Fenomena Kesurupan
Oleh : pak
Agus Balung
Kesurupan jin sekarang
sudah menjadi trend, sudah seringkali berbagai stasiun TV nasional menayangkan
kejadian kesurupan, massal lagi, biasanya, yang sering ditayangkan, kesurupan
yang menyerang para siswa yang lagi belajar disekolah, bahkan ada juga
kesurupan yang terjadi pada para karyawan pabrik yang lagi bekerja. Lalu bagaimana Islam memandang fenomena
kesurupan ini.
Dalam
menyikapi fenomena kesurupan jin ini masyarakat terbagi dalam dua golongan,
yaitu :
1. Golongan pertama, yaitu mereka
yang mempercayainya dan meyakininya bahwa kesurupan itu memang ada, itulah keyakinan umumnya kaum muslimin.
2. Golongan kedua, yaitu mereka yang
mengingkarinya, dan menganggap itu bukan kesurupan jin.
Keyakinan ini menjadi salah stau prinsip
aliran liberal, mengikuti pemahaman pendahulunya, sekte Mu’tazilah. Untuk yang kedua
ini tidak perlu dilirik, karena mereka lebih mengedepankan akal dan logika
sederhana, ketimbang dalil Alquran dan sunah.
Kesurupan menurut pandangan Islam
Berikut beberapa catatan yang bisa
kita jadikan bahan pertimbangan untuk membuat kesimpulan yang lebih benar:
Pertama : terdapat banyak dalil dari Alquran dan
hadis yang menggambarkan keberadaan kesurupan
jin, antara lain :
1. Dalil Al Quran
: Allah berfirman, menceritakan keadaan pemakan riba ketika dibangkitkan,
الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا
يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ
الْمَسِّ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا
“Orang-orang yang makan riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka
berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba…” (QS.
Al-Baqarah: 275)
Keterangan Ibnu Katsir,
“Maksud ayat, pemakan riba tidak
akan dibangkitkan dari kubur mereka pada hari kiamat kecuali seperti bangkitnya
orang yang kesurupan dan kerasukan setan. Karena dia berdiri dengan cara tidak
benar. Ibnu Abbas mengatakan, “Pemakan riba, dibangkitkan pada hari kiamat
seperti orang gila yang tercekik.” (Tafsir Ibn Katsir, 1:708).
Terkait fenomena al-Qurtubi
menegaskan,
“Ayat ini dalil tidak benarnya pengingkaran
orang terhadap fenomena kesurupan karena kerasukan jin. Mereka menganggap bahwa
itu hanya murni penyakit badan. Sedangkan setan tidak bisa mengalir di dalam
tubuh tubuh manusia dan tidak bisa merasuk ke dalam tubuhnya.” (Tafsir
a-Qurtubi, 3:355)
2. Dalil Hadist : Disebutkan dalam
hadis dari Abul Aswad as-Sulami, bahwa diantara doa Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ
الْهَدْمِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ التَّرَدِّي، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْغَرَقِ،
وَالْحَرِيقِ، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ يَتَخَبَّطَنِي الشَّيْطَانُ عِنْدَ الْمَوْتِ…
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari tertimpa benda
keras, aku berlindung kepada-Mu dari mati terjatuh, aku berlindung kepada-Mu
dari tenggelam dan kebakaran, dan aku berlindung kepada-Mu dari keadaan setan
merasuki badanku ketika mendekati kematian…” (HR. Nasai 5533 dan dishahihkan
al-Albani)
Al-Munawi menjelaskan,
“…setan merasuki badanku ketika
mendekati kematian…”: dengan gangguan yang yang bisa menggelincirkan kaki,
merasuki akal dan pemikiran. Terkadang setan menguasai seseorang ketika hendak
meninggal dunia, sehingga dia bisa menyesatkannya dan menghalanginya untuk
bertaubat… (Faidhul Qadir, 2:148)
Kedua, bahwasanya “kesurupan” dengan jin masuk ke tubuh manusia adalah kejadian yang
hakiki, kenyataan dan bukan khayalan.
Abdullah bin Imam Ahmad pernah
bertanya kepada ayahnya,
“Sesungguhnya ada beberapa orang yang
berpendapat, bahwa jin tidak bisa masuk ke badan manusia.”
Imam Ahmad menjawab,
“Wahai anakku, mereka dusta. Jin itulah yang
berbicara dengan lisan orang yang dirasuki.”
Setelah membawakan keterangan ini,
Syaikhul Islam memberi komentar,
“Apa yang disampaikan Imam Ahmad adalah
masalah yang terkenal di masyarakat. Orang yang kerasukan berbicara dengan
bahasa yang tidak bisa dipahami maknanya. Terkadang dia dipukul sangat keras,
andaikan dipukulkan ke onta, pasti akan menimbulkan sakit. Meskipun demikian,
orang yang kesurupan tidak merasakan pukulan dan tidak menyadari ucapan yang
dia sampaikan.”
Beliau juga menegaskan,
Orang yang menyaksikan kejadian
kesurupan, dia akan mendapatkan kesimpulan yang meyakinkan bahwa yang bicara
dengan lidah manusia dan yang menggerakkan badannya adalah makhluk lain, selain
manusia (Majmu’ al-Fatawa, 24:277).
Ketiga, ulama sepakat, jin
bisa merasuki tubuh manusia
Hal ini sebagaimana ditegaskan
Syaikhul Islam dalam fatwanya,
“Tidak ada satupun ulama islam yang
mengingkari jin bisa masuk ke badan orang yang kesurupan dan lainnya. Orang
yang mengingkari hal ini dan mengklaim bahwa syariat mendustakan anggapan jin
bisa masuk ke badan manusia, berarti dia telah berdusta atas nama syariah.
Karena tidak ada satupun dalil syariat yang membantah hal itu.” (Majmu’
al-Fatawa, 24:277).
Keempat, sebab terjadinya
kesurupan
Syaikhul Islam menjelaskan,
“Jin yang merasuki manusia bisa saja terjadi karena
dorongan syahwat atau hawa nafsu atau karena jatuh cinta. Sebagaimana yang
terjadi antara manusia dengan manusia…”
“Bisa juga terjadi karena kebencian atau
kedzaliman (yang dilakukan manusia), misalnya ada orang yang mengganggu jin
atau jin mengira ada seseorang yang sengaja mengganggu mereka, baik dengan
mengencingi jin atau membuang air panas ke arah jin atau membunuh sebagian jin,
meskipun si manusia sendiri tidak mengetahuinya. Namun jin juga bodoh dan
dzalim, sehingga dia membalas kesalahan manusia dengan kedzaliman melebihi yang
dia terima. Terkadang juga motivasinya hanya sebatas main-main atau mengganggu
manusia, sebagaimana yang dilakukan orang jelek di kalangan manusia.” (Majmu’
al-Fatawa, 19:39).
Kesimpulan:
Fenomena kerasukan jin adalah kenyataan
yang tidak mungkin dibantah. Di samping kejadian di lapangan, realita ini juga
dibuktikan dengan dalil Alquran, hadist dan kesepakatan ulama. Satu-satunya
golongan yang mengingkari realita ini adalah mu’tazilah, dan para pemuja akal
sederhana yang mengikuti jejaknya. Ada banyak sebab, mengapa jin merasuk ke
dalam tubuh manusia, bisa karena motivasi cinta dan bisa sebaliknya, karena
kebencian
.
Wallahu a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar