Jumat, 30 Agustus 2013

TUYUL MENURUT PANDANGAN ISLAM



TUYUL MENURUT PANDANGAN ISLAM
Oleh  :  pak Agus Balung

Menarik sekali dialog antara Mama Dedeh dengan Rahmatullah,   salah seorang peserta Aksi Indosiar yang ditayangkan secara live saat sahur, selama bulan Ramadhan 2013 yang baru lalu, tepatnya setiap pukul 02.00 dini hari sampai saat subuh. Dialog tersebut antara lain sebagaimana berikut  : “Menurut kamu, tuyul itu “Mitos” atau “Realitas”….?  Tanya Mama Dedeh pada Rohmatullah. Lalu Rahmatullaoh menjawab : “Mitos, mama”.  Dan jawaban tersebut dibenarkan oleh beliau.  Nah, berkaitan dengan hal tersebut, kali ini kita mencoba mengupas tentang “Tuyul”, ditinjau dari kacamata Islam.

Sebagian orang menyangka, segala sesuatu  yang berbau klenik, akan menyusut sejalan dengan perkembangan teknologi. Padahal sejak kapan ada hubungan antara teknologi dengan tahayul dan kesyirikan. Penyakit klenik dan syirik yang dilakukan msyarakat bisa saja muncul tanpa memandang waktu dan tempat. Bahkan bisa jadi lebih canggih dari pada klenik masa silam, sejalan dengan kecanggihan dunia IT.  Kita bisa saksikan, berbagai situs kesyirikan banyak tersebar di sekitar kita, dan  masih tumbuh subur,  dipasarkan melalui internet lagi.
Dan termasuk salah satu “tanda tanda  akhir zaman”,  adalah kesyirikan yang pernah ada di zaman jahiliyah, akan muncul kembali di tengah manusia.

Apa itu Tuyul
Fenomena tuyul, tak jauh beda dengan Nyi Roro Kidul.   Dia adalah jin, yang dilaporkan pernah dilihat oleh manusia dengan penampakan seperti anak kecil yang gundul,  yang suka mencuri, kemudian mereka istilahkan dengan tuyul.  Sehingga kata ‘tuyul’ sejatinya merupakan nama yang murni diberikan masyarakat. Sebagaimana ada jin yang menjelma seperti sosok berbalut kain mori, yang kemudian diistilahkan dengan pocong.
Sekaligus kita tekankan di sini, bahwa usaha untuk mencari hakikat nama-nama ‘makhluk halus’ yang tersebar ditengah masyarakat, seperti tuyul, gendoruwo, kuntilanak, pocong, dan sebagainya,   adalah sangat tidak penting. Bahkan layak dikatakan sia-sia, 100%  membuang-buang waktu dan pikiran. Karena sedikit pun kita tidak akan mendapatkan manfaat dari informasi tersebut.  Kita yang memahami asal-usul Nyi Roro Kidul, atau kuntilanak, dan semacamnya, sama sekali tidak akan membuat kita  jadi kaya atau tambah rajin ibadah. Kita cukup meyakini bahwa itu jin yang menjelma menjadi bentuk yang lain dan kebetulan bisa diindera, bisa dilihat  oleh manusia.

Bagaimana Mekanisme Tuyul Mencuri ?
Seperti layaknya jin, sosok yang disebut tuyul, juga bisa memindahkan barang. Hanya saja, antara satu jin dengan jin lainnya, berbeda kemampuannya, sebagaimana layaknya manusia. Ada jin yang bisa memindahkan barang berat, sebagaimana ada manusia yang bisa angkat berat. Jin juga bisa mencuri sebagaimana manusia bisa mencuri.
Kasus jin yang mencuri ini, tidak hanya muncul di masyarakat jawa. Di zaman Nabi-pun peristiwa ini pernah terjadi. Diantaranya peristiwa yang dialami Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,  ketika beliau ditugasi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menjaga zakat ramadhan. Malam harinya datang seorang pencuri dan mengambil makanan. Dia langsung ditangkap oleh Abu Hurairah. “Akan aku laporkan kamu ke Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Orang inipun memelas. Minta dilepaskan karena dia sangat membutuhkan dan punya tanggungan keluarga. Dilepaslah pencuri ini. Siang harinya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada Abu Hurairah tentang kejadian semalam. Setelah diberi laporan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Dia dusta, dia akan kembali lagi.” Benar, di malam kedua dia datang lagi. Ditangkap Abu Hurairah, dan memelas, kemudian beliau lepas. Malam ketiga dia datang lagi. Kali ini tidak ada ampun. Orang inipun minta dilepaskan. “Lepaskan aku, nanti aku ajari bacaan yang bermanfaat untukmu.” Kemudian dia mengajarkan bacaan ayat kursi sebelum tidur.
Di pagi harinya, kejadian ini dilaporkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. kemudian beliau bersabda: “Kali ini dia benar, meskipun aslinya dia pendusta.” (HR. Bukhari 2311)
Yang ditangkap oleh Abu Hurairah waktu itu adalah jin yang menjelma menjadi bentuk lain. Ketika menjelaskan hadis ini, al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan, “Jin terkadang menjelma dengan berbagai bentuk sehingga memungkinkan bagi manusia untuk melihatnya…” (Fathul Bari, 4:489).

Apakah Ada Yang Nyuruh?
Bisa jadi  ada yang nyuruh, bisa juga karena si jin iseng sendiri, atau kadang karena memang mereka butuh makanan seperti dalam hadis Abu Hurairah di atas.
Kasus orang yang merawat tuyul juga pernah terjadi di masa silam. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pernah menyebutkan tentang al-Hallaj – tokoh sufi yang mengaku telah menyatu dengan tuhannya – ,
وكان صاحب سيمياء وشياطين تخدمه أحياناً، كانوا معه (بعض أتباعه) على جبل أبي قبيس، فطلبوا منه حلاوة، فذهب إلى مكان قريب، وجاء بصحن حلوى، فكشفوا الأمر فوجدوا ذلك قد سرق من دكان حلاوي باليمن، حمله شيطان تلك البقعة
Al-Hallaj memiliki atribut khusus, terkadang setan membantunya. Seuatu ketika, dia bersama pengikutnya di bukit Abu Qubais, kemudian pengikutnya minta manisan. Kemudian al-Hallaj pergi ke tempat tertentu yang tidak jauh dari markasnya, lalu dia kembali dengan membawa sepiring manisan. Masyarakat pun mencari tahu kejadian sejatinya, ternyata sepiring makanan itu berasal dari toko manisan di Yaman, yang dibawa oleh setan ke tempat itu.  (Alam Jin wa asy-Syayathin, Hal. 93).
Wallhu a’lam bishowab


Tidak ada komentar: