Sabtu, 22 Desember 2012

DISAAT RAJA DUNIA TERLELAP TIDUR, ALLAH DATANG KE KAMAR KITA




 TIADA TUHAN SELAIN ALLAH  (Part two)
Oleh  :  pak Agus Balung

Wahai saudaraku yang dirahmati Allah,  kita masih berbicara tentang ketauhidan kita, dengan judul yang sama, yaitu Tiada tuhan selain Allah, tapi bagian kedua.  Kalau kemaren kita mencoba menghujamkan kalimat “Laa ilaaha illallah”, tiada tuhan selain Allah, kedalam jiwa kita, kedalam hati kita, lewat ilustrasi “kerizqian”. Kali ini kita mencoba melakukan hal hal yang sama, yaitu, meresapi makna kalimat “laa illaha illallah” kedalam jiwa kita lewat ilustrasi “problema hidup” yang selalu menimpa anak manusia.
Setiap orang pasti punya masalah, punya persoalan, masalahnyapun bermacam macam. Ada yang berat, ada yang sedang sedang saja, ada pula yang biasa biasa aja, tapi sepertinya berat banget.  Padahal Allah telah menjanjikan pada kita, setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Persis seperti yang dikatakan Chrisye, badai pasti berlalu.  Manusia-manusia yang merasa berat hidupnya dengan beban hidup.   itu disebabkan  ia tidak mau men-share bebannya itu kepada Allah.   Padahal Allah lah Yang Maha Meringankan.

Sebagian lagi dari saudara saudara kita itu  tahu, bahwa Allah itu datang di tengah malam. Di dua pertiga malam. Di sepertiga malam. Turun ke langit dunia. Langsung ke rumah kita. Langsung ke kamar kita.   Allah bertanya, siapa di antara hamba-Nya yang meminta ampunan? Mau Allah beri.     Siapa di antara hamba-Nya yang berdoa?   Akan Allah kabulkan.             Siapa di antara hamba-Nya, yang mencari rizki-Nya?   Akan Allah berikan.                            Siapa di antara hamba-Nya yang punya kesulitan, kesusahan?  Akan Allah tolong, dan hilangkan. Siapa yang menginginkan sesuatu dari diri-Nya?    Allah datang.  Mengantar apa yang manusia butuhkan, mengantar apa yang manusia perlukan. Subhanallah, sungguh luar biasa. Butuh jodoh, butuh pekerjaan,  butuh proyek, butuh modal, butuh kesehatan…     Apapun, dah.               Semua diantar Allah.

Orang-orang kaya yang gelap-gelap, tengah malam lagi, didatangi oleh orang miskin, tentulah mereka akan merasa terganggu, bahkan marah.  Penguasa dunia, para pejabat, yang notabene adalah wakil-wakil rakyat, bawahan rakyat, pun akan marah luar biasa, jika ada rakyat kecil yang bisa menerobos masuk dan mengganggu istirahatnya.   Kita rela menanti seorang pejabat untuk menerima kita.    Berbulan-bulan bisa jadi surat kita baru dibacanya, dan kemudian kita dipanggilnya. Untuk bicara yang belom tentu didengarnya.  Kalaupun didengar, belom tentu dia bisa mengatasinya. Kita rela menghinakan diri kita di hadapan manusia lain untuk mendapatkan bantuannya.     Sedang Allah?    DIA malah mendatangi kita.    Di saat raja dunia tertidur lelap diperaduannya yang hangat,  Allah malah mendatangi kita…

Tidak kah hal ini bisa kita rasakan? Lalu kemudian terasalah keanehan dimaksud?

Garis hidup kita sudah melenceng sejak dari tengah malam! Sejak dari dua pertiga malam. Sejak dari sepertiga malam. Manakala kita tidak punya kemampuan untuk bangun malam.



Kita sering  melihat ada saudara kita  yang menangis padahal Allah Maha Membahagiakan; Ada pula yang hidupnya sulit,  padahal Allah Maha Memudahkan;   Ada yang bermasalah, padahal Allah Maha Menolong; Ada yang miskin dan menderita, padahal Allah bisa menciptakan kekayaan di hati yang tidak perlu kaya secara dunia;   Ada juga yang kaya raya, tapi tidak memiliki keluarga. Keluarganya adalah bisnisnya. Keluarganya adalah pekerjaannya. Tawa canda anak-anaknya milik pembantu-pembantu dan supirnya, lantaran ia jarang berkumpul sama anak-anaknya. Pasangan hidupnya juga adalah kesibukannya.

Subhaanallaah, izinkanlah kami-kami menjadi orang kaya yang hidupnya senang ya Allah. Senang dunia akhirat. Bahagia dunia akhirat.

Kita juga  melihat ada juga yang keluarganya berantakan, entah karena suami, atau mungkin disebabkan oleh ulah isteri, atau mungkin dari sebab yang lain.         Ada yang hidupnya pindah berpindah, dari kesenangan yang satu ke kesenangan yang lain, hingga jiwanya sendiri lelah mengikutinya.   Wajahnya ceria, tapi jiwanya rapuh;     Ada pula manusia yang segalanya ada,  tapi penghuni langit tiada mencintainya dan tiada menghargainya.  Yang bisa menghormatinya, yang bisa memuliakannya, adalah manusia-manusia yang tiada pernah tahu siapa dia sebenarnya.  Dia merasa dunia digenggamnya. Padahal dunia sedang menghinakannya; Ada yang mengenal semua tempat-tempat indah, dan berkeliling dunia. Tapi hatinya, pikirannya, badannya, tiada pernah dibawa menikmati shalat-shalat malam, bahkan keheningan berduaan dengan Pemilik Surga di dalam shalat pun tiada dia kenal; Ada pekerja-pekerja yang mengabdikan hidupnya untuk kerja dan usaha, sehingga sesungguhnya dirinya pun tiada kebagian jam istirahat dan bersenang-senang,


Bahkan kita juga melihat tidak sedikit manusia yang justru malah mudah mencari dunia. Tapi ia kekeringan. Bahkan ada saja yang selalu diambil dari hartanya, sebagai tebusan dari mudahnya ia mendapatkan dunia, entah lewat tangan pencuri, perampok, atau mungkin penipu, atau barangkali lewat lebih serem dari itu semua, apa itu bencana, atau mungkin kebakaran, hanya Allah yang tau.  Itulah yang kita  lihat terjadi,  sebab kemudahan itu ia dapatkan bukan dengan mentaati Allah, Tuhannya. Sehingga ia tidak sadar bahwa Allah justru mengazabnya dengan dunia-Nya.  Astaghfirullah.

Kita  melihat begitu banyak manusia dan juga barangkali diri kita, yang diberi Karunia-Nya, tapi bermaksiat dengan karunia dari Allah itu.     Padahal ada Allah yang maha melihat dan maha mengawasi.   Dan Allah pula lah yang maha membalas  apa yang kita perbuat. Yang baik dibayar dengan surga dan keridhaan-Nya. Yang buruk dibalasnya dengan neraka dan kemarahan-Nya.

Untuk itu,  mari kita coba  mengingat analogi bermain catur,  Kalau kita main catur berdua, maka berlaku aturan permainan catur. Dimana kuda jalannya L. Peluncur jalannya miring. Pion hanya bisa jalan maju tidak bisa mundur, dan paling banyak hanya bisa jalan dua kotak catur lurus ke depan. Adapun Raja, bila di depannya, seluruh Pion belum dijalankan, dan Peluncur serta Menterinya masih ada di kanan kirinya, maka Raja hanya bisa diam. Tidak boleh ia melompati Raja. Itulah aturan bermain catur. Tapi itu kalau main berdua.  Lalu bagaimana kalau main catur sendiri ?     Kalau main catur sendirian, ya bebaslah mainnya. Tidak berlaku hukum permainan catur.   Kita boleh menjalankan Kuda selagu-lagunya. Mau lurus, mau muter-muter, mau lompat, bebas. Peluncur pun mau kita buat jalannya melompat-lompat seperti main halma, boleh.     Bagi Raja, meskipun seluruh pion belum dijalankan, ia pun boleh melompat dan bebas bergerak ke sana kemari. Inilah yang terjadi kalau kita main catur sendirian

Dan bila analogi catur ini boleh dibawa ke urusan tamsil tauhid, maka perlu kita ketahui Allah itu tidak ada sekutu bagi-Nya. Ibarat main catur,   Allah adalah  “PEMAIN TUNGGAL”   tidak ada pemain yang lain.

Kemudahan ada di tangan Allah.  Laa-ilaa-ha-illallaah,  tiada tuhan selain Allah. Tidak ada yang bisa memberi kemudahan kecuali Allah. Kebahagiaan, ketenangan, kedamaian, ada di tangan Allah. Laa-ilaa-ha-illallaah. Tidak ada yang bisa memberi itu semua kecuali Allah. Sama dengan maksud kalimat tauhid tersebut; Tidak ada yang bisa memberikan ragam kesulitan kecuali Allah yang hingga Dia lah yang bisa melepaskannya kembali. Kehendak itu kehendaknya Allah. Maka kita keipngin Allah berkehendak memudahkan segala urusan kita. Tapi bila kita  menghendaki Allah memberikan kemudahan buat kita, sudah seharusnya kita menjadi hamba-Nya yang mau mengikuti segala aturan-Nya, dan siap untuk melaksanakan kewajiban dan meninggalkan larangan-Nya. kita tidak menjamin diri kita sendiri, bahwa kita akan mendapatkan segala kemudahan apabila Allah tidak kita ikuti. Rasul pun demikian. Ia tidak sanggup menjamin dirinya dan anak keturunannya masuk surga bila tiada ketaatan dan amal sholeh.

Bila Allah sudah mengatur, maka Kun Fayakuun-Nya yang terjadi. Kuasa-Nya yang terjadi. Karena Dia lah Laa-ilaa-ha-illallaah. Tidak ada yang mengatur dunia ini kecuali Allah. kita sangat-sangat bersedia untuk diatur. Sebab kita tahu dan meyakini, dengan sebab ilmu yang diteteskan-Nya pada kita, melalui pengajaran para guru, para orang tua, lewat berbagai media, bahwa kalau Allah sudah mengatur, maka aturan-Nya itulah yang terbaik. Laa-ilaa-ha-illallaah. Tidak ada aturan yang terbaik kecuali apa-apa yang sudah Allah aturkan.

Laa-ilaa-ha-illallaah. Tidak ada Tuhan selain Allah. Tidak ada pemain di dunia ini, kecuali Allah, yang memainkan seluruh peraturan, sebab peraturan adalah peraturan-Nya, dan segala kuasa adalah Kuasa-Nya.

Dengan berpikiran seperti ini, yang harus kita lakukan adalah menyadari semua itu, pasrah berserah diri untuk ikut di dalam aturan-Nya dan mengikuti-nya sepenuh hati dengan kekuatan penuh. Tidak setengah-setengah.

Laa-ilaa-ha-illallaah. Tidak ada kehidupan kecuali untuk-Nya.

Kita  melihat, kegagalan para pencari dunia, baik di tahapan mencari dunia, atau di tahapan menikmati dan mengelola dunia, adalah aktifitasnya tidak dia lakukan karena Allah dan untuk Allah. Andai dia punya visi misi li i’laa-i kalimaatillaah, untuk meninggikan kalimat Allah, maka tidak ada pernah kegagalan baginya…

Laa-ilaa-ha-illallaah. Tiada  Tuhan selain Allah yang senantiasa mengawasi apa yang kita lakukan. Bisa kah kita bermaksiat di hadapan Allah Yang Maha Melihat dan Mengawasi? Bisakah kita berbuat dosa di hadapan Allah Yang Maha Mengetahui? Sedangkan siapa yang sanggup bermaksiat dan berbuat dosa TANPA RIZKI-NYA? Semua bermaksiat dan berdosa dengan memakai pemberian Allah.   Laa hawla walaa quwwata illaa billaah.    Koq bisa-bisanya berbuat dosa sementara mata dari Allah, telinga dari Allah, tangan dan kaki dari Allah, duit dari Allah.   Seseorang bermaksiat dan berbuat dosa sementara kesehatannya adalah dari Allah… Boro-boro dibawa ibadah, dibawa taat, dibawa untuk kebaikan, ini malah dibawa maksiat dan dosa.  Sudah gitu, berbuat dosa dan maksiatnya, sambil dilliatin sama Allah. Astaghfirullaah… Ampunilah kami-kami ini ya Allah.

Allah melengkapi kita semua dengan kulit,  dan, kelak kulit ini akan diminta Allah bicara.  Bahwa ada seseorang yang matanya tidak pernah bermaksiat dari lahirnya. Sebab ia buta sejak lahir.   Ada seseorang yang telinganya tidak pernah bermaksiat dari lahir. Sebab ia tuli sejak lahir.   Ada juga seseorang yang tidak pernah bermaksiat dengan tangan atau kakinya, sebab lahir tanpa tangan, atau tanpa kaki. Ada  pula seseorang yang tidak pernah bermaksiat dengan duitnya. Sebab ia miskin dari lahir sampe wafatnya.    Tapi siapa yang tidak punya kulit.   Semua punya kulit.  Dan bukan mainnya lagi,  kulit ini yang nanti diminta bersaksi oleh Allah……
 Subhanallah.

Semoga yang sedikit ini bisa menjadi bahan renungan untuk kita, dan bermanfaat bagi kita semua, bagi saya, dan anda semua.  Insya Allah.  Amin

Tidak ada komentar: