BULAN TURUNNYA AL QUR’AN
Oleh : pak
Agus Balung
Suatu ketika pak Alimun bertanya pada seorang
temannya, di pos kamling saat ronda kampung, pertanyaannya begini : “Kenapa
sih, kita ini koq diwajibkan berpuasa ?”
Temanya menjawab : “Kita diwajibkan berpuasa agar
supaya kita menjadi orang yang bertaqwa”, kemudian teman tadi megutip firman
Allah dalam surat Al Baqarah ayat 183 :
“Hai, orang orang yang beriman diwajibkan atas
kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa.”
Lalu pak Alimun berkilah, jawaban itu belum tepat. Karena dalam ayat tersebut berbunyi “…..AGAR kamu BERTAQWA…”, dan itu artinya bukan ‘penyebab’, melainkan ‘akibat’. Jika kita berpuasa dengan baik dan benar, maka kita akan menjadi orang yang bertaqwa, yang memiliki kontrol yang bagus.
Seorang teman yang lain ikutan
menjawab, “supaya menjadi sehat”, teman itupun mengutip sabda Rasulullah SAW : “Shuumu tashiihu”..berpuasalah kamu,
maka kamu akan sehat. Atas jawaban yang inipun, pak Alimun masih berargumen, “supaya sehat” itupun bukan ‘penyebab’,
melainkan ‘akibat’. Siapapun orangnya,
lanjut pak Alimun, kalau dia berpuasa dengan baik dan benar, maka insya Allah
dia akan menjadi lebih sehat.
Kedua-duanya, yaitu “taqwa” dan “sehat”
adalah akibat dari puasa, karena menggunakan kata sambung “agar” dan “supaya”.
Ada hal lain yang menjadi penyebab
utama, kenapa umat Islam diwajibkan berpuasa dibulan Ramadhan, yakni,
disebabkan turunnya al Quran sebagai petunjuk di bulan suci itu, sebagaimana
firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 185 :
“Bulan Ramadhan adalah bulan yang
didalamnya diturunkan al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia. Dan (berisi)
penjelasan penjelasan mengenai pentunjuk itu. ‘Karena itu”, barang siapa
diantara kamu menyaksikan (datangnya) bulan itu, ‘hendaklah’ ia berpuasa
dibulan tersebut.”
“…….hendaklah ia berpuasa dibulan tersebut”, nah kata sambung ‘karena itu’ dalam ayat tersebut diatas menunjukkan ‘penyebab’. Bahwa umat islam diperintahkan untuk berpuasa
karena turunnya kitab suci al Qu’an, bukan oleh sebab yang lain.
Oleh karena itulah, adalah suatu hal
yang kurang patut bilamana ada orang yang berpuasa tapi tidak rajin membaca al
Qu’an, mengapa….karena menyalahi latar belakang turunnya perintah puasa
Ramadhan.
Membaca, dalam hal ini tidaklah
sekedar reading, atau maos
thok, melainkan harus sampai pada memahami, dan finalnya memperoleh
pentunjuk dari dalamnya. Mdengapa, sebab, dalam ayat 185, surat Al Baqarah
tersebut jelas jelas memberikan arah, bahwa al Qur’an yang diturunkan dibulan
Ramadhan ini berisi petunjuk bagi kita, manusia, “huddan linnas” bahkan lebih jauh mestinya harus sampai pada tahap
meperoleh “al furqon” alias pembeda.
Sebuah ungkapan implisit, bahwa
seorang yang memperoleh petunjuk itu mestinya bisa ‘tampil beda’ dalam kehidupan
sehari harinya. Bukan menjadi follower, akan tetapi menjadi trend setter. Dengan kata lain, seseorang yang menerapkan
ajaran al Qur’an dalam hidupnya ia akan mempunyai pegangan yang kokoh, yang
akan menjadikannya sebagai pioneer yang mencerahkan sesame lingkunganya.
Menjadi agen perubahan, bahkan menjadi teladan.
Tetapi kenapa banyak orang islam
yang belum bisa menjadi pioneer, belum bisa menjadi agen perubahan dan teladan
?. Jawabnya sederhana : berarti ia
belum memproleh petunjuk dari dalam al Qur’an.
Barangkali membacanya hanya sebatas formalitas. Khatam bolak balik, tapi
tidak paham maknanya, apalagi menjalankan dalam kehidupan sehari hari.
Ambil satu missal saja, al Qur’an
mengajarkan kejujuran, dan sudah kita abaca berkali kali ayat ayat tentang
kejujuran itu, akan tetapi dalam kehidupan sehari hari banyak diantara kita
yang tidak jujur.
Lalu, al Qur’an mengajarkan
keadilan, dan kita berkali kali mengutipnya, tetapi setiap hari kita tidak
berlaku adil. Al Qur’an mengajarkan
berpolitik yang Islami, tetapi kenyataannya akhlak berpolitik kita amburadul,
dan seterusnya, dan seterusnya. Banyak ketidak cocokan antara pentunjuk al Qur’an
dengan perilaku kita, dalam berbudaya, berekonomi, berpendidikan, berumah
tangga, bermasyarakat, dan lain sebagainya.
Maka, bulan Ramadhan adalah bulan
membaca al Qur’an sampai paham. Bukan hanya soal khatam, bahkan bukan soal berapa kali khatam. Akan tetapi diharapkan kita, kaum muslim
mampu mengaplikasikan pentunjuk didalam al Qur’an itu sendiri dalam kehidupan
kita sehari hari, yaitu dengan cara membaca al Qur’an sambil merenungkan dan
memahami isinya secara mendalam.
“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) al Qur’an karena hendak cepat cepat (menyelesaikan)-nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah menghimpunkan (pengertian)-nya dan membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasan (isi)nya” (QS : Al Qiyaamah : 16-19)
“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) al Qur’an karena hendak cepat cepat (menyelesaikan)-nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah menghimpunkan (pengertian)-nya dan membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasan (isi)nya” (QS : Al Qiyaamah : 16-19)
Dengan cara ini, umat Islam akan memperoleh hikmah yang luar biasa banyaknya
dari dalam al Qur’an sebagai petunjuk.
Dan kemudian melatihnya selama bulan Ramadhan dengan puasa yang baik dan
benar. Puasa yang bukan hanya sekedar
menahan lapar dan dahaga. Melainkan puasa yang bisa mendidik jiwa raga kita
menjadi lebih sehat dan bertaqwa.
Hasilnya, insya Allah, seusai
Ramadhan umat Islam bakal memperoleh al
furqon yang menjadikannya sebagai
pribadi yang ‘tampil beda’. Bahkan,
menjadi agen perubahan menuju arah
yang lebih baik bagi masyarakatnya. Sungguh bangsa ini butuh orang orang yang
seperti ini. Insya Allah.
Wallahu a’lam bishawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar