Selasa, 14 Mei 2013

MENDAPAT HIDAYAH.....KARENA WUDHU'




Oleh  :  pak  Agus  Balung


Puluhan tahun ia menganut aliran kepercayaan Kejawen. Suatu hari ia ingin mati dalam keadaan Islam. Sejak itulah, wanita bernama Wiyanty ini bersaksi bahwa Allah adalah Tuhanku, dan Muhammad Rasulku. Berikut ini penuturan kisahnya. 

Saya terlahir dari keluarga penganut aliran kepercayaan Kejawen, yaitu ajaran spiritual asli leluhur tanah Jawa, yang belum terkena pengaruh budaya atau agama dari luar. Aliran kepercayaan ini mengajarkan tentang adanya Tuhan Yang Maha Esa dan nilai-nilai kebajikan. Keluarga saya berasal dari Jawa. Kedua orangtua saya penganut ajaran leluhur itu, hingga ajal menjemput mereka.

Ketika masih remaja, sekitar umur 15 tahun, saya sedikit demi sedikit mulai bertanya tentang Islam. Waktu itu, di rumah saya, ada seorang pembantu rumah tangga beragama Islam. Saya bertanya kepada dia soal ajaran-ajaran dalam agama Islam, termasuk masalah wudhu yang dilakukan sebelum shalat.
Pembantu saya bilang, Orang shalat harus ber-wudhu dulu yakni mencuci bagian tubuh agar bersih. Sejak itulah saya mulai tertarik pada Islam. Saya berpikir bahwa Islam ternyata sangat menghargai kebersihan.
Saya belajar wudhu, shalat, baca al-Quran, dan sebagainya kepada pembantu saya. Hal ini berlangsung hingga puluhan tahun. Saya menikah dan kemudian dikaruniai tiga orang anak. Saya menikah dengan seorang penganut agama Katolik tapi suami saya tidak bisa memaksakan saya untuk ikut agamanya kala itu. Saya dikaruniai tiga anak dan lima cucu. Ketiganya memeluk agama yang berbeda. Satu diantaranya beragama Katolik. Dua lainnya beragama Budha. Mereka disekolahkan di sekolah Katolik sejak kecil.
Di samping saya belajar tentang Islam pada pembantu, saya juga sering menonton acara pengajian di televisi. Hingga suatu hari saya menonton sebuah acara religi di salah satu stasiun televisi swasta. Waktu itu mengupas seputar profil Yayasan Haji Karim Oei, yaitu sebuah yayasan yang menampung para muallaf dari etnis Tionghoa.

Di tempat itulah saya kemudian secara intens mempelajari agama Islam. Setidaknya, satu kali atau dua kali dalam seminggu saya berkonsultasi tentang agama Islam. Saya kemudian berpikir bahwa suatu hari saya akan meninggal. Persoalannya, ke mana saya akan berpijak setelah meninggal? Sebab, ibaratnya, saya ini masih berada dalam persimpangan jalan. Karena itu perlu ada kejelasan bagi saya.
Hingga akhirnya, pada tahun 2002, saya merasa yakin untuk memeluk agama Islam. Saya lalu mengikrarkan diri di hadapan umat Islam di Masjid Lautze, di kawasan Pasar Baru, Jakarta Pusat, untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. “Asyhadu allaa ilaaha ill-Allah. Wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah.”

Respon Suami
Setelah memeluk Islam, suami saya meresponsnya biasa-biasa saja. Ia sudah tahu bahwa saya tidak mau ikut agama yang dia anut. Ia juga tahu bahwa saya sejak dulu tertarik pada Islam.
Saya masuk Islam bukan karena ikut-ikutan. Maka, saya juga tidak ingin mengajak orang untuk masuk Islam karena ikut-ikutan. Sebab, pintu hidayah itu datangnya dari Allah. Agama itu ibaratnya sebuah jalan. Jalan kan banyak. Tinggal kita mau mengambil jalan mana. Kita mau melangkah di sebelah mana. Dan, Islam adalah satu dari sekian banyak jalan yang ada. Semua terserah mereka. Yang terpenting, saya ingin menjalankan agama saya ini dengan sepenuh hati. Saya ingin memberi contoh pada keluarga saya, bahwa agama yang saya anut sangat baik. Saya ingin memberi gambaran tentang ajaran Islam melalui perilaku yang saya kerjakan setiap hari. Saya juga merasa belum begitu baik memahami tentang Islam. Saya masih banyak belajar.
Untuk melengkapi pengetahuan, saya sering mendengarkan acara pengajian di televisi dan radio. Salah satu acara favorit saya adalah pengajian yang disampaikan oleh Mamah Dedeh. Bisa dibilang bahwa saya ini pengagum beliau. Setiap hari saya menonton acara tersebut. Di samping itu saya juga sering menghadiri acara-acara pengajian yang lain. Setiap ada undangan pengajian, terutama di bulan Ramadhan, saya selalu datang.

Hingga kini saya merasa kesulitan untuk mempelajari al-Quran, karena al-Quran berbahasa Arab, sementara bahasa Arab sulit dipelajari. Maka dari itu, untuk menyiasatinya, saya mempelajari al-Quran yang terjemahan bahasa China. Saya merasa lebih mudah paham mempelajari al-Quran terjemahan berbahasa China.
Islam bagi saya adalah agama yang cinta damai. Hanya saja, agama Islam di Indonesia tercemar lantaran umatnya yang tidak menjalankan ajaran agama dengan sungguh-sungguh. Banyak kalangan di luar Islam menganggap jelek pada Islam, dikarenakan banyak kasus-kasus kriminal dilakukan oleh umat Islam sendiri. Kalau umat Islam benar-benar menjalankan ajarannya dengan baik, hal-hal jelek pasti dapat dihindari.
Misalnya saja; Islam sangat menghargai tentang kebersihan. Sebelum shalat kita harus ber-wudhu. Kita cuci tangan, muka, kepala, kuping, dan kaki. Itu artinya bahwa Islam adalah agama yang menghormati nilai-nilai kebersihan. Kita juga diwajibkan untuk shalat lima waktu. Semua waktu shalat itu sesuai dengan kebutuhan kita, dan ujung-ujungnya akan bermanfaat untuk kita.
Shalat adalah ibadah wajib yang tidak hanya akan memperoleh pahala, tapi juga bisa membuat yang mengerjakannya merasa tenang. Hati saya merasa tenang setelah melakukan shalat. Di samping itu, shalat juga menyegarkan kondisi kejiwaaan kita. Bayangkan saja, misalnya, ketika di siang hari kita merasa penat dengan segudang pekerjaan, terus kita berwudhu dan shalat Dzuhur. Hati dan jiwa tentu akan tenang dan enak.

Terlebih pada shalat Subuh. Shalat Subuh mengajarkan kita untuk disiplin. Islam adalah agama yang menguji keseriusan bagi umatnya. Di saat kita terlelap tidur, kita diwajibkan untuk shalat Subuh. Nah, Islam ternyata agama yang mengajarkan kesehatan jiwa dan raga.
Islam juga mengharuskan umatnya untuk berpuasa di bulan Ramadhan. Selama ini, setelah memeluk Islam, saya merasa senang menjalankan ibadah puasa. Sebab, dalam puasa, banyak manfaat yang saya peroleh. Saya merasa sangat gembira ketika bulan Puasa datang. Saya seakan diuji. Saya diuji untuk tidak makan pada siang hari. Saya diuji untuk bangun malam guna makan sahur. Yang paling penting lagi adalah saya diuji untuk bisa menaham marah dan nafsu. Hal semacam ini saya temukan hanya dalam agama Islam.

Islam adalah agama hebat dan lengkap. Islam mengajarkan semua sendi kehidupan, mulai soal ibadah, pernikahan, maupun ahli waris. Islam mengajarkan tentang kepekaan sosial. Orang kaya diwajibkan untuk membayar zakat. Anak-anak yatim harrus dipelihara dan dikasihi. Ada hitungan-hitungan (nishab) yang jelas soal zakat. Kita tidak sembarangan memberi zakat wajib. Dalam Islam  ada juga namanya sedekah sebagai pemberian yang bersifat sunnah. Semuanya diatur dengan lengkap.

Semua ibadah dalam agama Islam juga sangat sederhana. Tidak ruwet. Sebut saja misalnya tentang kewajiban menangani orang yang sudah meninggal dunia. Ketika seseorang meninggal dunia, jenazahnya harus langsung dikuburkan. Tidak perlu diinapkan hingga berhari-hari dan dipindahkan ke beberapa tempat seperti agama lain. Sekali lagi, bagi saya, Islam itu agama yang sangat simpel. Tidak banyak aturan yang memberatkan umatnya.

Jika dibandingkan dengan agama lain, Islam sangat lengkap. Dalam ajaran Kejawen, misalnya, jauh sekali bedanya. Di Kejawen tidak ada aturan hukum yang jelas, kurang menghargai kebersihan, ibadah tidak lengkap, dan sebagainya. Namun begitu, saya tetap menghargai perbedaan kepercayaan dan agama dengan yang lain. Karena pada prinsipnya, Islam mengajarkan toleransi pada setiap umat beragama.

Meski saya sudah beragama Islam, saya tetap bergaul dengan teman-teman penganut agama lain. Islam mengajarkan kebaikan. Karena itu, setelah kita masuk Islam, kita harus lebih baik lagi kepada orang lain. Itu yang lebih penting.

Subhanallah……………..

Tidak ada komentar: