Selasa, 02 Juli 2013

TAK SELAMANYA MENDUNG ITU KELABU (Part : 1)



TAK SELAMANYA MENDUNG ITU KELABU  (Part : 1)
Oleh  :  pak Agus Balung

Pergiliran roda kehidupan kadang tidak bisa kita tolak.  Menghadapi kenyataan dan berserah kepada Allah, adalah jalan yang terbaik.   Adakalanya kita tertawa ceria, kala yang lain datang isak tangis.  Kadang kita nikmati manisnya hidup, kadang kita cicipi juga pahitnya. Itulah romantika perjalanan hidup.  Awan hitam pekat dan hujan badai tak kan turun selamanya.   Pada saatnya nati akan digantikan oleh indahnya pelangi dan sejuknya sinar mentari.

Saudara-saudaraku yang budiman, kehidupan ini bukan kita yang punya, bukan pula kita yang mengendalikan.
Makanya ia sering berjalan bertolak belakang dengan yang kita inginkan.
Bisnis kita bisa gagal, panen kita bisa buyar, rencana kita bisa batal, . Lalu siapa yang punya…?
Kita sudah tahu jawabannya, yaitu Allah,  Allah Yang Maha Memegang Segala Urusan.

Bila sudah tahu hal ini, mestinya kita tidak jadi manusia yang gampang bersedih, marah, kecewa apalagi berputus asa.
Kan, bukan kita yang mengatur hidup ini,  jadi, serahkan saja kepada Yang Maha Mengatur.
Bila gagal disebabkan kita yang salah, maka minta ampunlah.  Bila gagal, disebabkan  itu adalah ujian,  maka hendaklah  kita mohon diberi keselamatan.

Memang tidak gampang menerima kenyataan.
Apalagi biasanya yang dinisbahkan sebagai kenyataan adalah hal-hal yang dipandang buruk oleh manusia.
Misalnya kehilangan putra yang disayang sebab kecelakaan alam, kehilangan mobil, kehilangan motor padahal cicilannya masih panjang lunasnya dan tidak berasuransi, putus sekolah, putus kuliah, berhenti kerja, bangkrut dagang, dan lain sebagainya.
Disebut tidak gampang sebab memang ia membawa kita pada kesedihan.
Apalagi kita manusia,  punya hati,  punya rasa,  punya perasaan.
Cuma, kalau kita pikir-pikir, diterima atau tidak diterima, toh kejadian buruk terjadi juga, ia sudah terjadi, dan kita tidak bisa memutar waktu.
Hilang mobil, kita marah kita sedih, mobil sudah terlanjur hilang. Kita terjatuh,  kita marah,  kita sedih,  toh, kenyataannya kita memang sudah terjatuh.
Apalagi yang bisa kita lakukan kecuali memang mengembalikan lagi semua kejadian kepada Penguasa Setiap Kejadian.

Ibarat siang dan malam, beginilah kehidupan berputar.
Tidak mungkin kita hidup dalam nuansa yang terus menerus terang. Tidak mungkin itu..
Pasti ada masa di mana suasananya buram atau bahkan gelap.
Begitu pula sebaliknya, tidak mungkin kita hidup dalam suasana gelap, sedih, susah, pengap serasa terhimpit untuk selamanya. Tidak mungkin itu.
Pasti ada juga masa terang, ceriah, dan manis.
Oleh karenanya saat kita dalam keterpurukan, lalui saja dengan ikhlas, lalui saja dengan lapang. Toh ketika malam datang, kita juga tahu bahwa esok fajar kan menjelang, lalu siang kan kembali datang.

Tidak ada komentar: