Oleh :
pak Agus Balung
Saudaraku pengunjung setia blog As Syifa Nur Alif yang dirahmati Allah, berikut ini saya ketengahkan sebuah kisah betapa dahsyatnya tipu daya syetan terhadap anak manusia, sampai sampai seorang kyaipun dapat dikalahkannya. Semoga kita dapat mengambil hikmah atas kisah ini. Insya Allah.
Malam itu malam Jumat Kliwon.
Penduduk desa beramai-ramai mendatangi sebuah pohon besar yang tumbuh di tepi
sungai. Laki-laki, perempuan, tua, muda, datang membawa barang-barang yang akan
digunakan untuk ‘sesajen’. Ada nasi tumpeng dengan ayam panggang, rokok,
kembang setaman, ayam hitam mulus, kemenyan dan lain-lain.
Syetan telah merasuk ke dalam jiwa
dan membelenggu hati mereka dengan keyakinan bahwa pohon besar itu dihuni oleh
makhluk halus yang bisa mengabulkan semua keinginan mereka. Sehingga mereka datang
memuja-muja makhluk penunggu pohon seraya menyebutkan keinginannya. Ada yang
ingin kaya, ada yang ingin gampang jodoh, ada yang ingin laris dagangannya
bahkan ada yang ingin kebal senjata. Ada juga yang ingin menanyakan berapa nomor
‘togel’ yang akan keluar, dan masih banyak macam lagi permintaan permintaan
lainnya.
Syetan semakin bersorak gembira karena pengikutnya
semakin lama semakin banyak. Lain halnya dengan pak Kyai, seorang tokoh agaman
di desa itu yang semakin jengah dengan kemusyrikan yang dilihatnya setiap hari.
“Kasihan. Mereka tidak tahu bahwa iblis telah memperdaya mereka. Mereka akan
dijadikan teman iblis dalam neraka. Aku tidak boleh tinggal diam. Satu-satunya
cara adalah …menebang pohon itu! Aku harus menebang pohon itu!”
Selesai shalat subuh pak Kyai
mengayunkan kaki dengan memanggul kapak besar di pundaknya menuju tempat pohon
besar itu berada. Raja Syetan yang
sengaja tinggal di pohon itu tiba-tiba terperanjat, matanya silau dengan
kilauan logam kapak pak Kyai yang ditimpa sinar matahari pagi.
“Hah?!!! Ada orang membawa kapak
mendatangi pohonku! Gawat!
Hawanya lain.. dia orang yang berilmu…Aku
harus waspada!”
Atas kehendak Allah pak Kyai
memiliki kemampuan melihat dan berbicara dengan makhluk halus. Sehingga dengan
mudah ia dapat berkomunikasi dengan penunggu pohon itu.
“Hai Syetan ! Pergilah! Aku akan menebang
pohon ini karena telah banyak menyesatkan manusia”
“Aku tidak akan membiarkanmu menebang pohon ini!”
“Aku tidak akan membiarkanmu menebang pohon ini!”
“Tidak peduli! Aku akan menebangnya!” Tiba-tiba si raja Syetan itu mencekik leher pak Kyai. Tak mau kalah, pak Kyai memegang leher Syetan.
Perkelahian tidak bisa dihindarkan,
keduanya bergumul saling banting. Cukup lama keduanya berkelahi sampai akhirnya
pak Kyai membanting si raja Syetan hingga tersungkur ke tanah, dadanya
diinjak. Dan si raja Syetanpun tak berkutik lagi.
“Baiklah. Aku kalah. Aku tidak akan
menghalangimu lagi menebang pohon ini”. Pak Kyai melepas syetan dan
membiarkannya pergi. Namun ia merasa sangat lelah. Tenaganya terkuras habis
adalam perkelahian tadi. Jangankan menebang pohon, mengayunkan kapak pun
rasanya sudah tidak kuat lagi. Akhirnya ia memutuskan untuk pulang beristirahat.
Ia berharap esok hari dapat menebang pohon dengan kondisi yang segar.
Keesokan harinya pak Kyai kembali
memikul kapak dan melanjutkan pekerjaannya yang tertunda. Namun tak disangka-sangka, si raja Syetan kembali datang menghalangi sehingga terjadilah
perkelahian yang lebih seru dari sebelumnya. Lagi-lagi Syetan dibuat bertekuk lutut di kaki pak Kyai dan
berjanji tidak akan menghalangi lagi. Karena kehabisan tenaga, pak Kyai tidak
mampu menebang pohon saat itu. Ia kembali pulang beristirahat untuk memulihkan
tenaganya. Ia akan menebang pohon itu esoknya.
Pagi-pagi pak Kyai kembali memanggul
kapak. Dari kejauhan ia kembali melihat syetan sedang berdiri bersandar di
pohon. Raut mukanya kali ini tidak beringas seperti dua hari sebelumnya. Si
raja Syetan ini sepertniya yakin bahwa tidak mungkin bisa mengalahkan manusia
yang kuat aqidahnya dengan cara bertarung fisik. Satu-satunya cara adalah
dengan menggunakan ‘tipu daya’ .
Dengan lemah lembut Syetan itu berkata. “Wahai Kyai…Tahukah kau mengapa
aku mencegahmu untuk menebang pohon itu? Aku khawatir dan kasihan kepadamu.
Walaupun pohon itu sudah ditebang, belum tentu mereka akan sadar. Bahkan mereka
akan membencimu dan mencari pohon lain untuk disembah. Sia-sia kan usahamu?
Nah.. karena kau telah mengalahkan aku, sekarang aku ingin membantumu
memberantas kemusyrikan di desa ini. Sementara jangan tebang dulu pohon itu.
Aku akan memberimu uang lima juta setiap hari. Dengan uang itu hidupmu akan
tercukupi. Kau juga bisa membagi-bagikan uang itu kepada orang-orang duafa’.
Kau bisa membangun masjid yang indah sehingga orang-orang menaruh simpati
kepadamu dan kau bisa lebih mudah mengajak mereka kembali beribadah kepada
Allah. Bukankah tujuanmu mengajak sebanyak-banyaknya orang agar mau beribadah
kepada Allah?”
Pak Kyai merasa apa yang diucapkan
Syetan itu masuk akal juga. Tipu daya si Raja Syetan telah merasuk ke dalam banaknya. Pak Kyai
berharap memerangi kemusyrikan dengan cara persuasif, pendekatan secara halus,
akan membuahkan hasil daripada dengan cara yang frontal.
“Bagaimana caranya aku bisa
mendapatkan uang yang kau janjikan itu? Apakah perkataanmu bisa dipercaya?”
“Lihat saja besok pagi di bawah bantalmu. Kalau tidak ada, kau boleh menebang pohon itu”
“Baiklah. Tapi awas kalau ingkar janji, kau tidak akan bisa menghalangiku menebang pohon itu”
“Lihat saja besok pagi di bawah bantalmu. Kalau tidak ada, kau boleh menebang pohon itu”
“Baiklah. Tapi awas kalau ingkar janji, kau tidak akan bisa menghalangiku menebang pohon itu”
Pak Kyai pulang ke rumahnya sambil
berangan-angan bahwa besok pagi ia akan mendapatkan uang lima juta di bawah
bantal. Keesokan harinya dengan hati berdebar pak Kyai membuka bantalnya…
“Haahh? Uang seratus-ribuan! Lima
puluh lembar!” Walau begitu pak Kyai masih ragu apakah uang itu asli atau
palsu. Ketika ia mencoba membelanjakan uang tersebut ternyata asli! Para
pedagang menerima pembayaran uang itu.
“Alhamdulillah…aku akan
membagi-bagikan pada fakir miskin. Bukankah besok aku dapat uang lagi”.
Pak Kyai mulai sibuk menghitung yang ia terima lima juta setiap hari. Rencana-rencana pun mulai ia susun. “Tiga hari lima belas juta. Sebulan seratus lima puluh juta. Aku akan beli mobil, motor, membangun rumah dan membangun masjid terindah di desa ini”. Menjelang tidur angan-angan pak Kyai berkelana.
Pak Kyai mulai sibuk menghitung yang ia terima lima juta setiap hari. Rencana-rencana pun mulai ia susun. “Tiga hari lima belas juta. Sebulan seratus lima puluh juta. Aku akan beli mobil, motor, membangun rumah dan membangun masjid terindah di desa ini”. Menjelang tidur angan-angan pak Kyai berkelana.
Ia membayangkan masjid yang
dibangunnya dipenuhi orang-orang untuk beribadah. Mereka berebut menyalami dan
berfoto dengannya, mengelu-elukan kyai kaya yang dermawan. Ia akan tertidur pulas dengan senyum tersungging.
Sementara si Raja Syetan menari-nari karena telah berhasil menjebak pak
Kyai.
Di suatu pagi, pak Kyai terkejut
manakala dibalik bantalnya tidak ada lagi uang sama sekali.
“Mana uang itu..?! Betul-betul tidak bisa dipercaya ! Dasar Syetan ! Gagal rencanaku membangun masjid! Kutebang saja pohon itu. Biar tau rasa!” Dengan muka merah padam menahan amarah, pak Kyai bergegas menuju pohon besar itu. “Kali ini tidak ada kompromi..”
“Mana uang itu..?! Betul-betul tidak bisa dipercaya ! Dasar Syetan ! Gagal rencanaku membangun masjid! Kutebang saja pohon itu. Biar tau rasa!” Dengan muka merah padam menahan amarah, pak Kyai bergegas menuju pohon besar itu. “Kali ini tidak ada kompromi..”
“Mau kemana pak Kyai?” Pak Kyai terkejut mendengar sapaan Raja Syetan
“Aku mau menebang pohonmu! Minggir!”
“Tak akan kubiarkan. Ayo hadapi
aku!” Perkelahian antara pak Kyai dan Raja Syetanpun tidak terelakkan lagi. Keduanya sama-sama
mengeluarkan jurus-jurus andalan. Kali ini pak Kyai kuwalahan menahan serangan-serangan
Syetan.
Ia pun tersungkur bertekuk lutut di
bawah kaki raja Syetan. Ia berteriak-teriak minta ampun, tetapi Syetan terus menginjak dadanya. Dengan congkak raja
Syetanpun berkata,“Hai manusia sombong! Mana kekuatanmu!”
“Wahai si Raja Syetan ! Kenapa kau bisa
mengalahkan aku?”
“Hahaha.. Kali ini kau ingin
menebang pohon gara-gara tidak ada uang di bawah bantalmu. Ketika kau marah
karena membela hukum atau aqidah Tuhanmu, maka kau berada dalam genggaman
Allah, sehingga aku tidak bisa mengalahkanmu.
Tapi ketika kau marah karena
mengikuti hawa nafsu demi kepentingan dirimu sendiri, maka kau lepas dari
genggaman Allah. Kau bagai biri-biri yang tak peduli ditinggalkan gembalanya
karena asyik terpikat menikamati rumput yang hijau. Maka leluasalah aku
mengalahkanmu..Hahaha!
Engkau datang kembali untuk menebang
pohon bukan karena ingin menegakkan Agama Allah, namun kamu datang ingin
menebang Pohon karena kamu marah disebabkan aku tidak memberimu uang, sehingga
sekarang kamu sangat mudah aku kalahkan.
Pergi sana! Jangan ganggu pohonku
lagi!”
Maka dengan gontai pak Kyai pulang
sambil menyesali kelengahannya sehingga begitu mudah ia terperangkap oleh tipu
daya Syetan terkutuk . “Oohh bodohnya aku…Sungguh licik dan halus tipu daya
Syetan, Kupikir kalau sudah tenjadi
kyai tidak akan mudah terkecoh. Aku
telah takabur sehingga lengah mau bekerja sama dengan Syetan. Pelajaran berharga untukku aku harus selalu
waspada dan tak akan berhubungan dengan Syetan dan pengikutnya dalam hal apapun!
”
Kesimpulannya :
Ketika kita melangkah karena keyakinan kita Kepada Allah Swt, maka kita akan kuat,
Namun ketika kita melangkahkan kaki karena nafsu, maka kita sangat mudah dikuasai oleh syaitan yang terkutuk.
Sungguh tipu daya syaitan itu sangat
licik, syaithan adalah musuh yang nyata bagi manusia, maka berhati-hatilah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar