Rabu, 24 Juli 2013

BULAN TURUNNYA AL QUR'AN



BULAN TURUNNYA AL QUR’AN

Oleh : pak Agus Balung

Suatu ketika pak Alimun bertanya pada seorang temannya, di pos kamling saat ronda kampung, pertanyaannya begini : “Kenapa sih, kita ini koq diwajibkan berpuasa ?”
Temanya menjawab : “Kita diwajibkan berpuasa agar supaya kita menjadi orang yang bertaqwa”, kemudian teman tadi megutip firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 183  :
“Hai, orang orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa.”


Lalu pak Alimun berkilah, jawaban itu belum tepat. Karena dalam ayat tersebut berbunyi “…..AGAR kamu BERTAQWA…”, dan itu artinya bukan ‘penyebab’, melainkan ‘akibat’.  Jika kita berpuasa dengan baik dan benar, maka kita akan menjadi orang yang bertaqwa, yang memiliki kontrol yang bagus.

Seorang teman yang lain ikutan menjawab, “supaya menjadi sehat”, teman itupun mengutip sabda Rasulullah SAW : “Shuumu tashiihu”..berpuasalah kamu, maka kamu akan sehat. Atas jawaban yang inipun, pak Alimun masih berargumen, “supaya sehat” itupun bukan ‘penyebab’, melainkan ‘akibat’.  Siapapun orangnya, lanjut pak Alimun, kalau dia berpuasa dengan baik dan benar, maka insya Allah dia akan menjadi lebih sehat.
Kedua-duanya, yaitu “taqwa” dan “sehat” adalah akibat dari puasa, karena menggunakan kata sambung “agar” dan “supaya”.

Ada hal lain yang menjadi penyebab utama, kenapa umat Islam diwajibkan berpuasa dibulan Ramadhan, yakni, disebabkan turunnya al Quran sebagai petunjuk di bulan suci itu, sebagaimana firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 185 :
Bulan Ramadhan adalah bulan yang didalamnya diturunkan al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia. Dan (berisi) penjelasan penjelasan mengenai pentunjuk itu. ‘Karena itu”, barang siapa diantara kamu menyaksikan (datangnya) bulan itu, ‘hendaklah’ ia berpuasa dibulan tersebut.”

“…….hendaklah ia berpuasa dibulan tersebut”,  nah kata sambung ‘karena itu’ dalam ayat tersebut diatas menunjukkan ‘penyebab’.  Bahwa umat islam diperintahkan untuk berpuasa karena turunnya kitab suci al Qu’an, bukan oleh sebab yang lain.

Oleh karena itulah, adalah suatu hal yang kurang patut bilamana ada orang yang berpuasa tapi tidak rajin membaca al Qu’an, mengapa….karena menyalahi latar belakang turunnya perintah puasa Ramadhan.
Membaca, dalam hal ini tidaklah sekedar reading, atau  maos thok, melainkan harus sampai pada memahami, dan finalnya memperoleh pentunjuk dari dalamnya. Mdengapa, sebab, dalam ayat 185, surat Al Baqarah tersebut jelas jelas memberikan arah, bahwa al Qur’an yang diturunkan dibulan Ramadhan ini berisi petunjuk bagi kita, manusia, “huddan linnas” bahkan lebih jauh mestinya harus sampai pada tahap meperoleh “al furqon” alias pembeda.

Sebuah ungkapan implisit, bahwa seorang yang memperoleh petunjuk itu mestinya bisa ‘tampil beda’  dalam kehidupan sehari harinya. Bukan menjadi follower, akan tetapi menjadi trend setter.  Dengan kata lain, seseorang yang menerapkan ajaran al Qur’an dalam hidupnya ia akan mempunyai pegangan yang kokoh, yang akan menjadikannya sebagai pioneer yang mencerahkan sesame lingkunganya. Menjadi agen perubahan, bahkan menjadi teladan.

Tetapi kenapa banyak orang islam yang belum bisa menjadi pioneer, belum bisa menjadi agen perubahan dan teladan ?.    Jawabnya sederhana : berarti ia belum memproleh petunjuk dari dalam al Qur’an.  Barangkali membacanya hanya sebatas formalitas. Khatam bolak balik, tapi tidak paham maknanya, apalagi menjalankan dalam kehidupan sehari hari.

Ambil satu missal saja, al Qur’an mengajarkan kejujuran, dan sudah kita abaca berkali kali ayat ayat tentang kejujuran itu, akan tetapi dalam kehidupan sehari hari banyak diantara kita yang tidak jujur.
Lalu, al Qur’an mengajarkan keadilan, dan kita berkali kali mengutipnya, tetapi setiap hari kita tidak berlaku adil.  Al Qur’an mengajarkan berpolitik yang Islami, tetapi kenyataannya akhlak berpolitik kita amburadul, dan seterusnya, dan seterusnya. Banyak ketidak cocokan antara pentunjuk al Qur’an dengan perilaku kita, dalam berbudaya, berekonomi, berpendidikan, berumah tangga, bermasyarakat, dan lain sebagainya.

Maka, bulan Ramadhan adalah bulan membaca al Qur’an sampai paham. Bukan hanya soal khatam,  bahkan bukan soal  berapa kali khatam.  Akan tetapi diharapkan kita, kaum muslim mampu mengaplikasikan pentunjuk didalam al Qur’an itu sendiri dalam kehidupan kita sehari hari, yaitu dengan cara membaca al Qur’an sambil merenungkan dan memahami isinya secara mendalam.

“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) al Qur’an karena hendak cepat cepat (menyelesaikan)-nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah menghimpunkan (pengertian)-nya dan membacanya.  Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasan (isi)nya”  (QS : Al Qiyaamah : 16-19)

Dengan cara ini, umat Islam akan memperoleh hikmah yang luar biasa banyaknya dari dalam al Qur’an sebagai petunjuk.  Dan kemudian melatihnya selama bulan Ramadhan dengan puasa yang baik dan benar.  Puasa yang bukan hanya sekedar menahan lapar dan dahaga. Melainkan puasa yang bisa mendidik jiwa raga kita menjadi lebih sehat  dan bertaqwa.
Hasilnya, insya Allah, seusai Ramadhan umat Islam bakal memperoleh al furqon yang menjadikannya sebagai pribadi yang ‘tampil beda’. Bahkan, menjadi agen perubahan menuju arah yang lebih baik bagi masyarakatnya. Sungguh bangsa ini butuh orang orang yang seperti ini. Insya Allah.

Wallahu a’lam bishawab



Tidak ada komentar: