Sabtu, 19 Oktober 2013

ILMU HIKMAH & THARIQAH



 ILMU HIKMAH  &  THARIQAH  ?

Oleh : pak Agus Balung

Siapapun orangnya pasti ingin tampil lebih dibanding dengan orang lain. Ingin lebih ganteng, lebih cantik, lebih pinter, lebih disayang, lebih berwibawa, lebih sakti, dan lain sebagainya. Itulah sebabnya, orang biasanya tidak berpikir panjang lagi, apapun akan dia lakukan asalkan hasratnya terpenuhi. Termasuk mengejar kemanapun  kabar tersiar, bahwan disuatu tempat ada seseorang yang mampu memenuhi segala hajat tamunya, dengan syarat begini dan syarat begitu, baca ini sekian kali, baca itu sekian kali. Apapun pasti dia lakukan, agar hajatnya tercapai.

Inilah yang biasanya disebut dengan  istilah ilmu hikmah. Biasanya orang yang memberikan amalan, atau yang menerima amalan ini dan itu, dengan cara dibaca sekian kali dan sekian kali, dan dengan cara tertentu pula,  menyebutnya dengan ilmu hikmah. Lalu kata mereka, ilmu ini bisa untuk ini dan bisa untuk itu, dengan idzin Allah tentunya, begitu katanya.
Lalu kemudian berkembanglah pertanyaan diantara kita, kalau begitu apa bedanya antara ilmu hikmah dengan thariqah. Untuk menjawab itu, berikut ini penjelasan yang saya kutip Masail Sufiyah

Ilmu hikmah dan thariqah itu bedanya seperti antara langit dan bumi, sangat jauh perbedaanya.  Dalam wilayah thariqah,  ilmu hikmah seharusnya sudah jadi masa lalu, sebab kata seorang Syeikh Abdul Jalil Mustaqim,   “Ilmu Hikmah bisa menjadi hijab,”   bagi penempuh Jalan sufi.

Kalau kita berdzikir dengan tujuan supaya rizki kita banyak, ingin disayang lawan jenis, ingin sakti, ingin pangkat dan jabatan, berarti dzikir kita tergolong ilmu hikmah, apa pun yang anda baca.   Kenapa demikian? Karena tujuan dzikir kita tidak Lillahi Ta’ala, tetapi tujuan dzikir anda agar supaya dapat  rizki yang banyak, supaya disayang lawan jenis, supaya sakti, supaya berwibawa, supaya naik jabatan, dan lain sebagainya.  Ketika terbayang rizki yang banyak,   anda  “kehilangan Allah”  kan?

Ada juga para Ulama atau Mursyid yang mengijazahkan Ilmu Hikmah kepada muridnya, tetapi tetap dalam “koridor tasawuf”.    Dimaksud koridor tasawuf ini, ilmu tersebut ketika diamalkan semata karena menjalankan perintah mursyidnya, bukan “hikmah dibalik ilmu  itu.   Dan mengamalkannya tetap Liwajhillah, Lillahi Ta’ala,  hanya menuju Allah Ta’ala, agar prosesi ruhaniyah dibalik dzikir itu tidak terhalang (terhijab) oleh bayangan hikmah dibaliknya.

Seluruh ayat Al-Qur’an dijaga oleh para Malaikat, tetapi ketika ayat-ayat Al-Qur’an itu digunakan untuk kepentingan hawa nafsu, maka akan didomplengi oleh khadam Jin Islam. Dan hal yang demikian ini sangat dijauhi oleh para Sufi.
Dzikir thariqah sendiri senantiasa bersanad secara bersambung dari Mursyid ke Mursyid hingga sampai ke Rasulullah Saw,  tanpa terputus. Tentu, berbeda dengan wirid ilmu Hikmah.
Semoga yang sedikit ini dapat memberikan wawasan kita semua. Wallahu a’lamu bisshowab

(Sumber :  Masail Sufiyah)

Tidak ada komentar: