FENOMENA TAHAN BACOK
(SEPUTAR ILMU HIKMAH : Part 3)
Oleh : pak
Agus Balung
Di
media massa, baik media cetak maupun media on line, banyak bertaburan iklan yang menawarkan jasa pengisian secara instan
ilmu tahan bacok dan sejenisnya. Untuk itu, saya mencoba mengangkat sekilas
tentang ilmu kebal ini, materi saya sarikan dari tulisan Abu Shofiyah Aqil Azizi. Semoga bermanfaat
bagi kita semua, amin.
Kita
semua sudah maklum, bahwa Indonesia, negeri kita tercinta ini, merupakan negeri
yang subur akan perklenikan, ada banyak praktisi yang menawarkan ilmu kebal
ini. Adapun tatacara atau metode untuk mendapatkannya bisa bermacam-macam
tergantung dari praktisi tersebut.
Tersebutlah
Kiai Salik, seorang guru kekebalan. Hanya dengan komat-kamit membaca mantra,
Salik dikabarkan mampu menyetrum manusia dengan kesaktian. Hasilnya, dalam
sekejap, seseorang jadi superman. Pedang setajam apa juga tak akan mampu merobek
kulit. Pelor pun hanya mampu menyentuh dan lantas mental jatuh ke tanah. Sedang
panas api membara tak berdaya menghanguskan mereka yang sudah ditulari ilmu.
Syarat-syaratnya pun ditanggung ringan. Cukup datang dan berminat.
Salik
buka praktek seperti dokter. Pasiennya mengalir setiap hari. Bisnis “mengisi” agar orang jadi kebal itu
telah mengangkat hidup Salik. Kini ia tak perlu lagi bertani dan berdagang
untuk mengasapi dapurnya. Biasanya, sebelum mantra sakti dibisikkan, pasien
yang datang kepada Salik terlebih dahulu melewati serangkaian upacara
sederhana. Para langganan harus duduk di atas golok yang diletakkan di atas
sajadah. Tapi sebelum itu tidak boleh lupa meletakkan duit di dekat golok.
Besarnya lebih dari Rp 10 ribu (saat itu, entah kalau sekarang). “Duit
itu memang bagian dari upacara pengisian kekebalan,” kata Salik.
Sebelum dikerudungi kain putih, “calon orang kebal” harus minum sebagian dari
segelas air putih yang ditaburi sejumput ketan hitam. Sisanya dibasuhkan ke
sekujur tubuh. Sembari memegang kepala pasien, Kiai Salik baru membacakan
mantra saktinya. Maka, selesai rangkaian prosesi itu.
Di
Desa Loram Kulon, Jati, Kudus, Jawa Tengah, ada Sunarwi juga pasang tawaran
ilmu. Namun, menularkan kiat kekebalan Sunarwi lebih berat dibanding Salik.
Muridnya untuk mendapatkan kekebalan diwajibkan mengadakan kenduri opor ayam
dan nasi putih. Ayamnya jago putih mulus, berasnya empat kilogram. Bila jatuh
tepat 1 Syuro, murid-murid Sunarwi wajib mandi di sungai sebatas dada, tepat
pada jam 24.00. Mereka juga kudu menyelam sebanyak 49 kali. Entahlah, apa makna
angka-angka itu. Yang jelas, setiap malam Jumat, murid Sunarwi harus keluar
rumah, tepat jam 24.00. Menghadap ke arah timur, untuk bersemadi meminta ampun
kepada Allah. Barulah Sunarwi memberi jimat yang berbau kearab-araban.
Ilmu
Kebal dalam Islam
Seorang
muslim hendaknya mengembalikan setiap permasalahan dan problematika
kehidupannya kepada Allah dan Rasul-Nya shallallaahu ‘alaihi wasallam,
yakni dengan mengembalikannya kepada hukum-hukum Islam yang berasaskan
Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih. Sehingga jelas hukum dan jawaban dari
permasalahan tersebut. Termasuk juga mengembalikan permasalahan ilmu kebal ini
kepada Islam itu sendiri.
Berbagai
ritual diadakan untuk mendapatkan ilmu kebal tersebut. Pada kisah yang pertama,
disebutkan bahwa untuk mendapatkan ilmu kebal tersebut, mereka diwajibkan
menjalankan ritual puasa selama 30-40 hari. Secara sekilas, nampaknya ritual
yang dilakukan adalah ritual yang syar’i, yakni berpuasa. Tapi betulkah seperti
itu? Ternyata tidak. Cobalah periksa lebih lanjut, maka akan timbul beberapa
pertanyaan berkenaan ritual yang dilakukan untuk mendapatkan ilmu kebal ini,
yakni:
Adakah
puasa yang lebih banyak dilakukan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam yang diajarkan oleh beliau kepada umatnya melebihi banyaknya puasa
di bulan Ramadhan, yakni selama 29 atau 30 hari (satu bulan penuh)? Setelah
kita menilik hadits-hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, tidak
kita jumpai beliau berpuasa lebih banyak dari bilangan di bulan Ramadhan. Akan
tetapi coba perhatikan bilangan puasa yang ditentukan oleh manusia-manusia
sakti ini! Untuk mendapatkan ilmu kebal, mereka diwajibkan berpuasa selama
30-40 hari! Allaahulmusta’an.
Kemudian,
hal lain yang perlu kita cermati adalah para manusia sakti tersebut diwajibkan
berpuasa selama 30-40 hari untuk memperoleh kesaktian berupa ilmu kebal ini.
Apakah mereka memiliki Tuhan selain Allah ta’ala yang mewajibkan puasa
untuk mendapatkan ilmu kebal? Atau apakah mereka memiliki Nabi dan Rasul
yang lain selain Rasulullah Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam yang
mensyari’atkan puasa untuk memperoleh ilmu kebal? Jika mereka jawab tidak, lalu
siapa yang mewajibkan dan mensyari’atkan mereka untuk berpuasa selama 30-40
hari untuk memperoleh ilmu kebal?
Puasa
yang diwajibkan oleh Allah dan Rasul-Nya shallallaahu ‘alaihi wasallam
hanya ada tiga, yakni puasa wajib di bulan Ramadhan, puasa nadzar dan puasa
qadha` untuk membayar hutang puasa. Selain dari tiga puasa itu tidaklah wajib
hukumnya. Maka, dari mana mereka bisa mewajibkan sesuatu yang tidak diwajibkan
oleh Allah dan Rasul-Nya?
Allah
ta’ala memperingatkan kita agar tidak mengikuti selain apa yang Dia
turunkan. Allah ta’ala berfirman,
اتَّبِعُواْ مَا أُنزِلَ إِلَيْكُمْ مِّن رَّبِّكُمْ وَلاَ
تَتَّبِعُواْ مِن دُونِهِ أَوْلِيَاءَ قَلِيلاً مَّا تَذَكَّرُونَ
“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan
janganlah kamu mengikuti selain itu.”
(QS. Al-A’raf: 3)
Allah
ta’ala memerintahkan kepada kita untuk mengikuti apa yang datang dari
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam. Allah ta’ala berfirman,
وَمَا ءَاتٰكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهٰكُمْ عَنْهُ
فَانتَهُواْ
“Apa yang diberikan Rasul kepada kalian, maka terimalah.
Danapa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.” (QS. Al-Hasyr: 7)
Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam pun telah memberitahukan kepada kita
bilangan bulan dalam Islam, yakni terkadang 29 hari, terkadang 30 hari.
Termasuk juga bilangan hari di bulan Ramadhan adalah 29 atau 30 hari. Dan
bilangan inilah bilangan puasa di bulan Ramadhan yang mana pada bulan tersebut
kita diperintahkan untuk berpuasa selama satu bulan penuh, yakni 29 atau 30
hari. Lalu bagaimana mungkin para pendekar sakti itu diwajibkan berpuasa 30
bahkan sampai 40 hari untuk memperoleh ilmu kebal?
Dari
sini kita bisa mengetahui bahwa puasa untuk mendapatkan ilmu kebal seperti itu
bukanlah ajaran Islam. Dahulu, saya (Abu Shofiyah Aqil Azizi), pernah
mengikuti sebuah perguruan bela diri. Saat itu sampailah saya mempelajari
tenaga dalam. Sebelum latihan tenaga dalam itu, ada beberapa bacaan yang saya
dan teman-teman saya harus baca. Di antara bacaan itu adalah ayat-ayat mu’awidzatain
(Al-Falaq dan An-Naas) dan beberapa bacaan lainnya yang juga berasal dari
Al-Qur’an. Maka, bacaan-bacaan itulah yang harus dibaca setiap kali
mengeluarkan jurus tenaga dalam tersebut. Setelah membaca bacaan-bacaan itu,
kami pun melakukan gerakan-gerakan bela diri dengan mengolah pernapasan.
Terkadang kami disuruh untuk menarik napas panjang-panjang, menahannya dan
mengeluarkannya. Maka, ketika kami menghentakkan tangan kanan ke depan sebagai
tanda memukul, maka lawan yang berada di depan kami terhempas ke belakang tanpa
harus menyentuh lawan tersebut.
Saya
tidak ragu lagi bahwa kekuatan-kekuatan tersebut didapatkan dengan melibatkan
bantuan jin. Meskipun mendapatkan kekuatan itu dengan mengamalkan amalan-amalan
yang diklaim sebagai amalan yang Islami. Akan tetapi setelah kita telisik lebih
jauh, ternyata amalan-amalan tersebut tidak diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Sementara, kita dilarang meminta tolong kepada jin untuk mendatangkan manfaat
atau menolak mudharat. Allah ta’ala
berfirman,
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الْإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ
مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا
“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara
manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, Maka
jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (QS. Al-Jin: 6)
Marilah
kita baca kembali sirah para Nabi dan Rasul. Bacalah sirah Nabi Zakariyah ‘alaihissalaam.
Beliau wafat dalam keadaan digergaji oleh kaum beliau yang membangkang.
Padahal, kalaulah hal itu diperbolehkan, beliau akan meminta bantuan jin untuk
memperoleh ilmu kebal dengan melakukan ritual-ritual di atas agar tidak mempan
dibacok.
Demikian
juga bagaimana perjuangan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dan
para sahabatnya. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam telah patah
gigi beliau dalam peperangan atau bagaimana beliau dilempari batu oleh penduduk
Tha`if. Lihat juga bagaimana perjuangan para sahabat radhiyallaahu ‘anhum dalam
berbagai peperangan! Lihatlah para sahabat radhiyallaahu ‘anhum yang
gugur di medan perang!
Kenapa
mereka semua tidak menggunakan ilmu kebal? Karena mereka tahu bahwa ilmu kebal
seperti itu bukanlah ilmu yang berasal dari ajaran Islam yang benar dan
melibatkan bantuan jin. Kalaupun ada, hal itu adalah karamah yang telah Allah ta’ala
karuniakan kepada mereka yang lurus aqidahnya. Para mujahidin juga tidak menang
tidak menang berjihad melawan orang kafir karena ilmu kebal, atau karena diisi
atau dengan mengamalkan amalan tertentu, atau karena rajah atau diberikan
amalan tertentu. Mereka menang karena semata pertolongan Allah.
Satu-satunya
Nabi dan Rasul yang diberikan mukjizat yang diberikan wewenang dan kekuasaan
untuk memanfaatkan kekuatan jin hanyalah Nabi Sulaiman ‘alaihissalaam. Hanya
beliaulah satu-satunya manusia yang diberikan wewenang itu. Setelah beliau,
para nabi yang lain tidak diberikan wewenang itu. Para Nabi itu diperintahkan
untuk berjuang dengan segala resiko fisik, bahkan resiko kematian. Dan betapa
banyak Nabi dan Rasul wafat dibunuh oleh para pembangkang.
Dengan demikian, kita tahu bahwa ilmu kebal bukanlah ajaran
Islam. Ilmu kebal yang didapatkan dengan melakukan berbagai ritual tidak lain
dengan melibatkan bantuan jin yang mana meminta bantuan jin dalam hal seperti
ini hukumnya haram.
Allaahua’lam bish-shawaab.
(Sumber : disarikan dari tulisan Abu
Shofiyah Aqil Azizi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar