Oleh : pak Agus Balung
Karena
lalai memberikan sesaji dan melanggar pantangan, jin pesugihan itu akhirnya
berbalik menyiksanya....
Seorang laki-laki tua kurus berpakaian compang-camping dan
bertampang dekil terlihat senyum-seyum sendiri di sudut pasar dekat tempat
pembuangan sampah. Setiap orang yang melihatnya pasti sudah tidak menduga kalau
lelaki itu orang gila alias tidak waras.
Dugaan itu memang tidak salah. Tapi, siapa sangka bahwa
laki-laki yang berpenampilan kotor dan lusuh itu dulunya bekas orang kaya dan
pejabat kepala desa di daerah setempat. Penulis baru mengetahui hal itu setelah
mendengarkan cerita dari pemilik warung makan tempat Misteri kebetulan mampir.
Dari penuturan Pak Diman, si pemilik warung, terkuaklah
kisah tragedi memilukan yang dialami oleh Suryo, nama lelaki tak waras itu.
Ternyata penyebab Suryo mengalami sakit jiwa tak lain adalah ulahnya sendiri.
Disebutkan, dia bersekutu dengan iblis untuk mendapatkan kekayaan dan jabatan.
"Suryo sangat serakah dan tamak. Dia tidak puas dengan
apa yang sudah didapatkannya. Dia ingin mendapatkan yang lebih dan lebih banyak
lagi. Akhirnya, dia termakan oleh ambisinya sendiri. Kehidupannya menjadi
hancur, menderita, miskin, dan akhirnya...gila. Begitulah keadaannya
sekarang," Pak Diman menuturkan.
"Bagaimana ceritanya sampai dia bisa bersekutur dengan
Iblis, Pak?" tanya Penulis, ingin tahu lebih jauh lagi.
"Ceritanya panjang. Tepatnya dimulai sejak dia masih
muda. Kira-kira tiga puluh lima tahun silam...."
Selanjutnya Pak Diman menceritakan riwayat hidup Suryo yang
kelam itu. Berikut ini kisah lengkapnya...:
Saat itu usia Suryo masih sekitar duapuluh tahunan. Sebagai
pemuda desa yang hidup miskin, Suryo diliputi keminderan. Dia jadi kurang pede
dalam pergaulan. Apalagi wajahnya tergolong tidak tampan. Hanya pas-pasan.
Namun, cinta memang tak pandang bulu. Cinta memang tak
pernah mengenal kasta. Tanpa sepengetahuan siapapun, diam-diam Suryo menyimpan
perasaan itu pada Yati, gadis cantik yang tinggal satu kampung dengannya.
Tak tahan memendam perasaan, Suryo nekad menyampaikan hasrat
hatinya kepada si gadis idaman. Sayangnya, cinta Suryo ditolak mentah-mentah
oleh Yati. Bahkan dengan terang-terangan Yati mencemooh dan mengejek Suryo.
"Cah edan! Tidak mau berkaca. Siapa yang mau sama
sampeyan. Muka kayak monyet gitu," demikian ujar Yati menghina.
Hati Suryo jadi terluka karenanya. Dengan menyimpan perasaan
dendam, dia lalu pergi ke seorang dukun untuk meminta bantuan gaib. Dia meminta
ajian pengasihan dari sang dukun agar bisa memelet Yati. Si dukun rupanya tak
keberatan membantunya.
Singkat cerita, dengan hanya bermodalkan selembar rambut
milik Yati yang diambil Suryo secara diam-diam sebagai media pelet, akhirnya
Yati berhasil ditaklukkan. Gadis yang pernah menghinanya itu datang ke rumahnya
dan merengek-rengek minta dinikahi.
Yati sungguh jatuh cinta setengah mati pada Suryo. Kejadian
yang sangat aneh ini sempat membuat keluarga Yati sedih. Meski mereka tahu Yati
seperti terkena guna-guna, namun mereka tak bisa berbuat apa-apa, karena aji
pelet yang dilancarkan Suryo tergolong tingkat tinggi. Meski mereka sudah
mencari orang pintar untuk mengobati Yati, namuh selalu saja gagal. Untuk
memendung aib yang lebih besar lagi, keluarga Yati akhirnya merestui perkawinan
Yati dengan Suryo.
Namun, meski menginjinkan Suryo menikahi anaknya, orang tua
Yati memberikah sebuah syarat yang harus dipenuhi Suryo. Syarat itu adalah
Suryo harus bisa memberikan kehidupan yang lebih baik. Mereka tidak mau Yati
hidup miskin dan menderita seperti keluarga Suryo.
"Kalau sampai anakku ditelantarkan dan hidup dalam
kemiskinan, maka aku tak segan menceraikan kalian. Aku akan ambil anakku
kembali!" demikianlah ancam ayah Yati.
Suryo menyanggupi permintaan mertuanya. Walau sebenarnya
cukup berat untuk dipenuhinya. Bagaimana tidak berat, dengan status
pengangguran dan orang tua yang miskin, mungkinkah dia bisa memberikan
kehidupan yang layak bagi isterinya? Untuk makan sehari-hari saja Suryo masih
tergantung pada orangtuanya yang hanya bermata pencaharian petani.
Akhirnya tak ada jalan lain yang bisa ditempuh kecuali
mendatangi dukun. Ya, setelah sukses memelet Yati, tampaknya Suryo ketagihan
ingin mengatasi kesulitan hidupnya dengan jalan mistik.
Kali ini dia ingin mendapatkan kekayaan dalam waktu relatif
singkat. Dia sering mendengar tentang ritual pesugihan yang bisa membuat orang
kaya mendadak, walau harus menempuh resiko tidak ringan. Suryo akan menempuh
jalan itu.
Dia kembali mendatangi dukun yang pernah menolongnya. Tapi
tidak seperti saat pertama datang dulu, kali ini sang dukun sempat
memperingatkannya.
"Maaf. Nak Suryo. Bukannya aku tidak ingin membantumu,
tapi hal ini mengandung resiko yang berat. Kamu harus mempersembahkan tumbal
dari keluargamu sendiri sehingga bisa tercapai keinginanmu itu. Selain itu kamu
juga harus bisa merawat dengan telaten kekuatan gaib yang akan membantumu
mencarikan harta kekayaan. Apakah kamu sanggup menghadapinya?" kata sang
dukun.
"Saya sanggup, Ki. Saya capek hidup jadi orang miskin.
Saya siap menghadapi resiko apa pun juga!" sahut Suryo dengan mantap.
"Tapi, Nak Suryo. Kekuatan gaib yang membantu
mencarikan kekayaan ini tergolong ganas dan tingkat tinggi. Jika sampai engkau
membuatnya kecewa, semisal tidak memberikan sesaji tepat waktu atau melanggar
pantangan yang harus dijalani, bisa-bisa makhluk gain itu akan mengamuk dan
berbalik menyakitimu."
"Saya siap menjalaninya dengan baik, Ki!" tegas
Suryo.
Sang dukun termenung sejenak. Karena Suryo tampaknya sudah
sangat mantap, akhirnya sang dukun mengabulkan permintaannya.
"Baiklah. Nanti saya akan tuntun Nak Suryo mendapatkan
aji pesugihan itu," katanya setelah diam untuk beberapa saat lamanya.
Begitulah. Dengan tuntunan sang dukun, Suryo mulai melakukan
beberapa ritual untuk memanggil kekuatan gaib yang bisa membantu mendatangkan
kekayaan dalam waktu singkat.
Salah satu ritual yang harus ditempuh Suryo adalah keharusan
menjalani lelaku di tengah hutan yang sangat wingit. Namun, karena tekadnya
yang sudah bulat dia tidak merasa gentar walau sedikitpun.
Setelah menjalankan ritual pesugihan itu, Suryo kembali ke
kampug halamannya. Sesampainya di rumah, Suryo mendapat kabar buruk, ayahnya
meninggal dunia. Kematian ayahnya yang terkesan wajar, disadari Suryo sebagai
bentuk tumbal pertama yang telah dipersembahkannya. Hatinya sedih juga. Namun
segera disingkirkan perasaan itu.
Selanjutnya, Suryo menjalani hidup seperti biasa, seolah
tidak pernah terjadi apa-apa. Walau sekarang dia sudah memiliki ilmu pesugihan,
bukan berarti uang akan datang begitu saja. Dia tetap harus bekerja sebagai
jalan untuk mendatangkan kekayaan. Pekerjaan yang dijalaninya adalah berdagang.
Mula-mula dia berdagang bakso keliling.
Tapi tidak seperti kebanyakan pedagang bakso lain yang
begitu susah mengais rejeki, Suryo sebaliknya. Dagangannya selalu laris. Bahkan
kemudian berkembang menjadi besar. Jika tadinya berdagang memakai gerobak, kini
sudah membuka warung sendiri.
Kehidupan Suryo pun berubah menjadi lebih berada. Banyak
orang yang kagum dan takjub dengan perkembangan hidup Suryo yang begitu pesat.
Dalam waktu relatif tidak lama, Suryo bisa merubah hidupnya sebagai orang kaya.
Dia bisa membeli tanah, membangun toko, membangun rumah, membeli perabotan
mewah, dan membeli kendaraan.
Namun perubahan hidup Suryo itu bukan tanpa kecurigaan
orang-orang di sekitarnya. Mereka mencurigai kekayaan yang didapat Suryo
dilakukan dengan cara tidak wajar. Hal ini dibuktikan dengan beberapa kejadian
aneh yang melingkupi hidup Suryo. Setiap kali isterinya, Yati melahirkan anak,
selalu bayinya mengalami kematian. Hanya satu orang anak Suryo yang hidup, tapi
anak itu mengalami cacat mental. Para warga menduga, anak-anak Suryo yang mati
itu digantikan sebagai tumbal. Untuk
menghilangkan kecurigaan orang-orang, Suryo kemudian
mengambil anak orang lain untuk dijadikan anak angkat. Biasanya bayi orang
miskin yang tidak kuat membayar biaya persalinan. Anak-anak itu ditampung di
rumahnya. Dia menjanjikan akan merawat dan menyekolahkan mereka hingga dewasa.
Ada tiga orang anak angkat yang diasuh oleh Suryo. Karena
mereka tidak mengalami nasib naas seperti anak kandung Suryo, dugaan
menumbalkan anak pun akhirnya sirna.
Namun kecurigaan masyarakat tidak hilang. Beberapa dari
mereka ada yang memergoki Suryo melarung sesaji di sebuah sungai. Ada juga yang
memergoki makhluk halus besar hitam di belakang rumah Suryo. Mereka mengira
makhluk halus itu sebagai peliharaan Suryo. Sayangnya, tidak ada seorang pun
yang berani mengusiknya.
Sementara itu Suryo yang telah hidup mapan, dengan memiliki
banyak usaha mulai dari pertokoaan, armada angkutan, perdagangan hasil bumi,
dan tanah perkebunan yang cukup luas, merasa tidak puas dengan apa yang sudah
dimilikinya.
Setelah kekayaan didapat, kini ada lahan lain yang ingin
dinikmatinya, yakni kedudukan sebagai pejabat. Kebetulan di desa tempat
tinggalnya ada pencalonan kepala desa, Suryo ikut mencalonkan diri.
Dengan mengandalkan kekayaannya sebenarnya dia bisa membeli
suara warga, namun Suryo masih kurang percaya diri. Dia tidak ingin kalah dari
calon lain, apalagi dia menyadari hanya berpendidikan SMP. Dia takut kalah dari
calon-calon lain yang berpendidikan tinggi.
Akhirnya dia kembali mencari jalan pintas dengan menemui
dukun andalannya. Tapi sekali lagi sang dukun sempat menghalangi keinginannya
itu.
"Buat apa lagi kamu menjagokan diri jadi kepala desa,
Nak Suryo. Bukankah dengan kehidupan sekarang kamu sudah cukup mapan dan
senang. Gaji kepala desa tidak ada seujung kukunya dari penghasilanmu sebagai
pengusaha?" cetus sang dukun.
"Aku bukan mengejar kekayaan lagi, Ki. Aku menginginkan
kedudukan terhormat di tengah masyarakat. Dengan menjadi kepala desa, aku akan
semakin disegani dan dihormati. Jadi tolonglah aku, Ki?" desak Suryo.
"Tapi aku khawatir kamu tidak bisa merawatnya dengan
baik, Nak. Untuk merawat kekuatan gaib ilmu pesugihan saja kamu sudah cukup
repot, bagaimana nanti kalau ditambah kekuatan gaib lain yang digunakan untuk
mengangkat derajatmu sebagai pejabat kepala desa? Apakah kamu sanggup?"
"Aku sanggup, Ki!" jawab Suryo mantap.
Karena Suryo terus memaksa, akhirnya sang dukun mengabulkan.
Memang, tampaknya Suryo sudah dikuasai ambisinya. Dia sangat
tamak dan rakus. Dia ingin mendapatkan semuanya. Setelah mendapatkan isteri
yang cantik, kekayaan, kini giliran..jabatan.
Setelah melakukan ritual dan laku untuk beberapa saat,
akhirnya Suryo berhasil mendapatkan apa yang diimpikan. Tidak seperti kekuatan
gaib untuk mendatangkan kekayaan, kekuatan gaib yang membantu meraih jabatan
ini tidak membutuhkan tumbal apa-apa. Hanya saja Suryo harus rajin memberi
sesaji dan merawatnya, karena kekuatan gaib ini juga cukup kuat dan ganas.
Saat dilangsungkan Pilkades, Suryo berhasil menang dengan
angka mutlak. Kini dia bisa menduduki tempat terhormat sebagai orang nomor satu
di desanya. Suryo bisa menikmati kejayaan sebagai orang kaya, terhormat, dan
memiliki jabatan bergengsi. Tidak ada orang seberuntung Suryo.
Namun kehidupan tidak selamanya berlangsung lancar.
Kehidupan yang dijalani Suryo akhirnya berbalik seratus delapanpuluh derajat.
Mungkin karena terlalu terlena dibuai kenikmatan duniawi, Suryo menjadi lalai.
Dia tak lagi memperhatikan kekuatan gaib yang menjadi beking utamanya. Dia lupa
melakukan ritual memberi sesaji, bahkan ada beberapa pantangan yang sempat
dilanggarnya.
Suatu hari Suryo mendadak jatuh sakit. Tapi anehnya, sakit
yang dideritanya tidak bisa terdeteksi oleh diagnosa dokter. Obat-obatan yang
diberikan pun tidak mampu meredam sakit luar biasa yang mendera tubuhnya.
Suryo merasakan badannya seolah panas dibakar api dan perih
seperti ditusuk duri-duri tajam. Mungkin itulah bentuk siksaan dari kekuatan
gaib yang marah padanya. Sementara di sisi lain, kedok Suryo yang telah
menggunakan ilmu pesugihan diketahui masyarakat. Hal ini bermula ketika salah
satu anak angkatnya kedapatan mati secara tidak wajar. Orang-orang mendapati di
dalam salah satu ruang di rumah Suryo terdapat aneka macam ubo rampe
yang biasa digunakan untuk acara sesembahan roh halus.
Tak pelak lagi, hal ini menimbulkan kemarahan masyarakat.
Mereka merusak rumah Suryo. Sementara Suryo sendiri mengungsi ke tempat lain.
Kejatuhan Suryo tinggal menunggu waktu. Satu persatu
usahanya bangkrut dan hartanya habis karena digunakan untuk mengobati
penyakitnya. Malangnya, Yati, isterinya yang tiba-tiba tersadar dari pengaruh
pelet kembali kepada orang tuannya dan menuntut cerai. Sementara ana-anak
angkat Suryo kembali kepada keluarganya masing-masing. Mereka ngeri
setelah mengetahui Suryo bersekutu dengan setan untuk mendapatkan kekayaan.
Akhirnya, Suryo jatuh miskin dan hidup terlunta-lunta. Dia
kehilangan jabatannya sebagai kepala desa, karena sudah tidak bisa melaksanakan
tugasnya dengan baik. Dia juga kehilangan seluruh harta kekayaannya.
Untunglah, ada seorang Kyai berilmu yang menolongnya
melepaskan siksaan jin peliharaannya. Tapi sayang, kesembuhan Suryo tidak
berlangsung seratus persen. Dia berubah tidak waras alias edan. Mungkin itu
sebagai karma atau balasan atas perbuatannya bersekutu dengan setan....
Begitulah kisah yang dialami Suryo. Semoga kejadian nyata
ini dapat memberikan pelajaran berharga pada kita semua, bahwasanya kita jangan
sekali-kali berhubungan dengan Iblis maupun pengikutnya seperti jin dan bangsa
halus lainnya. Sebab, sudah jelas bahwa Iblis menyesatkan hidup manusia. Wallahu'alam
bissawab!
Sumber : Eko Hartono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar