Oleh : pak
Agus Balung
Memasuki bulan sya’ban, yaitu suatu bulan yang termasuk salah satu dari bulan haram yang empat, bulan bulan haram tersebut antara lain yaitu bulan bulan : Dzul Qa’dah, Dzulhijah, Muharam, dan Rajab, sering kita mendengar bahwa Allah menutup catatan perbuatan manusia dan menggantinya dengan catatan yang baru. Lalu apa sih keistimewaan bulan Sya’ban.
Sebenarnya tidak pernah menjumpai dalil maupun keterangan
ulama bahwa buku catatan amal hamba ditutup di malam nisfu Sya’ban atau ketika
bulan Sya’ban. kita hanya menduga, barangkali anggapan semacam ini karena
kesalah pahaman terhadap hadist, dari Usamah bin Zaid. Usamah bin Zain bertanya
pada Rasululllah :
يَا رَسُولَ اللَّهِ، لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنَ
الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ
“Wahai Rasulullah, saya belum pernah
melihat anda berpuasa dalam satu bulan sebagaimana anda berpuasa di bulan
Sya’ban?”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ
وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ
الْعَالَمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
“Ini adalah bulan yang sering
dilalaikan banyak orang, bulan antara Rajab dan Ramadhan. Ini adalah bulan
dimana amal-amal diangkat menuju Rab semesta alam. Dan saya ingin ketika amal
saya diangkat, saya dalam kondisi berpuasa.’” (HR.
An Nasa’i, Ahmad, Ibnu Abi Syaibah dan
Syuaib Al-Arnauth menilai ‘Sanadnya hasan’).
Pertama : Dalam
hadis di atas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan,
salah satu waktu, dimana amal para hamba dilaporkan adalah ketika bulan
Sya’ban. Dan karenanya, beliau memperbanyak puasa di bulan Sya’ban.
Kedua : Penting
untuk dicatat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menentukan
di tanggal berapa peristiwa pelaporan amal itu terjadi. Bahkan zahir hadis
menunjukkan, itu terjadi selama satu bulan. Karena itulah, puasa yang dilakukan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di bulan Sya’ban tidak
pilih-pilih tanggal. Beliau juga tidak menganjurkan agar kita memilih
pertengahan Sya’ban untuk puasa. Yang beliau lakukan, memperbanyak puasa selama
Sya’ban.
Untuk itu, siapa yang beranggapan
dianjurkan memperbanyak ibadah ketika pertengahan Sya’ban, dengan anggapan
bahwa ketika itu terjadi pelaporan amal, maka dia harus mendatangkan dalil.
Tanpa dalil, berarti dia menebak perkara ghaib. Dan tentu saja, pendapatnya
wajib ditolak.
Kemudian, penting juga untuk kita
perhatikan, hadist itu sedikitpun tidak
menyebutkan adanya penutupan buku catatan amal. Beliau hanya menyampaikan
ketika bulan Sya’ban terdapat pelaporan amal dan bukan penutupan catatan amal.
Ketiga : tidak ada istilah penutupan buku amal dalam
islam. Karena kaum muslimin dituntut untuk selalu beramal dan beramal sampai
ajal menjemputnya. Allah berfirman,
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
“Beribadahlah kepada Tuhanmu sampai
datang kepadamu Al-Yaqin.” (QS. Al-Hijr: 99)
Para ulama tafsir sepakat bahwa
makna Al-Yaqin pada ayat di atas adalah kematian. Karena setiap manusia
dituntut beramal dan beribadah selama akalnya masih berjalan.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam menasehatkan agar kita selalu menjaga iman, dengan istiqamah
beramal. Ada seorang sahabat yang meminta nasehat kepada beliau. Yang nasehat
ini akan selalu dia jaga selama hidupnya. Nasehat yang beliau sampaikan sangat
ringkas,
قلْ آمنتُ بالله ثم استقم
Katakan, Saya beriman kepada Allah,
kemudian istiqmahlah.” (HR. Ahmad dan
sanadnya shahih).
Dan yang namanya istiqamah, tentu
saja tidak akan ada putusnya.
Al-Imam Ahmad pernah ditanya, ‘Kapan
waktu untuk istirahat?’ beliau menjawab,
عند أول قدم نضعها في الجنة
“Ketika pertama kali kita
menginjakkan kaki kita di surga.”
Sekali lagi tidak ada istilah
istirahat beramal atau buku catatan amal ditutup sementara. Amal kita yang dihisab
tidak hanya ketika nisfu Sya’ban, namun juga di bulan-bulan lainnya. Semoga
Allah meringankan kita untuk terus istiqamah meniti jalan kebenaran. Amin..
Wallahu a’lam
(Sumber : Ustadz Ammi Nur Baits)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar