TAK SELAMANYA
MENDUNG ITU KELABU (Part : 2)
Oleh : pak
Agus Balung
Tak ada satu orangpun
didunia ini yang tidak pernah mengalami kesusahan, kesedihan, penderitaan.
Semua orang pasti pernah merasakan itu. Apakah dia itu orang miskin atau
kaya, rakyat jelata atau penguasa, muda
atau tua, gagah perkasa, cantik rupawan
atau siburuk rupa. Semuanya, tanpa kecuali, pasti pernah mengalaminya.
Masalahnya, ada yang sabar, ada pula yang tidak. Nah, berikut ini saya ketengahkan “salah satu”
solusi menyikapi kesedihan itu.
Seorang sahabat kita, sebut saja
namanya Harry, pernah mendapat sedikit
cara dari Haji Muhyidin untuk bisa berlapang dada nanti kelak suatu ketika menghadapi penderitaan dan kesusahan,
Resep pak Haji yang diberikan pada
sahabat kita adalah dengan meperbanyak berlatih puasa. Yakni melalui puasa-puasa
sunnah.
Menurut pak Haji, dalam berpuasa,
ketika lapar dan dahaga menyerang, kita diajarkan untuk bersabar.
Toh, betapapun hebatnya rasa lapar
menyerang, rasa haus mendera tenggorokan kita, kita tahu ada ujung di mana
kelak penderitaan ini akan berakhir, yakni ketika buka puasa.
Kiranya demikianlah sikap kita
terhadap penderitaan dan kesusahan kita. Harus bersabar.
Bahwa betapapun beratnya penderitaan
saat berpuasa, maka ia akan segera berakhir seiring dengan waktu dan Kehendak
Sang Maha, yaitu saat berbuka.
Begitu pula dengan penderitaan dan
kesusahan apapun yang menimpa kita, seberat dan sebesar apapun penderitaan itu,
pasti akan segera berakhir seiring dengan waktu dan seiring Kehendak Allah,
sang maha Kuasa. Kata Chrisye, “badai pasti berlalu”.
Sementara itu, ada sebagian manusia
yang menggelapkan sendiri kehidupannya yang mestinya terang.
Tapi ia pun tidak usah kuatir.
Biarkan. Keterlanjuran sudah
terjadi.
Kita minta ampun saja sama Allah,
dan biarlah Dia Yang Kuasa, mengubah kembali kegelapan hidup kita menjadi
kembali terang.
Memang ada bedanya antara
menggelapkan sendiri kehidupannya dengan yang tidak menggelapkan sendiri.
Adalah yang menggelapkan sendiri
tidak bisa menunggu datangnya terang dengan sendirinya.
Perlu usaha melewati pintu taubah.
Tapi bila mereka yang gelap lantaran
memang sedang diuji oleh kegelapan, mereka hanya perlu bersabar.
Suasana terang kadang datang
sendirinya. Tidak perlu melalui pintu taubah. Wallahu a’lam.
Betapapun beratnya penderitaan dan sulitnya kesulitan, pasti
ia akan berujung; hilangkan kecemasan, hilangan kekhawatiran, buang
keputusasaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar