Selasa, 16 Juli 2013

KESEMPATAN ITU MASIH JUGA DIBERIKAN PADA FIR'AUN



‘KESEMPATAN’  ITU MASIH JUGA DIBERIKAN PADA FIR’AUN

Oleh : pak Agus Balung

Tak seorangpun yang tak pernah berbuat salah dan dosa. Seetiap anak manusia pasti pernah berbuat khilaf, salah dan dosa. Mengapa, karena tidak ada manusia yang sempurna. Kepada mereka yang merasa berdosa besar, kepada mereka yang merasa punya berdosa banyak, ketahuilah sesungguhnya Allah menunggu pintu-Nya diketuk, untuk kemudian Dia beri ampunan, maaf dan karunia. Bukankah Allah itu dzat yang Maha Pemurah, Pengasih dan maha Pemaaf.

Sesungguhnya sangat  beruntunglah manusia yang bertuhankan Allah. Karena Dia begitu besar sifat pemaafnya terhadap hambaNya, Allah Maha Pemaaf.  Allah berfirman melalui hadits qudsi-Nya, yang diriwayatkan oleh Abu Dzar al Ghiffari :

“wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kamu berbuat dosa di waktu malam dan di siang hari, sedang Aku mengampuni segala dosa. Maka mintalah ampunan kepada-Ku, niscaya Aku mengampuni dosa kamu.”

Kemudian diriwayatkan juga oleh Turmudzi sebuah hadits qudsi yang juga sejuk didengar oleh para pendosa,
“wahai Bani Adam, apabila engkau mengajukan permohonan dan mengharap kepada-Ku, Ku-ampuni segala yang ada padamu tanpa peduli. Wahai Bani Adam, sekalipun dosamu bertumpuk-tumpuk hingga setinggi langit, tapi kemudian engkau meminta ampun kepada-Ku, niscaya Ku-ampuni dosamu. Wahai Bani Adam, sekiranya engkau datang dengan dosa setimbang bumi, kemudian engkau menemui Aku dalam keadaan tidak mensekutukan Aku dengan sesuatupun, niscaya Aku kurniakan ampunan setimbang dosa itu.”

Begitulah Allah memberi kabar, membesarkan hati para pendosa, memotivasi para pembangkang-Nya, Bahwa Dia selalu berkenan menerimanya kembali, dan bahkan mengahapuskan segala salah dan dosa anak manusia.


Memang ada sebagian fuqaha yang mengklasifikasikan ampunan dan maaf Allah. Kata beliau, para fuqaha itu,  Yang diampuni itu adalah dosa dan maksiat kepada Allah.   Sedangkan dosa terhadap sesama  manusia, ampunan dan maaf tetap terletak pada keridhaan manusia yang bersangkutan.

Namun ada juga yang berpendapat lain.  Bahwa, kalau Allah sudah berkehendak mengampuni, mengapa lagi harus menunggu ampunan dan maaf dari manusia.

Yang penting kita mau memohon ampunan-Nya, meminta maaf-Nya, Mengimani-Nya kembali seraya memperbaiki diri dan berbuat kebaikan.
Urusan dengan manusia dengan segala problematika kehidupannya akan menjadi urusan Allah. Allah yang akan mengurus sebaik baik urusan.

Lihat saja firman-firman-Nya berikut ini:
“… Barangsiapa yang mendapatkan pelajaran dari Tuhannya, menerima peringatan dari-Nya, lalu dia menghentikan langkah buruknya, maka yang lalu biarlah berlalu. Dan urusannya menjadi urusan Allah…” (al Baqarah: 275).

“… Barangsiapa yang mengerjakan perbuatan dosa [sebelum ayat ini Allah menyebut sekian deretan dosa besar] maka sungguh ia melakukan perbuatan salah. Akan ditimpakan baginy azab di hari kiamat kelak dan dihinakan sehina-hinanya. Kecuali mereka yang berhenti, kembali beriman dan mengerjakan amal kebaikan. Maka mereka inilah yang akan Allah gantikan keburukannya dengan kebaikan demi kebaikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (al Furqân: 68-70).

Bahkan menilik dari ayat 68-70 surah al Furqan di atas, Allah malah menjanjikan merubah keadaan buruk menjadi keadaan yang baik.

Kuncinya, hentikan saja dulu perbuatan buruk, kembali mengimani-Nya dan melakukan perbuatan baik. Kalau tadinya ia terhina disebabkan kelakuannya, kelak,  ia akan menjadi terhormat sebab dari petaubatannya dan sebab kelakuannya pula.

Kalau tadinya ia punya hutang banyak, dan tidak sanggup menemui orang-orang yang dijadikan tempat berhutang, Kelak urusan Allah membayarkan hutang hutangnya dan menjadikannya banyak uang.

Kalau tadinya seribu orang mengenal diri dia sebagai perusak dan penjahat, Maka menjadi urusan Allah untuk mengubah citra dirinya menjadi dikenal sebagai manusia mulia yang terhormat, dan disegani banyak orang.  Hal yang demikian tidak sulit bagi Allah. Sangat mudah.

Allah punya berjuta cara misterius dalam menolong dan mengangkat derajat seseorang. Dan Allah juga punya kuasa untuk membolak-balikkan keadaan seseorang.

Fir’aun saja masih diberikan kesempatan

Sehubungan dengan luasnya kesempatan yang diberikan Allah, kita mengetahui lewat firman-Nya, bahwa Allah-pun pernah memberikan kesempatan kepada Fir’aun untuk memperbaiki diri.

Kalau  terhadap Fir’aun saja, sosok yang sangat durhaka pada Allah, yang tingkat kejahatannya sudah diabadikan dalam Al Qur’an, masih juga  diberikan kesempatan oleh Allah untuk memperbaiki diri dan beroleh rahmat-Nya kembali,…… apalagi kita?

Mudah-mudahan Allah berkenan mengampuni kita dan mengubah jalan hidup kita;
“Apakah sudah sampai berita tentang Musa kepadamu? Yaitu ketika Tuhan memberinya wahyu di bukit yang diberkati, pergilah engkau kepada Fir’aun sesungguhnya dia adalah manusia pendurhaka. Dan katakanlah kepadanya, akankah ia sudi mensucikan dirinya…?” (an Nazi’ât: 15-18).

Sebagai manusia yang tidak pernah luput dari kesalahan dan dosa, kita tidak boleh memutus-asa kan seseorang dari rahmat Allah. Misalnya, dengan mengatakan bahwa dosanya tidak akan terampuni, atau dia telah terlaknat.
Seharusnya kita gembirakan hatinya, dan kita ajak ia untuk menggapai lagi kebersihan hati untuk menggapai rahmat dan ridho-Nya.

Akan halnya kesusahan,  harus diakui penyebab yang paling banyak adalah lantaran kita sendiri yang menimbulkannya. Maka akan menjadi indah tawaran-tawaran Allah untuk kita, agar kita bisa mensucikan diri. Subahanallah.

Kalau kita sudah bersih kembali, atau paling tidak ada upaya pembersihan diri, maka Allah pun akan berkenan untuk mendekat kembali kepada kita. Dan memperbaiki kwalitas hidup dan kehidupan kita. Semoga

Di mata Allah, semua manusia berkesempatan sama, berkesempatan memperbaiki diri dan berkesempatan memperoleh ampunan dan rahmat-Nya kembali.

(Sumber disarikan dari  :  Materi  KH Yusuf Mansyur)

Tidak ada komentar: