‘KESEMPATAN’ ITU MASIH JUGA DIBERIKAN PADA FIR’AUN
Oleh : pak
Agus Balung
Tak seorangpun yang tak pernah berbuat salah dan
dosa. Seetiap anak manusia pasti pernah berbuat khilaf, salah dan dosa.
Mengapa, karena tidak ada manusia yang sempurna. Kepada mereka yang merasa
berdosa besar, kepada mereka yang merasa punya berdosa banyak, ketahuilah
sesungguhnya Allah menunggu pintu-Nya diketuk, untuk kemudian Dia beri ampunan,
maaf dan karunia. Bukankah Allah
itu dzat yang Maha Pemurah, Pengasih dan maha Pemaaf.
Sesungguhnya sangat beruntunglah manusia yang bertuhankan Allah. Karena
Dia begitu besar sifat pemaafnya terhadap hambaNya, Allah Maha Pemaaf. Allah berfirman melalui hadits qudsi-Nya,
yang diriwayatkan oleh Abu Dzar al Ghiffari :
“wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kamu berbuat dosa di
waktu malam dan di siang hari, sedang Aku mengampuni segala dosa. Maka mintalah
ampunan kepada-Ku, niscaya Aku mengampuni dosa kamu.”
Kemudian diriwayatkan juga oleh
Turmudzi sebuah hadits qudsi yang juga sejuk didengar oleh para pendosa,
“wahai Bani Adam, apabila engkau mengajukan permohonan dan
mengharap kepada-Ku, Ku-ampuni segala yang ada padamu tanpa peduli. Wahai Bani
Adam, sekalipun dosamu bertumpuk-tumpuk hingga setinggi langit, tapi kemudian
engkau meminta ampun kepada-Ku, niscaya Ku-ampuni dosamu. Wahai Bani Adam,
sekiranya engkau datang dengan dosa setimbang bumi, kemudian engkau menemui Aku
dalam keadaan tidak mensekutukan Aku dengan sesuatupun, niscaya Aku kurniakan
ampunan setimbang dosa itu.”
Begitulah Allah memberi kabar,
membesarkan hati para pendosa, memotivasi para pembangkang-Nya, Bahwa Dia
selalu berkenan menerimanya kembali, dan bahkan mengahapuskan segala salah dan
dosa anak manusia.
Memang ada sebagian fuqaha yang
mengklasifikasikan ampunan dan maaf Allah. Kata beliau, para fuqaha itu, Yang
diampuni itu adalah dosa dan maksiat kepada Allah. Sedangkan dosa terhadap sesama manusia, ampunan dan maaf tetap terletak pada
keridhaan manusia yang bersangkutan.
Namun ada juga yang berpendapat lain. Bahwa,
kalau Allah sudah berkehendak mengampuni, mengapa lagi harus menunggu
ampunan dan maaf dari manusia.
Yang penting kita mau memohon
ampunan-Nya, meminta maaf-Nya, Mengimani-Nya kembali seraya memperbaiki diri
dan berbuat kebaikan.
Urusan dengan manusia dengan segala
problematika kehidupannya akan menjadi urusan Allah. Allah yang akan mengurus
sebaik baik urusan.
Lihat saja firman-firman-Nya berikut
ini:
“… Barangsiapa yang mendapatkan pelajaran dari Tuhannya,
menerima peringatan dari-Nya, lalu dia menghentikan langkah buruknya, maka yang
lalu biarlah berlalu. Dan urusannya menjadi urusan Allah…” (al
Baqarah: 275).
“… Barangsiapa yang mengerjakan perbuatan dosa [sebelum ayat
ini Allah menyebut sekian deretan dosa besar] maka sungguh ia melakukan perbuatan
salah. Akan ditimpakan baginy azab di hari kiamat kelak dan dihinakan
sehina-hinanya. Kecuali mereka yang berhenti, kembali beriman dan mengerjakan
amal kebaikan. Maka mereka inilah yang akan Allah gantikan keburukannya dengan
kebaikan demi kebaikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (al
Furqân: 68-70).
Bahkan menilik dari ayat 68-70 surah
al Furqan di atas, Allah malah menjanjikan merubah keadaan buruk menjadi
keadaan yang baik.
Kuncinya, hentikan saja dulu
perbuatan buruk, kembali mengimani-Nya dan melakukan perbuatan baik. Kalau
tadinya ia terhina disebabkan kelakuannya, kelak, ia akan menjadi terhormat sebab dari petaubatannya
dan sebab kelakuannya pula.
Kalau tadinya ia punya hutang
banyak, dan tidak sanggup menemui orang-orang yang dijadikan tempat berhutang,
Kelak urusan Allah membayarkan hutang hutangnya dan menjadikannya banyak uang.
Kalau tadinya seribu orang mengenal
diri dia sebagai perusak dan penjahat, Maka menjadi urusan Allah untuk mengubah
citra dirinya menjadi dikenal sebagai manusia mulia yang terhormat, dan
disegani banyak orang. Hal yang demikian
tidak sulit bagi Allah. Sangat mudah.
Allah punya berjuta cara misterius
dalam menolong dan mengangkat derajat seseorang. Dan Allah juga punya kuasa
untuk membolak-balikkan keadaan seseorang.
Fir’aun saja masih diberikan kesempatan
Sehubungan dengan luasnya kesempatan
yang diberikan Allah, kita mengetahui lewat firman-Nya, bahwa Allah-pun pernah memberikan
kesempatan kepada Fir’aun untuk memperbaiki diri.
Kalau terhadap Fir’aun saja, sosok yang sangat
durhaka pada Allah, yang tingkat kejahatannya sudah diabadikan dalam Al Qur’an,
masih juga diberikan kesempatan oleh
Allah untuk memperbaiki diri dan beroleh rahmat-Nya kembali,…… apalagi kita?
Mudah-mudahan Allah berkenan
mengampuni kita dan mengubah jalan hidup kita;
“Apakah sudah sampai berita tentang Musa kepadamu? Yaitu
ketika Tuhan memberinya wahyu di bukit yang diberkati, pergilah engkau kepada
Fir’aun sesungguhnya dia adalah manusia pendurhaka. Dan katakanlah kepadanya,
akankah ia sudi mensucikan dirinya…?” (an Nazi’ât: 15-18).
Sebagai manusia yang tidak pernah
luput dari kesalahan dan dosa, kita tidak boleh memutus-asa kan seseorang dari
rahmat Allah. Misalnya, dengan mengatakan bahwa dosanya tidak akan terampuni,
atau dia telah terlaknat.
Seharusnya kita gembirakan hatinya,
dan kita ajak ia untuk menggapai lagi kebersihan hati untuk menggapai rahmat
dan ridho-Nya.
Akan halnya kesusahan, harus diakui penyebab yang paling banyak
adalah lantaran kita sendiri yang menimbulkannya. Maka akan menjadi indah
tawaran-tawaran Allah untuk kita, agar kita bisa mensucikan diri. Subahanallah.
Kalau kita sudah bersih kembali,
atau paling tidak ada upaya pembersihan diri, maka Allah pun akan berkenan
untuk mendekat kembali kepada kita. Dan memperbaiki kwalitas hidup dan
kehidupan kita. Semoga
Di mata Allah, semua manusia berkesempatan sama,
berkesempatan memperbaiki diri dan berkesempatan memperoleh ampunan dan
rahmat-Nya kembali.
(Sumber disarikan
dari : Materi KH
Yusuf Mansyur)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar