TERNYATA ALLAH ITU
BUKAN ENERGI
Oleh : pak
Agus Balung
Dalam suatu obrolan santai
saat ronda, di pos kamling di pojok perempatan jalan di kampung saya, obrolan ini agak manteb juga,
karena yang diobrolkan adalah sesuatu tentang Tuhan, yaitu Allah. Seorang kawan
bertanya pada kawan yang yang lain : “Eh, jangan jangan Allah itu energy, ya
? Mengapa, Karena keduanya sama sama bersifat “gaib”, sama sama bersifat
“kekal”, dan sama sama “berkekuatan
dahsyat”. Sebagaimana yang kita tahu, sifat sifat dari Allah adalah. Gaib,
kekal dan berkekuatan dahsyat. Nah, sama kan. Lalu timbul pertanyaan, kalau
begitu benarkah Allah itu energy ?
Sepintas, penggalan obrolan di atas itu seperti ada benarnya. Terutama
yang terkait dengan hukum kekekalan energi. Bahwa energi tidak bisa diciptakan,
dan tidak bisa dimusnahkan. Energi hanya malih rupa dari satu bentuk energi ke
bentuk energi lainnya. Dari energi kimia menjadi energi panas, atau sebaliknya.
Dari energi panas ke energi listrik, atau sebaliknya. Dari energi listrik ke
energi mekanik, dan sebaliknya. Pokoknya, energi di alam semesta ini ada terus,
dan tak bisa dimusnahkan ataupun diciptakan. Kekal abadi. Lantas, apakah pantas
bila energy itu disebut dengan Tuhan ?
Sebenarnya pertanyaan itu kurang
lengkap, dan masih bisa dikembangkan. Karena, bukan hanya energi saja yang ‘kekal’.
‘Ruang’
alam semesta ini juga ‘kekal’. Dari dulu sampai nanti, tetap saja ada. Tidak
pernah diciptakan – atau setidak-tidaknya tidak pernah kita lihat ada yang
menciptakan ‘ruang’ – dan juga tidak bisa dimusnahkan. Lantas, apakah ‘ruang’
ini pantas juga disebut sebagai Tuhan, karena telah meliputi kita semua ?
Lebih jauh bukan hanya energi dan
ruang, melainkan juga ‘waktu’ dan ‘materi’. Waktu adalah
variabel alam semesta yang begitu perkasa melibas segala realitas sehingga
menjadi berubah dan menua. Tidak ada yang bisa melawan waktu. Dan ia pun tetap
ada sejak dahulu kala. Bahkan istilah ‘dahulu
kala’ itupun tercipta karena ada ‘waktu’.
Jadi, 'waktu' pun pantas disebut Tuhan?
Demikian pula ‘materi’. Konon, materi
dan energi adalah saudara kembar yang berbeda wajah. Dikarenakan ada materi
maka ada energi, dan dikarenakan ada energi maka ada materi. Entah siapa yang
duluan ada. Atau, jangan-jangan mereka ada secara bersamaan. Dan bukan hanya
antara materi dan energi, karena sangat boleh jadi, yang bersamaan itu adalah seluruh
variable alam semesta itu: ruang-waktu-materi-energi.
Keempat variabel ini sungguh sangat
perkasa! Tanpa ‘ruang’ tak akan ada alam semesta. Tetapi, tanpa ada ‘energi’
ruangan alam semesta juga tidak akan memiliki tenaga untuk mengembang dan
membentuk peristiwa-peristiwa. Padahal, ‘energi’ itu membutuhkan keberadaan ‘materi’
sebagai sumbernya. Sebab, ternyata ‘energi’ tak bisa berdiri sendiri
tanpa keberadaan ‘materi’. Ibarat ingin membuat panas api, tanpa kayu bakar. Dan
akhirnya, semua variable itu pun, ternyata tak bisa berdinamika tanpa adanya ‘waktu’.
Jadi, siapakah yang lebih perkasa:
energi, materi, ruang ataukah waktu? Dan siapakah yang lebih pantas
dipertuhankan diantara keempatnya? Karena, ternyata satu sama lain saling
memiliki kebergantungan. Masa iya, Tuhan memiliki kebergantungan ?
Ya lebih baik kita bertuhan
kepada tempat bergantungnya semua variable itu saja.
Apakah yang menyebabkan keempat
variable alam semesta itu ada? Ternyata, semua itu berdinamika dikarenakan
adanya variable yang lebih mendasar, yakni: informasi. Yaitu,
kode-kode bermakna yang memerintahkan ‘ruang’ yang berisi ‘materi’ untuk
membesar oleh dorongan ‘energi’ berdasar urutan ‘waktu’, sehingga terbentuklah
segala realitas yang ada di dalam alam semesta ini. Mulai dari eksistensi
mikrokosmos yang sedemikian kecil dan halus, sampai ke makrokosmos yang
sedemikian raksasa dan membuat kita terperangah oleh kedahsyatannya.
Termasuk segala peristiwa dan dinamikanya, yang terjadi akibat mengembangnya
alam semesta.
Kalau begitu, variable ‘informasi’
ini lebih dahsyat dan lebih ‘berkuasa’ dibandingkan dengan ruang-waktu-materi-energi?
Jadi, kenapa kita tidak bertuhan saja kepada ‘informasi’ yang begitu
berkuasa untuk memerintahkan cikal bakal alam semesta menjadi realitas yang ada
sekarang ini? Rasanya sih, belum pantas kita bertuhan kepada variable
‘informasi’, karena masih ada sesuatu yang menjadi penyebab munculnya variable
‘informasi’
tersebut, yakni: kehendak.
Tanpa adanya kehendak yang kukuh dan terencana, informasi
alias perintah itu tidak akan muncul. Apalagi, menuju kepada suatu arah
tertentu. Ruang membesar. Kenapa kok membesar? Kenapa tidak mengecil,
atau statis tanpa gerak saja? Seiring dengan itu, ‘waktu’ juga menua. Kenapa
menua, kok tidak sebaliknya, ataupun tetap? Lantas, disaat yang bersamaan, materi
dan energi
pun berdinamika membentuk benda-benda dan peristiwa, sehingga terbentuklah alam
semesta yang sangat menakjubkan ini.
Bahwa kemudian, ada orang yang
melihat semua ini terjadi secara ‘kebetulan’,
itu hanya soal kemampuan dalam melihat sesuatu yang ada di balik semua ini.
Jernih tidaknya jiwa kita melihat sebuah fenomena. Dimana, bagi segala sesuatu
yang berdinamika, pasti ada ‘perintah’ yang berperan di
belakangnya. Dan, konsekuensinya ada yang ‘berkehendak’ untuk memberikan
perintah.
Lantas apakah benda-benda mati bisa
memiliki kehendak? Saya kira ini adalah pertanyaan yang tidak make sense.
Sesuatu yang berkehendak, tentu saja adalah Zat yang Hidup. Dan punya tujuan
tertentu dengan kehendak-Nya. Juga punya Kekuasaan untuk menggerakkan seluruh
dinamika alam semesta. Dan mesti punya Kecerdasan yang tiada terkira, serta
akurasi yang tak terbayangkan. Ditambah dengan segala Sifat-sifat Kesempurnaan
sebagai sumber segala realitas alam semesta.
Maka, Dialah Sang Pencipta yang
mengadakan ruang-waktu-materi-energi, dan kemudian memerintahkan berdasar kehendak-Nya,
agar semua variable mewujud menjadi
segala sesuatu yang kita persepsi. Dialah Tuhan Yang Menguasai Segala-galanya,
yang tiada tuhan selain Dia yang pantas kita sembah. Dan hanya kepada Dia
sajalah kita berserah diri, Zat Yang Maha Berkehendak, Maha Perkasa, lagi Maha
Bijaksana. Dialah…. Allah. Tuhan kita.
Persis seperti yang Dia firmankan
dalam kitab suci.
QS. Al Hasyr : 22-24. ‘’Dialah Allah Yang tiada Tuhan
selain Dia, Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata. Dia-lah Yang Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang. Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha
Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara,
Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci
Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang
Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih
kepadaNya segala yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.’’
Wallahu a’lam bissawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar