MENINGGALNYA SEORANG SAHABAT
Oleh : pak Agus Balung
Seorang kawan terdekat saya, tempat
berbagi cerita dan rasa baik suka maupun
duka, baru saja kehilangan seorang sahabat, seorang teman sekerja yang paling dekat
dengannya, sekali gus atasan dia. Teman dekat saya tadi berkisah, “Sahabat sekaligus atasanya itu wafat tanpa membawa satu sen pun dari
harta yang telah beliau kumpulkan selama sekian tahun ini”. Jelas saja, siapa yang meninggal membawa harta, gak ada kan ?
Kematian akan membuat manusia
kehilangan kerajaan dunia yang ia bangun,
dan yang tertinggal hanyalah amal
sholeh yang akan selalu setia menemaninya
menghadap sang Ilahi Robbi.
Ternyata meninggalnya sahabat sekaligus atasan kawan dekat saya tadi
merubah oreintasi hidup kawan saya tersebut, mungkin kita juga. Bahwa kematian
itu dapat menyadarkan pada kita akan
beberapa hal.
Harta yang dikumpulkan selama hayat, dan terkumpul dalam ukuran yang
jauh melebih ukuran normal, ternyata ditinggalkan juga, tak satu senpun dibawa.
Dihari kematiannya pun tak sedikit yang berduka, namun ada juga yang
menelan ludah, melihat kenyataa sejarah yang terpampang didepan mata, seorang
anak manusia yang telah “menjadi
orang” sekarang terbujur kaku
sementara disekitarnya terpampang segala atribut yang menunjukkan tingat
keberhasilannya. Tapi tak satupun yang dibawanya. Kematian telah memisahkannya.
Banyak rekan sejawat dan sahabat serta handai taulan yang menyatakan
kesaksiannya, bahwa Almarhum semasa hidup, sejauh penglihatan kami, kata mereka,
sebagai rekan, sahabat dan saudara , ia adalah orang yang cukup baik.
Masih kata mereka, Banyak kebaikannya yang kami rasakan, kami bisa
bekerja dengan semangat dan tenang, karena dia.
Kalau kami dalam kesulitan, apapun kesulitan itu, dia membantunya.
Rasanya kalau dihitung hitung masih banyak kebaikan kebaikan yang telah dia
lakukan semasa dia hidup.
Dan saya kira, inilah harta
satu-satunya yang bisa dia bawa menghadap sang Pencipta, harta yang berupa amal sholeh. Begitulah kata teman dekat saya tadi.
Memang
benar adanya, apa yang dikatakan kawan dekat saya tadi,kematian rekan kerja,
yang juga sahabat, sekaligus atasannya itu, membawa kepada kenyataan yang harus
diperhatikan sungguh-sungguh, betapapun kekayaan yang dimiliki seseorang,
keluasan wilayah kekuasaan, kehormatan, gelar, garis keturunsn ysng
membanggakan. dan segala atribut lainya yang dimiliki seseorang, tidak akan
pernah bisa dimiliki selamanya. Kematian yang akan mengakhiri
kepemilikan itu.
Satu pelajaran yang bisa kita petik dari
fragmen diatas adalah, bahwa, hidup ini seharusnya tidak semata mata mengejar kebahagiaan
semu, yang dikemas dalam bentuk harta, jabatan, kehormatan, status
social, atau apapun itu namanya. Karena semua itu akan kita tinggalkan saat
kita meninggal.
Kebahagiaan haqiqi-lah yang seharusnya kita cari, yaitu menebar kebaikan,
memperbanyak amal sholeh, memperbaiki amal ibadah pada ilahi. Karena semua
itulah yang akan menyertai kita saat kita dipanggil Allah yang Maha Kuasa.
Oleh karenanya disaat kita dikarunia
rizqi yang berlebih oleh Allah, maka gunakanlah rizqi tersebut dengan
sebaik-baiknya sebagai ladang amal ibadah yang kelak akan menemani kita saat
kita dipanggil menghadap Yang Maha Kuasa.
Wallahu a’lam bisshowab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar