Menyambut Malam Nisfu Sya'ban
Oleh : pak
Agus Balung
Sebentar lagi tepat pada hari Ahad, tanggal 23
Juni 2013, bertepatan dengan 14 Syaban 1434 H. merupakan malam kelima belas
dari bulan Syaban. Dalam tradisi masyarakat Islam khususnya di Indonesia malam
itu sering disebut dengan “malam nisfu syaban” yang artinya malam pertengahan
bulan syaban yaitu malam kelima belas.
“Syaban” sebagai salahsatu nama bulan dalam kalender hijriah
mempunyai arti “berkelompok” (biasanya bangsa Arab berkelompok mencari nafkah
pada bulan itu). Sya’ban termasuk bulan yang dimuliakan oleh Rasulullah Saw.
selain bulan yang empat, yaitu Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.
Salahsatu pemuliaan Rasulullah Saw.
terhadap bulan Syaban ini adalah beliau banyak berpuasa pada bulan ini. Hal
tersebut dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Nasa'i dan Abu
Dawud dan disahihkan oleh Ibnu Huzaimah yang artinya :
"Usamah berkata pada
Rasululllah Saw., 'Wahai Rasulullah, saya tak melihat Rasul melakukan puasa
(sunat) sebanyak yang Rasul lakukan dalam bulan Sya'ban.' Rasul menjawab:
'Bulan Sya'ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadan yang dilupakan oleh
kebanyakan orang.’”
Selain itu, menurut Rasulullah Saw
pada bulan ini pula yaitu pada malam nisfu sya’ban (malam kelima belas) seluruh
amal perbuatan manusia diangkat kepada Allah Swt. Sehingga Rasulullah Saw
berharap ketika amal perbuatanya diangkat kepada Allah Swt maka Rasul dalam
keadaan puasa. Hal tersebut dijelaskan dalam hadits Nabi yang diriwayatkan oleh
al-Nasa’i yang artinya : “Bulan itu (Sya‘ban) berada di antara Rajab dan
Ramadhan adalah bulan yang dilupakan manusia dan ia adalah bulan yang diangkat
padanya amal ibadah kepada Tuhan Seru Sekalian Alam, maka aku suka supaya amal
ibadah ku di angkat ketika aku berpuasa”. ( HR. al-Nasa’i)
Keutamaan Malam Nisfu Syaban
Keutamaan malam Nisfu Sya‘ban
sebagaimana dijelaskan dalam hadits shahih dari Mu‘az bin Jabal Radhiallahu
‘anhu, bersabda Rasulullah Saw. yang artinya: “Allah menjenguk datang kepada
semua makhlukNya di Malam Nisfu Sya‘ban, maka diampuni segala dosa makhlukNya
kecuali orang yang menyekutukan Allah dan orang yang bermusuhan.” (HR. Ibnu
Majah, at-Thabrani dan Ibnu Hibban)
Begitu juga dalam hadits lain yang
diriwayatkan oleh ‘Aisyah RA., beliau berkata: "Suatu malam Rasulullah Saw
shalat, kemudian beliau bersujud panjang, sehingga aku menyangka bahwa
Rasulullah Saw telah diambil, karena curiga maka aku gerakkan telunjuk beliau
dan ternyata masih bergerak. Setelah Rasulullah Saw. selesai shalat beliau
berkata: "Hai ‘Aisyah engkau tidak dapat bagian?". Lalu aku menjawab:
"Tidak ya Rasulullah, aku hanya berfikiran yang tidak-tidak (menyangka
Rasulullah telah tiada) karena engkau bersujud begitu lama". Lalu
Rasulullah Saw. bertanya: "Tahukah engkau, malam apa sekarang ini?”.
"Rasulullah yang lebih tahu", jawabku. "Malam ini adalah malam
nisfu Sya'ban, Allah mengawasi hambanya pada malam ini, maka Ia memaafkan
mereka yang meminta ampunan, memberi kasih sayang mereka yang meminta kasih
sayang dan menyingkirkan orang-orang yang dengki" (HR. Baihaqi).
Menurut perawinya hadits ini mursal
(ada rawi yang tidak sampai ke Sahabat), akan tetapi hadits ini cukup kuat.
Malam Nisfu Sya‘ban juga termasuk
malam-malam yang dikabulkan doa. Imam asy-Syafi‘i dalam kitabnya al-Umm,
berkata: “Telah sampai pada kami bahwa dikatakan: sesungguhnya doa dikabulkan
pada lima malam, yaitu : malam
Jum’at, malam hari raya Idul Adha, malam hari raya ‘Idul fitri, malam pertama di bulan Rajab, dan malam Nisfu Sya‘ban.”
Menghidupkan Malam Nisfu Sya‘ban
Malam Nisfu Sya‘ban (malam kelima
belas pada bulan Syaban) merupakan malam yang penuh rahmat dan ampunan dari
Allah Swt. Untuk itu, kita dianjurkan bahkan disunnahkan untuk menghidupkan
malam ini. Adapun cara menghidupkan Malam Nisfu Sya‘ban sebagaimana yang
dilakukan sekarang ini tidak berlaku pada zaman Rasulullah Saw dan zaman para
sahabat. Akan tetapi hal ini berlaku pada zaman thabi‘in (zaman setelah para
sahabat) dari penduduk Syam. Imam al-Qasthalani dalam kitabnya al-Mawahib
al-Ladunniyah, berkata, “bahwa para tabi‘in daripada penduduk Syam seperti
Khalid bin Ma‘dan dan Makhul, mereka beribadah dengan bersungguh-sungguh pada
Malam Nisfu Sya‘ban. Maka dengan perbuatan mereka itu, mengikutlah orang banyak
untuk membesarkan malam tersebut.”
Para tabi‘in menghidupkan Malam
Nisfu Sya‘ban dengan dua cara, yaitu :
1) Sebagian mereka hadir beramai-ramai ke
masjid dan berjaga di waktu malam (qiyamullail) untuk shalat sunat dengan
memakai harum-haruman, bercelak mata dan berpakaian yang terbaik; 2)
Sebagiannya lagi melakukannya dengan cara bersendirian. Mereka menghidupkan
malam tersebut dengan beribadah seperti shalat sunat dan berdoa dengan cara
sendirian.
Adapun cara kita sekarang ini
menghidupkan Malam Nisfu Sya‘ban dengan membaca Al-Qur'an seperti membaca surah
Yasin, berzikir dan berdoa dengan berhimpun di masjid-masjid atau di
rumah-rumah sendirian atau berjamaah adalah tidak jauh berbeda dengan apa yang
dilakukan oleh para tabi‘in itu.
Dalam hadits Ali Ra.,
Rasulullah Saw. bersabda: "Malam nisfu Sya'ban, maka hidupkanlah dengan
shalat dan puasalah pada siang harinya, sesungguhnya Allah turun ke langit
dunia pada malam itu, lalu Allah berfirman: "Orang yang meminta ampunan
akan Aku ampuni, orang yang meminta rizqi akan Aku beri dia rizqi, orang-orang
yang mendapatkan cobaan maka aku bebaskan, hingga fajar menyingsing." (HR.
Ibnu Majah dengan sanad lemah).
Ulama berpendapat bahwa hadits lemah
dapat digunakan untuk Fadlail A'mal (keutamaan amal). Walaupun hadits-hadits
tersebut tidak sahih, namun melihat dari hadits-hadits lain yang menunjukkan
kautamaan bulan Sya'ban dapat diambil kesimpulan bahwa Malam Nisfu Sya'ban jelas
mempunyai keuatamana dibandingkan dengan malam-malam lainnya.
Amalan-Amalan dalam Malam Nisfu Sya‘ban
Untuk menghidupkan Malam Nisfu
Sya‘ban dapat kita lakukan dengan berbagai cara, tapi hal-hal tersebut
dilakukan dengan cara-cara yang baik yang tiak bertentangan denga syraiat.
Di antara hal yang dianggap bid‘ah
dan bertentangan denga syariah oleh sebagaian ulama dalam malam nisfu sya’ban
itu adalah shalat sunat Nisfu Sya‘ban. Menurut sebagian ulama, shalat sunat nisfu
sya’ban sebenarnya tidak tsabit, tidak kuat dasar hukumnyadan dan tidak ada
dalam ajaran Islam. Seperti Imam an-Nawawi dan Imam Ibnu Hajar telah menafikan
adanya shalat sunat Nisfu Sya‘ban. Karena menurut beliau suatu shalat itu
disyariatkan cukup sandarannya pada nash Al-Qur'an atau pada hadits nabi.
Jika seseorang itu masih juga ingin
melakukan shalat pada malam nisfu sya’ban, maka sebaiknya dia mengerjakan
shalat-shalat sunat lain seperti sunat Awwabin (di antara waktu
maghrib dan Isya'), shalat Tahajjud diakhiri dengan shalat Witir atau shalat sunat Muthlaq bukan khusus
shalat sunat Nisfu Sya‘ban. Shalat
sunat Muthlaq ini boleh dikerjakan kapan saja, baik pada Malam Nisfu Sya‘ban
atau pada malam-malam lainnya.
Tapi ulama lain seperti Imam
al-Ghazali dalam kitabnya al-Ihyaa’ (Juz 1 hal. 210)
menyatakan bahwa shalat malam nisfu sya’ban adalah sunat dan hal itu dilakukan
pula oleh para ulama salaf. Bahkan para ulama salaf menamakan shalat tersebut
sebagai shalat khair (shalat yang baik). Begitu juga ulama-ulama lain seperti
al-Allamah al-Kurdi. Selain dalam kitab al-Ihyaa’ juga dalam kitab-kitab lain
seperti Khaziinah al-Asraar (hal. 36), al-’Iaanah (Juz 1 hal. 210), al-Hawaasyi
al-Madaniyyah (Juz 1 hal. 223), dan al-Tarsyiih al-Mustafiidiin (hal. 101).
Nah, terlepas dari ‘kontroversi’
tentang amalan-amalan pada malam nisfu syaban khususnya tentang shalat nisfu
sya’ban yang dianggap bid’ah oleh sebagian ulama dan dianggap sunat oleh ulama
lain, maka kita sangat dianjurkan untuk meramaikan malam Nisfu Sya'ban dengan
cara memperbanyak ibadah, salat, zikir membaca al-Qur'an, berdo'a dan amal-amal
shalih lainnya seperti puasa pada siang harinya sebagaiman dicontohkan
Rasulullah Saw. sehingga kita tidak termasuk orang-orang yang lupa akan
kemuliaan bulan sya’ban ini.
Wallah a’lam bishawab
2 komentar:
Subkhanallah malam yang begitu mulia tapi terkadang sering kali Di lupakan
Semoga qta smua terhindar dari api nerakanya Allah swt,,,
Amin, amin ya Robbal alamin..... insya Allah
Posting Komentar