyimpang
dari jalan yang benar.
Iblis dan
balatentara syetan amat pandai memperdaya manusia, ia menawarkan 99 kebaikan
tanpa disadari menjerumuskan manusia dengan satu kesesatan. Orang yang tidak
paham menyangka ia berada pada jalan yang benar, padahal ia sudah jauh
melenceng dari akidah yang benar. Metode membungkus kesesatan dengan berbagai
kebaikan adalah metode paling jitu dari syetan untuk menyesatkan manusia.
Metode
ini sudah digunakan Iblis terhadap Adam ketika ia membujuk Adam dan hawa untuk
memakan bua Khuldi sebagaimana dikisahkan dalam surat al A’raaf ayat 20-21:
20. Maka syaitan membisikkan
pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang
tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: “Tuhan kamu tidak
melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi
malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga).” 21. Dan dia
(syaitan) bersumpah kepada keduanya. “Sesungguhnya saya adalah termasuk orang
yang memberi nasehat kepada kamu berdua”, (Al A’Raaf 20-21)
Syekh Abdulqadir Jaelani juga pernah didatangi syetan yang
mengaku sebagai malaikat utusan Allah. Ketika ia tertidur dalam keadaan puasa
ia didatangi seorang yang berjubah putih. Ia betanya: “ Siapakah anda?”, Orang
itu menjawab saya adalah utusan Tuhanmu:” Allah telah memuliakanmu dan menerima
semua amal ibadahmu, karena itu mulai hari ini engkau tidak pellu lagi
mengerjakan shalat, puasa dan haji , dan ia telah menghalalkan semua yang
diharamkan bagimu” . Mendengar ucapan orang itu ia terkejut dan ia sadar bahwa
itu adalah syetan yang datang untuk mempedayanya. Ia berseru :” Hai terlaknat,
enyalah engkau dari sini. Aku tidak lebih mulia dari Rasulullah saw sehingga
tidak mungkin Tuhan memberikan pesan seperti itu”.
Manusia mudah ditipu oleh syetan karena tergiur dengan
janji dan iming iming kesenangan dan kemudahan yang dijanjikan syetan, padahal
apa yang dijanjikan syetan itu hanyalah tipuan dan kepalsuan sebagaimana
disebutkan dalam surat Al Israk ayat 64:”…dan tidak ada yang
dijanjikan syetan kepada mereka melainkan tipuan belaka”. Berbagai keitimewaan dan kelebihan
yang didapat dengan menuntut ilmu kanuragan dan kesaktian itu hanyalah
kesenangan dan kenikmatan palsu, yang ujung ujungnya hanya membawa kesengsaraan
dan penderitaan.
Hati hatilah terhadap jerat yang dipasang syetan dalam
kehidupan kita. Janji syetan adalah janji palsu, sedang janji Allah adalah
benar , dan Allah tidak pernah mengingkari janjiNya. Allah mengingatkan ini
dalam surat Fathir ayat 5 dan 6 :
5. Hai manusia, sesungguhnya
janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia
memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu,
memperdayakan kamu tentang Allah. 6. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh
bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu
hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka
yang
menyala-nyala (Fathir ayat 5-6)
Allah memerintahkan kita untuk minta tolong padanya dengan
sabar dan mengerjakan shalat. Banyak beribadah, mengerjakan amal shaleh serta berdzikir
menganggungkan namaNya. Allah menjanjikan berbagai kemudahan dan kemenangan
dalam kehidupan dunia dan akhirat. Kerjakanlah berbagai amalan yang jelas
tuntunannya dalam al Qur’an dan hadist pasti akan mendapat berbagai
keistimewaan dari Allah di dunia maupun akhirat.
Berikut ini kami sampaikan beberap kisah orang yang
menuntut ilmu kanuragaan dan kesaktian , yang akhirnya menyadari bahwa ia telah
tertipu oleh syetan laknatullah.
1`. PENGALAMAN ADMINISTRATOR
“METAFISIS.WORDPRESS.COM” SELAMA MEMPERDALAM ILMU TENAGA DALAM & METAFISIKA
Oleh Perdana
Akhmad S.Psi
Nama lengkap
saya adalah Perdana Akhmad, saya adalah Alumni Universitas Islam Indonesia
angkatan 1999 di Yogyakarta pada jurusan Psikologi. Saya lahir di Baturaja,
Sumatera Selatan 12 oktober tahun 1980. Saya lahir ditengah-tengah keluarga
yang memang suka akan ilmu-ilmu kesaktian, dimana Ayah saya masa mudanya suka
sekali berguru ke-orang “pintar” untuk belajar kesaktian bahkan dari penuturan
Ayah saya ia pernah melakukan tapa pendem yaitu mengubur diri dalam tanah
sebagai syarat untuk mendapat ilmu kesaktian tertentu di daerah Banten. Ayah
saya semasa saya kecil pernah mendemonstrasikan kemampuannya kepada kami
sekeluarga yaitu mematikan lilin dari jarak jauh dengan tenaga dalamnya, juga
mendemonstrasikan kemampuan memecahkan batu kali yang lonjong sebesar
pergelangan tangan dengan pukulan tangannya. Begitu juga dengan adik-adik Ayah
saya, mereka semuanya ikut perguruan tenaga dalam dan sering “mengobati” orang
sakit dengan tenaga dalamnya itu. Maka dari itu sedari kecil saya sangat ingin
seperti Ayah saya juga Om-om saya itu.
Perburuan saya
mencari ilmu ghoib dimulai pada saat saya duduk dibangku SMP di Kota Manna
Bengkulu Selatan, saya ikut perguruan tenaga dalam Budi Suci dimana saya
mempelajari jurus-jurus tertentu dengan olah pernapasan, lalu ketika dibangku
SMA saya masuk Perguruan tenaga dalam Marga Luyu dan juga Seni Nafas Indonesia,
saya dalam berlatih tenaga dalam sudah mencapai tataran yang cukup tinggi waktu
itu.
Pada masa SMA
ini saya mulai mengenal dengan namanya makhluk halus, dimana sewaktu latihan
Guru saya dari perguruan Marga Luyu waktu itu punya kemampuan menarik
makhluk-makhluk halus lalu dimasukkan kedalam tubuh teman saya dan kemudian
bisa tanyai berbagai macam hal. Saya juga belajar ngampat dimana saya belajar
untuk menghadirkan makhluk halus yang saya ingini kedalam tubuh saya atau orang
lain. Setelah lulus dibangku SMA tahun 1999 saya pergi ke Yogyakarta dan kuliah
di Universitas Islam Indonesia. Di Yogyakarta ini saya tidak lagi masuk
perguruan berbasis tenaga dalam lagi namun masih suka berlatih sendiri olah
pernapasan.
Saya pada tahun
ini juga mengenal Reiki dari Toko buku Gramedia dimana saya melihat ada buku
tentang suatu aliran Reiki Tummo dan menginformasikan adanya Lokakarya Reiki
Tummo di Yogyakarta, rasa keingintahuan saya begitu tinggi akan ilmu
penyembuhan dengan menggunakan energi Ilahi atau alam semesta dan peningkatan
spiritualitas seperti yang diberitahukan dalam Buku. Lalu saya mengikuti
lokakarya Reiki itu pada tingkat level 1 langsung pada aliran Reiki Tummo yang
katanya lebih baik dari aliran Reiki Usui. Saya memang merasakan sensasi yang
aneh dimana saya bisa merasakan geraran-getaran pada tangan saya sebagai tanda
energi telah mengalir, bertambah semangat saya untuk mempelajari Reiki lebih
jauh maka saya mulai membeli semua buku-buku yang berhubungan dengan Reiki.
Saya mulai sering bermeditasi Reiki dan membaca buku-buku tentang Reiki,
mengkaji, mendengarkan penuturan para praktisi Reiki yang senior tentang
ajaran-ajaran spiritualitas yang ternyata banyak dipengaruhi ajaran-ajaran
Budha dan Hindu. Namun waktu itu saya terus mengkajinya karena saya pikir Nabi
Muhammad saja memberitahukan agar kita agar belajar kenegeri Cina untuk mencari
ilmu pengetahuan.
Selain
memperdalam Reiki saya juga mengikuti pengajian di Pesantren Ihya Assunah
Degolan di Yogyakarta dan masuk dalam keanggotaan Laskar Jihad yang telah
dibentuk, karena waktu itu sedang ramai-ramainya berita tentang pembantaian
kaum muslimin di Maluku dan Poso.Pada keanggotaan saya di Laskar Jihad ini saya
mulai ragu-ragu akan “kebersihan” Ilmu-ilmu tenaga dalam dan juga Ilmu
Penyembuhan Reiki, dimana anggota Laskar Jihad sangat ditekankan menjauhi
syirik, khurafat maupun bid’ah dalam ibadah maupun pada saat berjihad. Lalu
pada pertengahan tahun 2000 saya berangkat ke Ambon dan berjihad disana, di
Ambon saya praktis tidak memakai tenaga dalam juga Reiki (dengan membentuk bola
energi perlindungan Reiki atau memagari diri dengan kekuatan tenaga dalam) dalam
berperang namun hanya dengan membaca amalan zikir.
Setelah
peristiwa Kebon Cengkeh berdarah 14 Juni 2001 (semoga ke lima teman saya dan
kaum muslimin Ambon yang meninggal mendapat predikat syahid dari Allah
Ta’ala,Amin) saya pulang ke Yogyakarta dan melanjutkan kuliah kembali. Saya
lalu kembali memperdalam Reiki dengan kembali mengikuti lokakarya Reiki Tummo
pada tingkat level 2. Saya juga mengikuti Attunenent aliran Reiki Tao secara
reiju jarak jauh pada sebuah yayasan Reiki Tao yang cukup terkenal di Jakarta
dan mengikuti lokakarya aliran Neo Zen Reiki pada Master Reiki Anand Khrisna di
Yogyakarta dan juga membeli buku-buku karangannya yang cukup laris waktu itu.
Saya waktu itu
mulai sedikit-demi sedikit mulai terpengaruhi ajaran tentang reinkarnasi yaitu
dengan Reiki saya bisa memutus siklus kelahiran kembali didunia, dengan Reiki
dan kebangkitan kundalini saya bisa mendapatkan kekuatan-kekuatan ghaib dan
peningkatan spiritualitas. Saya lalu mulai ikut berbagai mailinglish aliran
Reiki di Internet seperti mailinglish Mahameru, Reiki Tao, Reiki Sufi, Caraka
Reiki, Nur Ilahi, Shing Chi, Reiki Chakra , Sirna Galih, PHL, Peace One Earth ,
Peace One Earth Indonesia dan mulai mendapatkan Attunement (penyelarasan
energi) berbagai macam aliran Reiki hingga pada tingkat Master Pengajar lebih
dari 30 aliran Reiki yang saya dapatkan hingga pada tingkat Master Pengajar
yang dapat memberikan attunement Reiki pada orang lain.
Saya juga
sering memberikan attunement Reiki pada teman-teman dekat saya dan kepada para
sesama praktisi Reiki yang ingin mendapatkan attunenent energi tertentu yang
telah saya kuasai. Saya menjadi sering bermeditasi dan rajin berlatih Reiki,
tetapi dalam memperdalam Reiki ini saya malah sering menderita berbagai macam
penyakit yang kelihatannya ringan seperti pusing kepala, dada sesak, sampai
sakit atau panas pada bagian-bagian tubuh tertentu secara terus-menerus, tapi
menurut para praktisi Reiki itu wajar dalam proses “pembersihan” energi
kundalini. Saya juga mulai lagi memperdalam ilmu tenaga dalam yang sempat saya
tinggalkan, selain latihan pernapasan saya juga mulai memperdalam ilmu
aji-ajian versi jawa yaitu dengan melakukan puasa mutih, ngebleng dan membaca
suatu rapalan ribuan kali.
Bahkan saya
sempat diajak seorang sahabat non muslim sesama praktisi Reiki yang beraliran
kejawen melakukan kungkum (berendam diair dengan membaca rapalan tertentu) di
Sendang Kasihan Yogyakarta. Semakin lama saya memperdalam ilmu Reiki juga
tenaga dalam serta ajian-ajian ini saya mulai marasakan ketidakberesan dalam
diri saya, saya menjadi malas untuk beribadah syari’ah yang dituntunkan
Rasulullah, merasa tidak nyaman membaca Al-Qur’an malah lebih suka bermeditasi
(seolah-olah menggantikan shalat) yang saya anggap lebih bisa menenangkan saya
dan mengasyikkan karena saya merasakan sensasi-sensasi tertentu yang hebat
seperti merasa bisa terbang juga merasa ada kekuatan-kekuatan tertentu yang
masuk dalam tubuh saya. Sampai tahun 2003 saya terus memperdalam ilmu-ilmu saya
itu, saya juga mampu untuk scaneling berbagai energi Reiki yang saya inginkan
tanpa bantuan Master Reiki lagi. Dalam pendalaman ilmu-ilmu ghaib ini saya pada
tanggal 10 februari 2003 tiga hari sebelum Hari Raya Idul Adha saya pergi
ketempat Pak Gatot Margono seorang guru besar Perguruan tenaga dalam Chakra
Buana di Magetan Yogyakarta untuk memperdalam ilmu Kanuragan. Sesampai di
Magetan saya menemui Pak Gatot Margono. Disana saya diberi penjelasan mengenai
Ilmu meraga sukma, Trawangan, penyempurnaan Ajian Rajah Kala Chakra yang telah
saya miliki sebelumnya, ilmu panglimunan, kekebalan, silat ghaib, sampai pada
saya bisa tahu isi hati orang juga bisa mengetahui suatu barang dalam keadaan
mata tertutup hal itu dilakukan Pak Gatot katanya dengan “membuka” tubuh saya.
Pak Gatot merajah seluruh tubuh saya dengan huruf-huruf arab dengan menulis
dari jari-jari tangannya langsung (seperti membuat simbol Reiki) , ia juga
mengatakan akan memberikan tempat ditubuh saya untuk sebangsa malaikat, juga
memberi saya kemampuan menghimpun tenaga dalam tingkat tinggi dalam tingkat
karomah dengan metode bacaan tertentu pada posisi Namaskar (tangan
ditelungkupkan didepan dada).Walhasil setelah saya coba saat itu juga saya
merasakan ada yang aneh ditubuh saya saya kedua tangan saya yang saya
telungkupkan di dada bergetar dengan hebat tanda energi itu sudah masuk.
Namun dalam
penjelasannya setelah prosesi pembukaan itu ada perkataannya yang aneh dari
beliau, walaupun Pak Gatot katanya beragama Islam ia mengatakan kita sebenarnya
tidak perlu shalat, puasa juga melaksanakan syari’at Islam karena hal itu sudah
tidak penting lagi jika sudah sampai pada tingkat makrifat (seperti aliran
Sufi,kejawen atau ajaran Syekh Siti Jenar) lalu ia juga menjelaskan tentang
ajaran versi kejawen seperti tentang saudara kembar, Roh pembimbing, kesadaran jiwa,
sukma sejati. Ia juga mengatakan bahwa ia mampu menemui Sunan Kalijaga yang
dikatakan Pak Gatot sebagai Guru Spiritualnya dan ia sangat senang memberikan
ilmunya pada saya yang dikatakannya saya telah siap menerima ilmu tingkat
tinggi.
Saya waktu itu
merasa menjadi orang yang hebat sekali. Saya hanya sehari semalam saja di
tempat Pak Gatot, setelah menginap semalam ditempatnya lalu esoknya saya
pulang. Sebelum saya pulang ke Yogyakarta saya sempatkan dulu menginap kurang
lebih tiga hari ditempat saudara saya di Solo. Kebetulan di Solo tempat Om saya
itu ada kamar dilantai dua yang cukup sepi maka saya bermeditasi disana. Tidak
lama meditasi saya meresakan tangan saya bergetar lalu tangan saya bergerak
sendiri (gerak pribadi) membentuk gerakan-gerakan tertentu seperti gerakan
Yoga, juga dapat bergerak sendiri membentuk jurus-jurus tenaga dalam, jika
ingin gerak silat tubuh saya bergerak sendiri. Hari kedua saya bermeditasi
kembali, namun kali ini ada kejadian yang luar biasa sewaktu saya sedang
“menghimpun” kekuatan dalam posisi Namaskar tiba-tiba terbersit dengan kuat
sekali dihati saya untuk menulis, lalu saya sediakan pena dan kertas lalu
tangan saya tanpa dikomando bergerak sendiri dengan mengenalkan dirinya sebagai
sukma sejati, lalu banyak lagi yang mengenalkan dirinya salah satunya sebagai
kesadaran jiwa, kesadaran hati, roh pembimbing, caranya cukup aneh yaitu
menulis. Katanya ini cara pertama untuk berkenalan dengan saya sebagai satu
tubuh, ia mengatakan ditubuh saya banyak sekali “kesadaran-kesadaran”.
Mereka
mengatakan sudah sangat letih mendampingi saya hidup didunia, mendengar hal itu
dan dengan keinginan “teman” saya itu, sesuai dengan ilmu-ilmu Reiki yang saya
pelajari saya membuat suatu simbol Reiki di dada juga dibagian tubuh lain lalu
dipersilahkan mereka untuk mengambilnya kekuatannya. Pertemanan saya berjalan
terus sampai saya pulang kekos-kosan, waktu itu kami hanya bicara melalui
tulisan saja. Di kos-kosan saya sempat mempertontonkan kemampuan saya menebak
warna-warna pada kertas yang diinginkan teman saya itu dengan mata tertutup.
Setelah dua
hari istirahat setelah kepulangan dari Magetan dan Solo saya pergi ke warnet
untuk melihat email-email kiriman teman-teman sesama praktisi Reiki. Sewaktu
sedang mengetik tiba-tiba ada yang berbicara di dalam hati saya, hebat! Saya
bisa mendengar dengan sangat jelas suara-suara ghaib seperti suara sukma
sejati, kesadaran jiwa bahkan ada yang mengenalkan diri sebagai Dewa-Dewa
langsung berbicara lewat hati. Saya waktu itu saat duduk di warnet seperti sedang
trance, saya tidak mempedulikan keadaan saya sendiri namun saya tidak sampai
membuat suatu tindakan-tindakan seperti orang kesurupan (seperti mengamuk)
namun hanya tidak sadar secara bathin, dalam keadaan duduk saya melihat dengan
mata bathin seolah-olah ada begitu banyak makhluk-makhluk yang mendatangi saya
(dapat saya lihat wujudnya yang beraneka ragam) yang katanya ingin menolong
saya menuju kesempurnaan hingga dada saya berdebar dengan kerasnya.
Saya juga
merasakan ada yang aneh pada diri saya, saya seolah-olah mendapat kekuatan atau
kesadaran yang mendalam tentang hakikat keghoiban, karena tidak tahan lagi
berhadapan dengan makhluk-makhluk ghaib itu dan kesadaran saya yang semakin
menipis itu saya lalu membaca Ayat Kursi berulangkali yang cukup membantu
hingga saya tersadarkan lalu saya pulang ke kos-kosan. Namun fikiran, hati,
masih belum sempurna milik saya. Di kamar saya kembali tidak sadar dan saya
lupa membaca Ayat kursi hingga saya hanya mengurung diri dikamar bermeditasi
“asyik” dengan perkenalan dengan berbagai macam makhluk itu dan mengalami
sensasi-sensasi yang aneh yang sukar untuk saya ungkapkan. Saya waktu itu
merasa menyelami kesadaran-kesadaran ghaib saya hingga saya seolah-olah
menaklukkan satu persatu kesadaran saya dan terus menuju ketingkat kesadaran
yang lebih halus pada setiap lapisan diri saya. Saya mengalami sensasi
seolah-olah tahu tentang dunia ini juga hakikat keghoiban, saya juga
seolah-olah menjadi orang asing di dunia ini hingga sampai tiga hari saya hanya
mengurung diri dikamar, jika lapar saya hanya makan sedikit sekali.
Teman-teman
yang merasa aneh dengan sikap saya itu mulai mengatakan saya keberatan ilmu
(karena setelah pulang saya bisa mendemonstrasikan kemampuan ghoib saya) saya
lalu mulai mengoceh tentang hakikat keghoiban tapi saya waktu itu dalam keadaan
sadar namun dalam keadaan sudah dipengaruhi. Melihat keadaan saya yang aneh itu
mereka memaksa saya untuk ketempat seorang Ustadz untuk diobati, saya lalu
dengan percaya diri menyanggupi keinginan mereka. Sesampainya ditempat Ustadz
Ja’far Umar Thalib (mantan Panglima Laskar Jihad) ternyata Ustadz tidak dapat
ditemui lalu saya dibawa ketempat temannya yang bernama Mas Untung yang bisa
mengobati orang seperti saya. Sesampainya disana saya ditanyai tentang keadaan
saya dan sempat terjadi diskusi.Sesudah itu saya disuruh tidur dan saya di
Ruqyah dengan Ayat-ayat Al-Qur’an,yang terjadi sungguh hebat tubuh saya
bergetar dengan kerasnya seluruh persendian saya kaku dan seperti terkena arus
listrik yang kuat. Saya menangis dengan kerasnya namun saya tidak tahu kok bisa
menangis.
Saya mendengar
banyak yang teriak kepanasan didalam tubuh saya. Saya akhirnya tidak bisa
mengontrol diri saya lagi karena yang berbicara waktu itu bukan saya lagi namun
makhluk-makhluk ghoib yang ada dalam tubuh saya. Saya tidak terlalu ingat apa
yang dibicarakan makhluk itu pada orang yang menerapi saya karena saya dalam
keadaan tidak sadar. Mungkin ada satu jam saya di Ruqyah lalu saya disadarkan.
Mas Untung mengatakan didalam tubuh saya ada banyak sekali makhluk sebangsa Jin
dan syaitan, tubuh saya sudah dikuasai sepenuhnya oleh makhluk halus sebangsa
jin dan syaitan itu, secara lahir dapat dilihat raut muka saya tiba-tiba
berubah menghitam tidak ada cahaya dalam prosesi Ruqyah. Saya lalu dinasehati
Untung agar kembali pada ajaran agama Islam yang murni dan saya diberi amalan
untuk dibaca.
Tetapi waktu
itu saya seakan kurang percaya akan apa yang saya alami, lalu saya pulang
kekos. Tidak lama dikamar dada saya terasa sesak lalu teman-teman saya mulai
mencoba membacakan Ayat-ayat Al-Qur’an pada saya hingga akhirnya saya kembali
kumat, lalu mereka kembali memanggil Mas Untung, lalu Mas Untung kembali
meruqyah saya. Setelah kurang lebih satu jam Mas Untung kewalahan karena ada
sangat banyak makhluk halus didalam tubuh saya lalu Mas Untung memanggil Mas
Faturakhman yang juga membawa teman-temannya.Waktu itu terjadi “pertempuran”
Mas Untung dan Mas Faturakhman melawan makhluk halus yang ada pada tubuh saya
yang waktu itu berjumlah 40.000 makhluk sebangsa jin dan syaitan (wallaahu
a’lam) dan katanya diluar tubuh saya ada ribuan jin dan syaitan lagi yang
menunggu untuk masuk. Bahkan ada mengaku ia adalah Pak Gatot yang sedang meraga
sukma masuk dalam tubuh saya untuk membantu menghadapi Mas Untung, Mas
Faturakhman , ada juga Jin mengaku-aku dewa, makhluk halus itu mengatakan
sangat marah pada Mas Untung dan Mas Faturakhman dikarenakan merekalah saya
kembali dalam Islam dan para makhluk halus itu mengatakan sangat ingin
“membantu” saya mencapai kesempurnaan dalam spiritualitas. Mereka sempat
menunjukkan kemampuan mereka mengetahui isi hati Mas Untung dan Mas Faturakhman
juga mengatakan hal-hal yang bersifat pribadi pada diri mereka bahkan hal-hal
yang bersifat rahasia pada diri Ayah saya yang berada di Lampung juga rahasia
keluarga saya makhluk halus itu mengetahuinya. Mereka juga mengetahui dengan
tepat nama-nama jin yang pernah dimiliki Mas Faturakhman (dulu ia sempat
mendalami ilmu ghaib tentang jin dan akhirnya bertobat).
Selama prosesi
Ruqyah itu sedikit demi sedikit saya sudah mulai sadar penuh secara bathin
namun tidak bisa mengontrol tubuh tapi bisa mendengarkan percakapan dan adu
kekuatan jin dengan kekuatan bacaan Al-Qur’an. Mas Untung dan Mas Faturakhman
selama dalam prosesi Ruqyah sempat beberapa kali menekan-nekan bagian tertentu
dalam tubuh saya atau meremas rambut pada kepala saya untuk mengeluarkan dan
membunuh makhuk astral yang ada pada diri saya itu dengan diiringi teriakan
kesakitan dari jin dan setan yang menguasai tubuh saya (saya bisa merasakan
kematian satu-persatu jin dan setan dalam tubuh saya,dimana saya merasakan
nafas saya serasa putus dan tubuh saya serasa tertekan kebumi disaat jin dan
setan itu berteriak pada teriakan terakhir hidupnya . Wallaahua’lam). Selama
kurang lebih delapan jam mereka mengobati sedangkan para tetangga diluar sudah
banyak mengumpul karena mendengar jin dan setan melalui lisan saya
berteriak-teriak minta ampun dengan kerasnya dan mulai terlihat keburukan
mereka yang ternyata mereka lalu mengolok-olok Mas Untung dan Mas Faturakhman
yang dikatakan mereka tidak mempunyai kekuatan apa-apa untuk menghadapi mereka
bangsa jin Ifrit, yang keadaannya sangat berbeda ketika mereka mempengaruhi
saya mereka berbuat-seolah mereka sangat suci.
Makhluk halus
itu juga sempat mengancam saya untuk mencabut nyawa saya jika saya tidak
mengusir orang yang menerapi saya, saya juga dipaksa mengikuti mereka dan
percaya pada ajaran mereka, mereka juga mengatakan melalui bathin saya bahwa
mereka punya kemampuan dan kekuasaan untuk mencabut nyawa saya. Mungkin lebih
dari lima kali mereka berbuat sesuatu pada diri saya sehingga saya merasa napas
saya serasa putus dan dan mendapat sensasi seolah-olah lingkungan sekitar
menjadi hening seketika, namun secara bathin saya katakan “Saya hanya
menyerahkan diri saya kepada Allah SWT semata,Dialah yang punya hak atas nyawa
saya dan saya minta ampun kepada Allah SWT atas segala kesalahan yang telah
saya perbuat!”Yang nyatanya mereka hanya menggertak saja dan tidak terbukti
sama sekali ancaman mereka itu.
Dalam prosesi
Ruqyah itu akhirnya diketahui ternyata selama ini sebelum saya ketempat Pak
Gatot pun sudah banyak makhluk halus yang ada dalam tubuh saya dalam berbagai
jenis bentuk makhluk astral yang ikut masuk ketika saya di attunement berbagai
aliran Reiki (ternyata sewaktu di attunement Reiki dan saat penyaluran Reiki
justru banyak makhluk ghaib yang masuk) dan saat berlatih tenaga dalam juga
saat melakukan laku Aji-ajian tertentu yang golongan Jinnya termasuk
“jawara-jawara” yang kuat-kuat ilmu dan tipuannya hingga saya tertipu tidak
menyadari keberadaan mereka sama sekali. Ternyata mereka memang punya misi
utama untuk menjebak agar manusia tidak mentauhidkan Allah dengan tipudayanya
dan tubuh saya telah dijadikan tempat bagi mereka sehingga mereka dapat
seenaknya keluar masuk pada diri saya sesuka hati mereka.
Sedangkan saya
tidak menyangka sama sekali,selama ini saya sangat yakin akan keampuhan energi
perlindungan yang telah saya program juga pagaran tenaga dalam yang telah saya
buat yang nyatanya tidak ada fungsi apa-apa.(Namun Alhamdulillah dalam prosesi
Ruqyah itu ada satu “pentolan” Jin sadar bernama Ronggowarsito yang kemudian
masuk Islam keluar dari tubuh saya dengan membawa ribuan anak buahnya setelah
didakwahi dan diselingi debat oleh Mas Faturakhman). Setelah delapan jam
meruqyah saya, Mas Untung dan Mas Faturakhman sudah kelelahan dan masih
menyisakan Jin dan Setan dalam tubuh saya walaupun sudah banyak Jin yang telah
tewas terbakar atau keluar dari tubuh saya. Makhluk halus terakhir itu
mengatakan ia adalah Allah dan ada yang mengaku Syekh Siti Jenar (tampaknya
tinggal dedengkotnya). Mas Untung mengatakan sekarang tinggal kamu sendiri yang
mengalahkannya dengan Fadhilah Al-Qur’an yang diajarkan pada saya. Karena
keadaan saya belum begitu baik saya lalu pulang ke Lampung tempat orang tua
saya tinggal. Dalam perjalanan ke Lampung makhluk halus itu kembali
mempengaruhi saya agar mengikuti bujuk rayu mereka dengan mengiming-imingi akan
membantu saya meningkatkan spiritualitas,saya benar-benar bisa mendengar ucapan
mereka lewat hati dan kembali mereka membuat sensasi-sensasi aneh pada diri
saya namun tidak sekuat dulu dan saya memang sudah mewaspadainya lalu saya
membaca Ayat-ayat Al-Qur’an dan saya mendengar dengan jelas sekali mereka
langsung berteriak kepanasan.
Saya di Lampung
di Ruqyah oleh Ustadz Ari Wibowo (sahabat Ustadz Fadlan) di Pondok Pesantren
Darul Fattah dan Ustadz Darsono ditempat yang berbeda ternyata masih banyak jin
dalam tubuh saya dan ada sihir yang terus menyerang saya. Saya juga sempat
dibawa Ibu saya ke Guru besar tenaga dalam Sinar Cakra yang ibuku waktu itu
menjadi anggota Sinar Cakra dan saya juga menjadi anggotanya. Yang terjadi
adalah mereka tertawa-tawa yang bisa didengar lewat bathin saya karena tidak
ada satu pun jurus-jurus tenaga dalam pada saat penyaluran energi tenaga dalam
sanggup mengusir bahkan melukai mereka karena ilmu-ilmu tenaga dalam dan
semacamnya itu sendiri adalah salah satu senjata dan tipu daya mereka untuk
mengecoh manusia.
Saya juga ingat
mereka pernah mengatakan sewaktu saya masih di Yogyakarta diwaktu jin dan setan
itu masih tersisa dalam tubuh saya,mereka sama sekali tidak mempan sama sekali
terhadap yang dinamakan Energi Ilahi atau Reiki (Untuk penjelasan tentang
hakikat Reiki, tenaga dalam dan ilmu kesaktian bisa membaca buku saya yang
berjudul “Membongkar Kesesatan Praktek Sihir Pada Reiki, Tenaga Dalam dan Ilmu
Kesaktian”) walaupun sempat saya mengalirkan jenis energi yang bersifat panas
sekelas Sakara juga Karuna KI ataupun energi sekaliber Shing Chi bahkan Reiki
Tao dan juga bola energi kuning emas yang katanya anti Jin sama sekali tidak
berarti malah mulai terlihat kejelekan mereka. Mereka sangat suka mengolok dan
mengejek dengan mengatakan Energi Ilahi itu tidak punya pengaruh apa-apa bahkan
sangat enak untuk “dimakan” dan Reiki itu adalah milik mereka lalu mereka
mengatakan bahwa saya orang bodoh tidak tahu apa-apa. Mereka juga mengatakan
mereka sudah berpengalaman selama ribuan tahun demi misinya untuk mempengaruhi
orang-orang seperti saya lewat kekuatan-kekuatan energi atau tenaga dalam. Pada
masa pengobatan ini saya sempat tiga kali antara sadar dan tidak didalam tidur
saya, saya berkelahi dengan makhluk halus yang masih tersisa didalam tubuh saya
dan saya bisa melihat wujudnya dengan sangat jelas seperti saya melihat dengan
mata telanjang.
Pada pertemuan
pertama saya melihat ada dua Jin laki-laki yang menyerang saya dan waktu itu
saya sempat terpukul namun saya tidak merasakan sakit dan saya dapat membanting
salah satu Jin itu sewaktu ia ingin menebas tubuh saya dengan pedangnya hingga
terkena temannya sendiri. Beberapa hari kemudian saya kembali bermimpi dan saya
kembali dapat melihat mereka dengan sangat jelas sekali namun dalam rupa yang
sangat menyeramkan dan mentertawai saya dengan tawa yang cukup mengerikan namun
tidak berani mendekati saya. Pada pertemuan ketiga inilah saya dapat melihat
wujud mereka secara lebih nyata wallahualam yaitu ada Jin yang berbentuk sangat
mirip dengan manusia namun tubuhnya begitu besar dan sangat tinggi dan setan
satu lagi berwujud seperti kera dengan tubuh sangat hitam dan pendek kira-kira
50 cm saja. Saya kali ini benar-benar berkelahi dengan mereka saya benar-benar
merasakan mereka menyerang saya.
Saya sempat
menangkap Jin yang bertubuh pendek dengan tangan kiri saya lalu saya cengkram
tubuhnya dengan keras dan saya bacakan Ayat Kursi hingga ia terbakar hingga Jin
yang satu lagi yang bertubuh amat mirip manusia itu tidak berani mendekat.
Setelah mendapat pengobatan Ruqyah di Lampung dengan Ustadz Ari Wibowo dan
Ustadz Darsono dan dengan cukup ketat melakukan dzikir juga doa-doa untuk
perlindungan diri, juga membeli mendengarkan kaset Ruqyah yang dibacakan Ustadz
Fadlan saya merasa agak baikan. Jin yang ada dalam tubuh saya itu tidak begitu
dapat lagi membuat sensasi-sensasi yang aneh pada bathin saya. Saya juga sempat
menelpon Ustadz Fadlan pada minggu kesatu bulan maret 2003 dan ada kejadian
yang cukup berkesan sewaktu saya menelpon Ustadz Fadlan, begitu Ustadz Fadlan
mengangkat Hp-nya dan saya mengatakan bahwa saya ingin konsultasi tantang
masalah Jin yang ada dalam tubuh saya, tiba-tiba saya langsung tidak dapat
mengontrol diri saya lalu Jin yang masih ada dalam tubuh saya itu
berteriak-teriak tidak sudi bertemu Ustadz Fadlan. Melihat Jin itu berbicara
melalui lisan saya maka Ustadz Fadlan langsung meruqyah saya secara jarak jauh
melalui telpon, saya bisa mendengar Jin yang ada dalam tubuh saya itu
berteriak-teriak kepanasan (dalam Terapi Ruqyah melalui Hp itu Alhamdulillah
saya bisa mengontrol tangan tubuh dan tangan saya untuk tetap duduk memegang
telpon). Lalu saya disadarkan kembali dan Ustadz Fadlan menyarankan agar saya
menemuinya di Jakarta atau di Yogyakarta. Saya lalu kembali ke Yogyakarta dan
saya sekembalinya di Yogyakarta berniat untuk menemui Ustadz Fadlan secara
langsung.
Pada hari
jum’at minggu ketiga bulan April 2003 saya menemui Ustadz Fadlan dengan
ditemani teman saya menuju tempat terapi Ruqyah Ustadz Fadlan untuk di
Ruqyah.Begitu sampai ditempat Ustadz Fadlan ada juga kejadian yang cukup
menghebohkan setelah saya turun dari motor dan mendengar suara Ustadz Fadlan
yang sedang melakukan Terapi Ruqyah, dada saya langsung terasa sesak dan saya
langsung jatuh terduduk ditanah,lalu saya muntah-muntah, saya merasa ada banyak
sekali yang keluar melalui mulut saya semacam uap yang keluar bersama-sama
muntahan saya. Saya lalu dibawa ke ruangan tempat Ruqyah massal berlangsung,di
ruangan itu saya tidak dapat lagi mengontrol diri saya, Jin yang telah
menguasai tubuh saya itu menangis meraung-raung kepanasan, tubuh saya juga
bergetar dengan hebatnya. Setelah setengah jam Jin melalui tubuh saya itu
menangis dan berteriak-teriak kepanasan lalu Ustadz Fadlan secara khusus
membacakan ayat-ayat Ruqyah kepada saya Ustadz Fadlan pada saat meruqyah saya
secara langsung sempat beberapa kali memukul-mukul juga menekan pada beberapa
bagian tubuh saya, lalu terjadi dialog Jin yang mendakwakan dirinya sebagai
golongan Jin Ifrit dengan Ust.Fadlan.
Jin itu mengaku
mempunyai ribuan anak buah dan dan sebagian besar anak buahnya itu telah pergi
dari tubuh saya dan juga Jin itu mengatakan bahwa gara-gara Ustadz Fadlan
banyak sekali anak buahnya yang tewas terbakar, Jin itu juga mengaku bahwa
Reiki itu sebenarnya dari kekuatan dirinya dan dalam berbagai jenis aliran
Reiki yang telah dikuasai saya itu ada banyak jenis Jin yang masuk sesuai
dengan jenis aliran Reiki yang telah dikuasai saya, juga ada banyak Jin lain
yang telah membantu dan menguasai saya pada saat latihan tenaga dalam yang
sesungguhnya tenaga dalam itu juga dari kekuatan mereka (percakapan antara
Ustadz Fadlan dengan Jin dalam tubuh saya itu sempat direkam oleh asisten
Ustadz Fadlan).
Lalu Ustadz
Fadlan mengajak Jin yang ada dalam tubuh saya itu bertobat dan masuk Islam,
tetapi Jin-Jin yang telah menguasai tubuh saya itu sepertinya enggan masuk
Islam bahkan ada salah satu Jin yang takut pada Pak Gatot Margono mengatakan
jika ia keluar maka Pak Gatot akan membunuhnya. Karena kebandelan mereka
setelah didakwahi masih saja tidak mau keluar dari tubuh saya maka Ustadz
Fadlan memukuli kembali mereka (dengan melalui perantara tubuh saya) hingga
mereka menjerit-jerit kesakitan dan kepanasan karena tubuh mereka luka-luka dan
terbakar. Akhirnya banyak diantara mereka yang menyerah kalah, lalu Ustadz
Fadlan memberi saya minum air sirih yang telah disaring dan dicampur garam dan
Ustadz Fadlan menyadarkan saya kembali. Selepas saya sadar Ustadz Fadlan lalu
memberi saya amalan doa perlindungan gangguan Jin yang mesti saya amalkan dan
Ustadz Fadlan menganjurkan saya untuk kembali datang karena masih ada sisa Jin
yang masih ada dalam tubuh saya. Pada jum’at berikutnya saya kembali datang
untuk kembali di Ruqyah namun kali ini Jin yang masih ada didalam tubuh saya
itu sudah tidak lagi begitu bisa menguasai tubuh saya tetapi masih bisa membuat
getaran-gataran pada tangan dan juga membuat mata saya terus mengeluarkan air mata,
dalam prosesi Ruqyah itu beberapa bagian tubuh saya dipukul untuk mengeluarkan
Jin yang masih tersisa. Alhamdulilllah setelah prosesi Ruqyah itu saya sudah
merasa baikan dan saya mulai bisa melaksanakan ibadah dan aktifitas sehari-hari
dengan baik.Lalu pada saya pada minggu-minggu berikutnya terus mengikuti
prosesi Ruqyah dan terus bertahan selama kurang lebih enam bulan lamanya dengan
dzikir dan do’a hingga saya benar-benar bisa terbebas dari pengaruh Jin yang
ada pada diri saya. Wallahualam.
(Sumber :metafisis.wordpress.com)
Penulis Tim Majalah Ghoib
Alamat : Gedung UNAS
Jl.Kalilio No.17-19 Senen Jakarta Pusat Telp. 021 – 021 7037 4645
0815 11311 554 , 0813 8185 5656
Awas jangan salah pilih! Nasehat ini
berlaku bagi siapapun yang ingin belajar agama. Hati-hatilah sebelum bergabung
dengan kelompok tertentu. Lantaran merebaknya aliran-aliran menyesatkan yang
bermunculan di negeri ini. Seperti kisah Anton, dua tahun lamanya ia bersama
kelompok pengajian yang mengajarkan ilmu pellet, tembus pandang maupun teluh.
Ia menuturkan kisahnya kepada Majalah Ghaib.
Senja itu, aku duduk di beranda rumah.
Di atas dipan bambu. Menghadap persimpangan jalan yang selalu ramai. Rumahku
memang terletak persis di jalan utama kampung. Lalu lalang orang di
persimpangan jalan itu menarik perhatianku. Seorang lelaki tua dengan cangkul
di pundak mengiringi langkah-langkah kambingnya. Bercak-bercak lumpur masih
menempel di pakaiannya. Tak jauh di belakang lelaki itu, seorang anak muda
berjalan santai. Bajunya bersih dengan songkok hitam menghias kepalanya. Rudi,
begitu ia biasa kupanggil. Ia tinggal dua gang dari rumahku.
Cukup lama aku diam. Bayangan lelaki
tua dan Rudi silih berganti mengisi pikiranku. Lelaki tua itu nampak tak peduli
dengan masa depannya. Ia tenggelam dalam kesibukan dunia. Saat matahari nyaris
tenggelam, ia baru melengggang pulang. Berbeda dengan Rudi, teman sebayaku yang
menghabiskan waktunya di sebuah pesantren di Jawa Timur. Sudah seminggu ini ia
ada di rumah.
Adzan Maghrib membuyarkan lamunanku. Aku bergegas mengambil songkok dan menyusul Rudi. Anak muda yang satu ini berbeda dengan pemuda yang biasa kukenal selama ini. “Hai Rud,” sapaku pada Rudi selepas shalat Maghrib. “Hei Ton, kamu makin gemuk saja,” sapanya balik sambil memelukku erat. Obrolan pun berlanjut di serambi masjid sambil menunggu waktu shalat Isya’.
Terus terang, aku tertarik dengan kepribadian Rudi. Ia nampak lebih dewasa dari usianya. Ia pun menuturkan pengalamannya selama ini. Ketenangan dan kedamaian hidup di tengah-tengah santri. Rudi memang lebih memilih mengabdikan diri di pesantren setelah lulus Aliyah (setingkat SMA). Ia menjabat sebagai wali asrama. Sebuah pengalaman yang menarik perhatianku.
Sayangnya, Rudi tak lama tinggal di rumah. Ia harus kembali ke pesantren. Namun, kepribadiannya yang kuat telah meninggalkan kesan mendalam dalam jiwaku. Ia memang sosok pemuda yang berbeda dari teman-temanku yang lain. Jenggotnya yang tipis membuatnya kian berwibawa. Bayangan masa kecil kembali berkelebat. Saat bermain bersama di pematang sawah, bermandi lumpur atau berenang di sungai. Rudi memang berbeda.
Dalam hati, aku ingin seperti dia. Aku ingin memiliki kepribadian yang kuat sepertinya. Haruskah aku mondok di pesantren seperti Rudi? Keinginan yang kuat itu terbentur dengan realita, bahwa aku tidak lagi anak SD. Usiaku sudah delapan belas tahun. Kembali ke pesantren tentu bukan pilihan terbaik bagi seseorang yang telah kuliah di semester satu.
Di tengah semangat yang membara untuk belajar agama itu aku bertemu dengan Dian. Teman SMP yang drop out. Kami memang jarang ngobrol selama ini. Ketika aku bercerita tentang Rudi dan keinginanku untuk belajar agama, Dian mengangguk-angguk pelan. “Ya sudah gabung saja denganku. Ntar malam jam sepuluh di mushalla RT III,” katanya menawariku bergabung dengan pengajian yang biasa diikutinya. Rudi boleh pergi, tapi semangat tidak boleh luntur, pikirku. Malam harinya, aku mampir ke rumah Dian. Tidak enak, bila berangkat sendirian ke pengajian yang belum pernah kuikuti. Kuhentikan mobil dengan kedipan mata.
Mushalla itu tidak terlalu besar. Kira-kira 7 x 12 meter. Deretan sandal-sandal menghias pelataran mushalla saat aku tiba di sana. Pengajian memang belum dimulai, tapi sekumpulan pemuda dan bapak-bapak tenggelam dalam dunianya masing-masing. Sama sekali tak memperhatikan kehadiranku bersama Dian.
“Yan, kok diam semua?” tanyaku penasaran pada Dian. “Biasa, mereka sedang berdzikir. Nanti kamu juga seperti mereka,” jawab Dian sambil mencari tempat duduk di pojok belakang. Aku mengikuti Dian dari belakang. Hanya itu yang bisa kulakukan dalam keterasingan ini.Setengah jam berlalu tanpa ada perubahan. Semua peserta pengajian tenggelam dalam dzikir masing-masing. Kutengok Dian di sebelahku. Ia juga sudah larut dalam dzikirnya. Aku pun terdiam dalam keheningan.
Sekitar jam sebelas, seorang kakek dalam balutan kain putih masuk mushalla. Langkahnya yang tegap tidak dapat menyembunyikan usianya. Orang-orang yang ada di dalam mushalla pun berdiri. Mereka mencium tangan kakek yang baru datang. Oh, ini gurunya gumamku lirih. “Malam ini, kita mengulang kembali dzikir yang kita pelajari minggu lalu,” ujar kakek yang biasa dipanggil dengan guru itu memulai pembicaraannya setelah salam. Aku pun tenggelam dalam dzikir bersama mereka, menghabiskan malam hingga menjelang Shubuh.
Malam itu adalah pengalaman pertama bagiku. Meski kuakui aku lebih banyak diam.
Malam-malam
berikutnya, aku selalu hadir dalam pengajian dzikir itu. Aku berusaha mengejar
ketinggalan dengan banyak bertanya kepada Dian. Alhasil, aku terbilang seorang
murid yang cepat menguasai dzikir yang diajarkan sang guru dalam berbagai
bahasanya. Masalah kuliah? Untuk sementara ini tidak ada masalah. Meski banyak
bolos, tapi setidaknya sekali dalam seminggu aku sempatkan hadir di kampus.
Sekadar bertemu teman-teman atau sesekali masuk ruang kuliah. Orangtua juga
tidak mempermasalahkannya. Kumanfaatkan celah kehidupan kampus yang berbeda
dengan SMA, seorang mahasiswa tidak harus mengikuti perkuliahan setiap hari.
Aku lebih disibukkan dengan rutinitas dzikir. Setidaknya, saat itu ada nilai lebih yang kurasakan dibandingkan dengan yang kudapat dari bangku kuliah. Tidaklah mengherankan bila gaya kelelawar tidak lagi kupermasalahkan.
Aku lebih disibukkan dengan rutinitas dzikir. Setidaknya, saat itu ada nilai lebih yang kurasakan dibandingkan dengan yang kudapat dari bangku kuliah. Tidaklah mengherankan bila gaya kelelawar tidak lagi kupermasalahkan.
Malam begadang
pagi mendengkur. Sejatinya, dzikir yang kami lantunkan itu bukan sembarang
dzikir. Karena dzikir itu merupakan pintu gerbang penguasaan ilmu kanuragan.
Berbagai jenis ilmu kesaktian yang selama ini hanya kudengar satu persatu dapat
aku kuasai. Hingga aku masuk dalam lingkar utama murid guru yang terdiri dari
lima orang.
Suatu malam,
guru mengajari kami dzikir dari surat Ar-Ra’du. “Kalian jangan meremehkan surat
Ar-Ra’du. Di dalamnya ada satu ayat yang bisa mendatangkan kekuatan yang mampu
menahan laju mobil,” tutur guru mengawali pengajian dzikir malam itu.Menurut
penjelasan guru, untuk menguasai dzikir dari surat Ar-Ra’du ini memang tidak
mudah. Ia harus dirapal di tempat tertentu dan dalam hitungan tertentu.
Akhirnya lima orang murid utama guru sepakat untuk menguasai ilmu yang diambil
dari dzikir surat Ar-Ra’du ini. Aku, Emon, Leo, Braja dan Dian dengan ditemani
guru pergi ke sumur tujuh di Serang, Banten.
Kami berenam
berangkat selepas Maghrib dari Jakarta. Jelang jam sebelas, kami tiba di lokasi
sumur tujuh. Waktu itu cuaca kurang bersahabat. Hujan gerimis menyertai
langkah-langkah kaki di atas tanah licin. Namun, jalanan yang gelap itu bukan
kendala bagi kami. Jalan setapak itu tidak ubahnya seperti jalanan berbatu
saja. Kami melangkah dengan pasti dibawah panduan ilmu terang untuk menembus
pekatnya malam. Setiba di suatu tempat, kami berpencar. Guru membagi kami
berlima. Masing-masing berdzikir di bawah pohon besar di salah satu sumur tujuh
itu tanpa ada yang menemani. Aku sendiri kebagian tempat di sumur dua.
Sementara guru menunggu kami di pendopo.
Sebelum
berpencar guru menyampaikan wejangan terakhir. “Kalau kalian melihat sesuatu
yang aneh, biarkan saja. Jangan hiraukan, karena itu adalah bagian dari ujian
ilmu ini,” ujar guru. Wejangan itu menjadi bekal bagi kami menuju sumur-sumur
masing-masing.Aku masuk kawasan sumur dua, saat jarum jam di tanganku menunjuk
angka 12. Tepat di bawah pohon besar, aku duduk bersila. Ku atur nafas dan
persiapkan diri sebaik mungkin. Selanjutnya sebuah ayat dari surat Ar-Ra’du
dengan lancar menghiasi bibirku. Ayat itu harus kuulang sebanyak 313 kali.
Entahlah, mengapa harus dalam hitungan sebanyak itu, kami tidak pernah
mempertanyakannya kepada guru.
Satu jam berlalu, gerakan-gerakan aneh di sekitar mulai kurasakan. Di atas kepala, seekor ular menggantung membelit dahan pohon yang cukup besar. Ular itu mendesis. Aku berusaha menguasai diri, bahwa ular itu hanyalah ular jadian. Ia bukan ular yang sesungguhnya dan tidak akan menggigitku. Kudiamkan saja, ular itu bergelayutan sampai akhirnya hilang dengan sendirinya.
Selang beberapa saat kemudian, dari sebelah kanan muncul seekor harimau. Ia mengaum dan mengibas-ngibaskan ekornya. Belum hilang keterkejutanku dari belakang seekor kalajengking besar datang menghampiri. Wejangan guru sebelum berpencar kembali terngiang di telinga. “Jangan hiraukan… Jangan hiraukan,” sekuat tenaga aku berusaha menguasai diri, hingga akhirnya hewan-hewan itu berbalik menjadi pendukung. Mereka tidak lagi menakutkan dengan tingkah polahnya, tapi justru menjadi pendukung. “Teruskan… Teruskan…. Teruskan…,” begitulah kata-kata yang terdengar di telinga.
Malam pun terus merayap menyertai bacaan dzikir surat Ar-Ra’du yang tetap mengalir dari mulutku. Semuanya berakhir ketika Shubuh menjelang. Aku bergegas kembali ke tempat berpisah. Ternyata teman-teman yang lain juga baru datang. Kami berkumpul dan menceritakan pengalamannya. Masing-masing dengan pengalamannya yang berbeda satu sama lain.
Pagi itu, kami langsung balik Jakarta Barat. Sore harinya, kami berkumpul kembali di lapangan bola. Di sanalah, kami melatih ilmu yang baru kami kuasai. Seorang teman melempar sebuah bola tepat ke arah kepalaku. Dan … beberapa detik sebelum menyentuh kepala, kubaca ayat dari surat Ar-Ra’du. Hasilnya, bola itu tertahan hanya beberapa senti dari mata. Kami terkesima. Sulit dipercaya bagaimana bola itu terhenti. Latihan itu terus kami ulang.
Dua hari
kemudian, kekuatan dzikir itu aku coba untuk menghentikan mobil.
Kebetulan, salah seorang teman membawa mobilnya ke lapangan. Emon yang menyetir. Ia sudah bersiap di belakang kemudi. Mobil sudah dinyalakan. Sementara aku berdiri di depan mobil. Aku konsentrasi dan merapal dzikir. Sedetik kemudian kuberi kode kepada Emon agar menarik pedal gas. Mobil menderu. Emon kembali menarik pedal gas, tapi mobil tetap tak bergerak. Mobil itu tertahan lajunya. Entah kekuatan apa yang menahannya. Semakin sering berdzikir, ilmuku semakin kuat, hingga akhirnya hanya dengan kedipan mata, sebuah mobil bisa berhenti mendadak. Mataku sanggup menembus tembok
Meski jarang masuk kuliah, bukan berarti nilaiku jelek. Soal ujian tidak menjadi masalah bagiku. Bahkan IP tiga pun kuraih di semester dua. Tak pelak, teman-teman keheranan, bagaimana mungkin seorang mahasiswa yang masuk seminggu sekali dapat nilai bagus. “Ton, kamu datang saat UTS-UTS doang, tapi nilai gedhe-gedhe juga. Percaya nggak percaya,” seloroh Gorda, teman sekelas.
Seloroh Gorda itu kutanggapi dengan senyuman saja.
Kebetulan, salah seorang teman membawa mobilnya ke lapangan. Emon yang menyetir. Ia sudah bersiap di belakang kemudi. Mobil sudah dinyalakan. Sementara aku berdiri di depan mobil. Aku konsentrasi dan merapal dzikir. Sedetik kemudian kuberi kode kepada Emon agar menarik pedal gas. Mobil menderu. Emon kembali menarik pedal gas, tapi mobil tetap tak bergerak. Mobil itu tertahan lajunya. Entah kekuatan apa yang menahannya. Semakin sering berdzikir, ilmuku semakin kuat, hingga akhirnya hanya dengan kedipan mata, sebuah mobil bisa berhenti mendadak. Mataku sanggup menembus tembok
Meski jarang masuk kuliah, bukan berarti nilaiku jelek. Soal ujian tidak menjadi masalah bagiku. Bahkan IP tiga pun kuraih di semester dua. Tak pelak, teman-teman keheranan, bagaimana mungkin seorang mahasiswa yang masuk seminggu sekali dapat nilai bagus. “Ton, kamu datang saat UTS-UTS doang, tapi nilai gedhe-gedhe juga. Percaya nggak percaya,” seloroh Gorda, teman sekelas.
Seloroh Gorda itu kutanggapi dengan senyuman saja.
Mereka tidak
tahu, bahwa saat ujian aku biasa merapal dzikir dan menerapkan ilmu tembus
pandang. Aku melirik lembar jawaban teman yang terkenal otaknya encer. Wah, itu
IP nya tiga lebih, nyontek sama dia saja, pikirku. Berikutnya tinggal membaca
wirid tertentu, jawaban dia langsung tergambar di pelupuk mata. Tinggal kutulis
ulang di lembar jawaban. Sejatinya ilmu tembus pandang dipergunakan untuk
membaca pikiran dan karakter seseorang saat pertemuan pertama. Namun, dalam
perkembangannya ilmu ini diterapkan untuk berbagai keperluan. Tidak sebatas
membaca pikiran tapi lebih jauh dari itu. Ilmu ini bisa melacak jejak orang
yang berada di balik tembok. Atau melihat tubuh seseorang, seperti saat tidak
mengenakan pakaian.
Dari tiga puluhan murid hanya tiga orang yang menguasai ilmu ini. Aku salah satu dari mereka. Namun, untuk menerawang seseorang dari balik bajunya, terus terang aku tidak berani melakukannya. Nuraniku menghalangi dan membatasi keinginan iseng itu. Meski pada akhirnya aku sempat kebobolan sekali. Di saat pergi ke pasar, aku terpesona dengan seseorang dan kuterapkan ilmu tembus pandang. Untunglah aku segera tersadar. Aku akhiri petualangan gila itu dengan berwudhu.
Tak terasa, setahun telah berlalu. Pengajian dzikir itu memberiku banyak pelajaran bagaimana menjadi orang sakti. Berbagai jenis ilmu telah kukuasai. Aku pun tidak kalah bersaing dengan seorang dukun yang terang-terangan membuka praktek. Kalau mau, aku bisa seperti mereka. Ilmu pelet sudah kukuasai. Ilmu kebal, tembus pandang, tapak muka, atau bahkan ilmu teluh.
Aku memang tidak mau mengabulkan semua permintaan orang yang minta tolong. Untuk meneluh misalnya. Bila yang mau dikerjai itu orang Islam aku tidak mau. Seperti ketika Vigo, seorang teman sepermainan, mengaku didzalimi oleh atasannya. Uang komisi 20 juta yang seharusnya ia dapatkan, tidak diterimanya. Vigo minta bantuanku. Aku bersedia. Tapi teluh ini tidak untuk membunuhnya, aku hanya ingin memberi pelajaran kepada orang yang mau menang sendiri dan tertawa di atas penderitaan orang lain. Supaya dia juga merasakan betapa susah menjadi orang tersiksa. Tersiksa karena penyakit atau himpitan ekonomi yang menyesakkan dada.
Aku yakin Vigo
hanya satu orang dari sekian banyak orang yang telah didzaliminya. Foto,
ranting pohon, kain kafan, tanah kuburan dan madat telah siap di atas meja.
Kutaruh madat di dalam rokok, lalu kunyalakan. Asap yang mengepul, kutiup ke
atas foto sambil merapal mantra. Aku tetap melakukannya hingga madat sebesar
biji jagung itu habis. Sementara itu tanah kuburan dan kain kafan kuikat
menjadi dua. Satu dilemparkan ke tempat air, dan sebuah ikatan lagi dibungkus
plastik lalu ditaruh di bawah ban mobil hingga teluh itu terlindas mobil orang
yang akan diteluh. Tak lama kemudian, teluh itu bekerja, bossnya Vigo dibawa ke
rumah sakit. Alasannya klise. Dia sakit mendadak. Cukup parah memang, ia sempat
pingsan beberapa kali. Melihat perkembangan yang tidak menentu, boss Vigo
akhirnya meminta maaf kepada karyawan. Ia mengakui selama ini dia telah berlaku
semena-mena. Para karyawan yang menurut Vigo berada di samping ranjang boss
hanya bisa menunduk. Di tengah kesedihan itu, sontak keajaiban terjadi.
Tiba-tiba boss Vigo tersenyum. Ia merasakan sudah baikan dan tidak butuh infus
lagi. Padahal beberapa menit sebelumnya ia masih merasakan sakit. Memang, teluh
yang kupelajari mudah dilunturkan. Hanya dengan meminta maaf, maka reaksi teluh
itu berangsur menurun.
Guru mengaku sebagai Tuhan.
Aku terhenyak. Pengajian di bulan Januari 2004 membangkitkan nalarku yang selama ini tenggelam dalam buaian kesaktian. Guru yang selama ini kami gugu dan kami tiru mulai membongkar jatidirinya. Ia mengaku sebagai Tuhan yang harus diikuti dan dipatuhi perintahnya. Semua itu bermula ketika ia mengaku berbicara dengan Tuhan. Bukan dalam shalat seperti yang biasa dilakukan seorang muslim. Tapi shalat dengan gayanya sendiri. Aku seakan dibangunkan dari tidur panjang. Aku sadar itu adalah kesalahan fatal yang tidak boleh terjadi. Meski guru meminta murid-muridnya untuk mematuhinya, tapi sejak itu friksi di antara kami mulai terbuka.
Kami berada dalam kebimbangan. Akhirnya Aku dan kelima orang murid utama yang selama ini selalu patuh dan hormat, mulai menyelidiki dengan seksama keseharian guru. Semua itu kami lakukan agar bisa mengambil keputusan terbaik atas kemelut yang berkembang. Hasil dari penyelidikan kami sungguh mengecewakan. Kami dapat bukti bahwa sudah lama guru tidak lagi mengikuti shalat Jum’at. Temuan ini menimbulkan kebimbangan baru. Bila guru tidak shalat Jum’at, tapi mengapa ilmu yang diajarkan selama ini terbukti keampuhannya? Ilmu tembus pandang, tapak muka, pelet, teluh maupun ilmu yang lain.
Kebingungan itu mengantarkan kami untuk bertanya kepada seorang ustadz terpandang di daerah kami. “Jangankan kamu, doa Iblis saja dikabulkan. Kalau manusia ada masanya kapan dikabulkan Allah, Iblis cepat dikabulkan. Karena ia dijanjikan neraka,” kata ustadz dengan bijak. Jawaban itu memuaskan kami, hingga tanpa ragu kami putuskan untuk mengundurkan diri dari perguruan. Ya, kami berlima sebagai murid utama dan paling tinggi penguasaan ilmunya, akhirnya harus mengakhiri kebersamaan kami setelah dua tahun tergabung dalam pengajian dzikir.
Sebenarnya ini bukan keputusan yang ringan, karena guru sempat mengancam. “Ntar pada apes semua kalau jadi mundur,” kata guru dengan suara sedikit ditekan. Sebagai seorang murid yang mengetahui kesaktian guru, wajar bila terbesit kekhawatiran bila guru akan membuktikan ancamannya. Tapi keputusan kami sudah bulat. Apapun yang terjadi kami harus keluar. Karena guru sudah tidak layak lagi dipatuhi dan diikuti perintahnya. Keputusan itu memberiku kesempatan untuk merenungkan kembali apa yang terjadi selama dua tahun belakangan. Perlahan ku ingat kembali kejadian-kejadian yang lalu. Pada akhirnya aku mengambil kesimpulan bahwa telah banyak yang berubah dalam diri ini.
Aku tidak lagi seorang adik yang manis di depan kakak-kakaknya. Aku mudah marah bila ada gurauan yang tidak enak didengar di telinga. Meski aku sadar bahwa itu hanya gurauan, tapi itulah yang terjadi. Hingga aku jarang berbincang-bincang dengan saudaraku sendiri. Perasaan sebagai orang sakti dan memiliki kemampuan lebih dibandingkan orang lain yang membuatku mudah terpancing. Hingga preman pasar pun hormat kepadaku. Hal ini bermula ketika pada suatu sore kuhantam dua orang preman dengan sekali pukul.
Bukan hanya preman yang merasakan kerasnya kepalan tanganku. Saat mengikuti demo mahasiswa menentang kebijakan kenaikan BBM, pun aku sempat bentrok dengan tiga orang polisi. Di saat mahasiswa sudah mau mundur, tiga polisi merangsek maju. Mereka mengejar mahasiswa. Aku yang berada di garis terdepan menjadi sasaran empuk mereka dan terjadilah baku hantam antara aku dan tiga orang polisi.
Sekian banyak masalah muncul, setelah aku bergabung dengan pengajian dzikir itu semakin menyadarkan diriku bahwa ada yang salah dalam dzikir-dzikirnya. Kuakui aku memang orang awam. Keterlibatanku dengan pengajian pada awalnya karena aku ingin belajar agama. Aku ingin seperti Rudi yang sopan dan lembut tutur katanya. Tapi yang terjadi kemudian di luar perkiraanku sendiri.
Di tengah kegalauan jiwa itu Allah mempertemukanku dengan sekelompok aktifis dakwah. Dari mereka, aku banyak belajar agama. Persahabatan itu semakin menguatkan diriku untuk mempelajari Islam dari orang-orang yang kompeten. Dari orang-orang yang mengedepankan kemurnian akidah dan keshahihan ibadah. Hingga pada akhirnya aku mengikuti ruqyah di kantor Majalah Ghaib cabang Tangerang.
Alhamdulillah
tingkat emosionalku menurun drastis. Lebih dari itu aku dapat menikmati
persaudaraan dengan kakak-kakakku. Tawa dan canda kembali menggema di antara
kami setelah sempat menghilang dua tahun. Allah mungkin memberiku jalan seperti
ini untuk masa depan yang lebih cerah. Semoga Allah merubah masa depanku ke
arah yang lebih baik.
( Sumber :
www.terapi-ruqyah.blogspot.com)
Mudah mudahan pengalaman saudara kita diatas bisa jadi
pelajaran bagi kita , agar hati hati dalam mempelajari ilmu kanuragaan.
Sebaiknya ikuti saja apa yang sudah diajarkan Rasulullah seperti shalat malam,
shalat dhuha, puasa senen dan kamis, istigfar, tasbih, tahlil ,membaca
asmaulhusna , dzikir mengingat Allah , membaca dan mentadabburi al Qur’an
setiap hari . Insya Allah akan mendapat berbagai kemudahan dalam hidup dan
dilindungi dari berbagai bahaya dan bencana.
(Sumber : Fadil ZA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar