Oleh : pak Agus Balung
Tentang bagaimana hebat dan dahsyatnya al Quran, Allah telah memberikan informasi
kepada kita melalui firmanya : “ Kalau
sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan
melihatnya gunung itu akan tunduk hancur berantakan disebabkan ketakutannya
kepada Allah. Dan perumpamaan
perumpamaan itu Kami buat untuk manusia
supaya mereka berpikir’’ [QS. Al Hasyr: 21]
Begitu hebat dan dahsyatnya al Quran, sebagaimana
informasi Allah tersbut, namun
ternyata banyak saudara saudara kita, umat Islam yang memperlakukan Al Quran dengan salah kaprah, sehingga kitab
suci yang amat hebat ini tidak
ditempatkan atau tidak difungsikan
sebagaimana mestinya.
Para ustadz sering menyebutnya dengan istilah ‘umat Islam
jauh dari Al Qur’an’. Meskipun, kenyataannya secara fisik kitab suci itu dibawa
kemana-mana. Seorang kawan protes dengan
istilah ‘jauh dari Al Qur’an’ itu. ‘’Saya ini dekat mas dengan Al Qur’an. Setiap
saat kitab suci ini tak pernah jauh dari saya. Selalu saya bawa kemana pun saya pergi.’’
Ia memang mempunyai Al Qur’an saku
yang dibawa kemana pun ia pergi. Ia juga punya Al Qur’an digital yang kini
semakin ngetren, diinstal di HP dan laptopnya. Bahkan, di perpustakaan
pribadinya ia memiliki sejumlah Al Qur’an terjemahan berbagai bahasa. Ya, dia
memang ‘dekat’ dengan fisik Al Qur’an, tetapi belum tentu dekat dengan isi Al
Qur’an. Apalagi hikmah yang terkandung di dalamnya.
Kedekatan kita dengan Al Qur’an
bukan diukur secara fisikal, melainkan pada tataran penerapan isi kandungannya
dalam kehidupan sehari-hari. Karena kesalah-kaprahan dalam memahami
kedekatan inilah, umat Islam mengalami kemunduran dalam peradaban dunia.
Dulu, umat Islam di bawah kepemimpinan
Rasulullah SAW yang diteruskan oleh para sahabat dan penerusnya, bisa menjadi
pusat peradaban dunia. Bahkan negara superpower
seperti Romawi dan Persia pun akhirnya tenggelam digantikan zaman keemasan
Islam, selama ratusan tahun.
Sayangnya sejak abad ke 14 umat
Islam mengalami kemunduran luar biasa, sekitar 700 tahun, sampai kini. Salah
satu penyebabnya adalah SDM Islam tidak dibangun berdasarkan petunjuk-petunjuk
Al Qur’an. Kitab ini hanya dijadikan pajangan-pajangan di
rak-rak perpustakaan, diinstal di HP dan laptop, dilombakan bacaan indahnya dan
dibaca khatam ‘cepet-cepetan’, bahkan tidak sedikit yang cuma
menjadikannya sebagai mantera azimat alias pusaka penyelamat.
Allah sudah sangat jelas mengajarkan
di dalam firman-Nya, bahwa Bacaan Mulia yang diturunkan di bulan suci Ramadan
ini penuh dengan hikmah. Dan berisi petunjuk-petunjuk untuk menjadi solusi atas
segala macam masalah manusia. Di dalamnya terdapat penjelasan-penjelasan atas
petunjuk tersebut. ‘‘... bulan Ramadan, adalah bulan yang di dalamnya
diturunkan Al Quran sebagai PETUNJUK bagi manusia dan berisi
PENJELASAN-PENJELASAN mengenai petunjuk itu...’’ [QS. Al Baqarah: 185].
Sayangnya, yang terjadi bukan
menggali petunjuk-petunjuk itu dalam berbagai seminar atau kajian-kajian intensif,
melainkan lebih kepada membaca indah, khatam bolak-balik tanpa memahami
maksudnya, atau sekedar menjadi mantera-mantera tersebut. Apalagi di bulan
Ramadan. Cobalah bandingkan seberapa banyakkah orang-orang yang mengkaji Al
Qur’an terkait dengan isi dan hikmah yang terkandung di dalamnya? Bandingkan dengan orang-orang yang membacanya
sekedar untuk mengejar target khatam berkali-kali. Sedikit sekali.
Lebih jauh, sebagian kita malah
menjadikan Al Qur’an itu sebagai ‘sumber kesaktian’ tanpa memahami makna yang
seharusnya. Misalnya, seorang kawan demikian kuatnya berpegang pada ayat Al Qur’an
yang mengatakan bahwa energi Qur’an ini sangat besar, sehingga jika diturunkan
ke gunung, gunung itu bisa hancur berantakan.
'’ Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran
ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk hancur berantakan
disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN itu Kami buat
untuk manusia supaya mereka BERPIKIR.’’
[QS. Al Hasyr: 21]
Ada kesalahan mendasar yang dilakukannya
dalam memahami ayat ini. Yakni, ia mengabaikan informasi Allah, bahwa cerita di
atas adalah sebuah perumpamaan. Dia
menanggapinya secara harfiah. Karena itu, ketika ada seorang kawannya yang
membawa mushaf Al Qur’an ditaruh di atas sebuah gunung, gunung itupun tidak
hancur. Karena, ayat di atas memang
sudah menjelaskan bahwa itu adalah sebuah perumpamaan, dan kita disuruh
berpikir untuk mengetahui maksudnya.
Bahwasanya energi Al Qur’an memang sangat besar, dan bisa mengubah dunia seperti yang telah
terjadi ratusan tahun yang lalu. Tetapi, energi tersebut bukan terletak di
tulisan atau lembaran-lembarannya secara harfiah seperti itu. Sehingga, lantas
ada yang menggunting lembaran-lembaran kitab Al Qur’an untuk dijadikan jimat.
Atau, malah ada yang membakarnya, dan abunya diminum segala. Dan dia sudah
merasa memperoleh energi dari dalam Al Qur’an. Bukan begitu. Energi
yang besar di dalam kitab suci ini bukan terdapat di tulisannya itu, melainkan
di dalam maknanya.
Barangsiapa memahami maknanya, dan
kemudian menjalankannya dalam kehidupan nyata, maka sungguh dia telah
memperoleh energi ilahiah yang luar biasa besarnya. Dia akan memiliki kemampuan hebat untuk
mengubah peradaban. Baik secara fisikal maupun secara moral. Dialah pemimpin yang telah memperoleh petunjuk
Sang Maha Berilmu dan Maha Berkuasa dalam segala tataran wilayah perbuatannya. ‘
’Sesungguhnya Al Quran ini
memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lurus dan memberi kabar gembira kepada
orang-orang beriman yang mengerjakan amal kebajikan. Bagi mereka ada pahala
yang besar.’’ [QS. Al Israa’: 9] Wallahu a'lam bishshawab.
(disarikan dari :
Tafakur di bulan Ramadhan)
3 komentar:
Assalamuallaikum..... saya memang msh awam dlm pengertian isi kandungan AL QURAN, masih sedikit yang saya ketahui.
setelah membaca tulisan bpk Agus diatas, merinding bulu kuduk saya betapa hebatnya isi kandungan AL QURAN itu sebenarnya.
Ya ALLAH betapa kecil kita manusia sebagai ciptaanNYA ......
Tapi manusia sendiri kadang merasa sombong....
semoga saya bukan salah satu dari mereka dengan sedikit pengetahuan yang saya ketahui, saya akan belajar dan belajar lagi ....
sukses pak Agus ditunggu tulisan2 berikutnya ....
Subhanallah.........terima kasih mbak/bu/jeng dyah cimung, semoga kita termasuk hamba2 Allah yang mendapatkan hidayahNya.....amin
Tugas kita....saling ngingat mengingatkan watawwa shoibil haq, watawwa shoibis shobr........
insya Allah
Allahu akbar, cuma itu yang mampu keluar dari mulut saya tentang al Quran.
Posting Komentar