Sabtu, 06 Oktober 2012

KETIKA BULAN BERPUTAR 12 KALI DALAM SETAHUN



KETIKA BULAN BERPUTAR 12 KALI DALAM
SETAHUN


Oleh : Pak Agus

Assalammualaikum
Kalender-kalender besar seperti kalender Masehi,
Cina dan Hijriyah semuanya
sepakat, bahwa satu tahun berisi 12 bulan.
Meskipun, dulunya kalender
Masehi pernah hanya berisi 10 bulan, di zaman
Romawi. Tetapi karena
‘kekacauan’ sistem penanggalannya, kalender ini
pun lantas menggenapkan
jumlah bulannya menjadi dua belas seperti
sekarang ini.
Kalender Masehi dikenal sebagai kalender yang
berbasis pada gerakan semu
matahari. Yang kemudian diketahui sebagai
gerak planet bumi berkeliling
matahari sebagai pusat tatasurya. Satu putaran
Bumi mengelilingi matahari
itu adalah 365,25 hari, yang kemudian disebut
sebagai satu tahun. Namun
dalam prakteknya, satu tahun hanya berisi 365
hari. Sisanya yang 0,25 hari
dikumpulkan setiap empat tahun sekali menjadi
tanggal 29 Februari. Dikenal
sebagai tahun kabisat.
Jumlah bulan dalam kalender Masehi adalah 12
bulan. Masing-masingnya berisi
28-29 hari pada bulan Februari, dan 30-31 hari
pada bulan-bulan lainnya.
Awalnya, jumlah hari dalam sebulan kalender
Masehi adalah 29,5 hari sesuai
perputaran bulan mengelilingi bumi. Tetapi
sejarah mencatat, sejumlah
penguasa di zaman masing-masing menambahi
jumlah harinya seiring dengan
kepentingannya, sehingga menjadi tidak sesuai
dengan durasi perputaran
Bulan terhadap Bumi. Karena itulah, kalender
Masehi disebut sebagai
kalender Matahari alias solar.
Ini berbeda dengan Kalender Cina yang
sebulannya masih menggunakan 29,5
hari, meskipun setahunnya tetap berpatokan
pada angka 365,25 hari. Karena
sebulannya lebih pendek dari kalender Masehi,
maka setiap tahunnya ada
selisih sebelas hari antara Kalender Cina dan
kalender Masehi. Yang
kemudian dirupakan sebagai ‘bulan ke-13’
sebanyak tujuh kali dalam kurun
waktu 19 tahun. Sehingga, jumlah rata-rata hari
dalam setahun tetap mengacu
pada periode matahari. Karena itulah, kalender
Cina dikenal sebagai
kalender Bulan-Matahari alias Lunisolar.
Kalender Hijriyah tidak menggunakan matahari
sebagai patokannya, melainkan
sepenuhnya mengacu kepada perputaran Bulan.
Karena itu disebut sebagai
kalender Bulan alias Lunar, atau kalender
Qomariyah. Jumlah hari dalam
setahun yang 354 hari, maupun durasi bulanan
yang 29,5 hari sepenuhnya
disandarkan pada perputaran bulan itu. Sehingga
tidak seperti kalender Cina
yang berusaha menyesuaikan bilangan hari
dalam setahun dengan menyisipkan
‘bulan ke-13’, kalender Hijriyah memilih
membiarkan saja perbedaan sebelas
hari itu. Sehingga penanggalan Hijriyah terus
menerus maju sebelas hari
setiap tahunnya. Itulah kenapa, kok awal
Ramadan dan Lebaran selalu
bertambah maju dari tahun ke tahun.
Yang menarik, semua kalender itu menetapkan
setahun berisi 12 bulan, yang
mana ini sangat bersesuaian dengan informasi di
dalam al Qur’an. Bahwa
sejak saat penciptaan langit dan Bumi, Allah telah
mendesain keterkaitan
antara bilangan tahun dengan bilangan bulan.
”Sesungguhnya bilangan bulan
pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam
ketetapan Allah di waktu Dia
menciptakan langit dan bumi…’’ [QS : At Taubah:
36]
Dalam fakta astronominya, ternyata terjadi
sinkronisasi antara gerak semu
matahari dengan gerak Bulan. Yakni, satu kali
perputaran matahari
mengelilingi Bumi setara dengan 12 kali Bulan
mengelilingi Bumi. Itulah
sebabnya, kenapa semua kalender akhirnya
menetapkan setahun berisi 12
bulan. Manusia telah memperoleh patokan yang
bersifat universal tentang
pergerakan waktu yang bisa digunakan untuk
menandai berbagai peristiwa yang
terjadi. Dan lagi-lagi Al Qur’an memberikan
petunjuknya tentang hal ini.
Bahwa, Bulan dan Matahari diciptakan Allah,
salah satunya, memang untuk
menjadi patokan pergerakan waktu alam
semesta.
‘’Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan
malam untuk beristirahat, dan
(menjadikan) matahari serta bulan sebagai
(pedoman) penghitungan (waktu).
Itulah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi
Maha Mengetahui.’’ [QS. Al
An’aam: 9].
Namun demikian, harus dipahami bahwa
pergerakan‘waktu’ bukanlah disebabkan
oleh perputaran benda-benda langit itu.
Katakanlah, seandainya saja Bulan
dan Matahari kita itu lepas dari orbitnya dan
lenyap dari pandangan makhluk
Bumi, ‘waktu’ bukan berarti ikut lenyap. Ia tetap
saja berjalan menggiring
usia kita menjadi lebih tua. Substansi waktu
bukan terletak pada Bulan dan
Matahari. Keduanya hanya berfungsi sebagai
penanda alias patokan belaka.
Sehingga kalau Anda berkelana di ruang angkasa
nun jauh disana, dimana Anda
sudah tidak bisa berpatokan pada pergerakan
Matahari dan Bulan, Anda masih
akan bisa menandai perubahan waktu dengan
menggunakan jam digital Anda……
Wallahu a’lam bishshawab.
Semoga tulisan ini menambah wawasan dan
pengetahuan kita semua. Amin.

Tidak ada komentar: