Oleh : pak
Agus Balung
Dalam al-Qur’an surat An-Nuur : 40, Allah berfirman:
“Atau seperti gelap gulita di lautan
yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya
(lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan
tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi
cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun.”
Ayat ini di antaranya menjelaskan
adanya dua ombak di lautan. Pembahasan mengenai ombak atau gelombang dalam
oseanografi, secara umum dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu : gelombang permukaan dan gelombang internal. Gelombang permukaan adalah
fenomena yang bisa kita temui ketika mengamati permukaan air laut, dan biasa
disebut sebagai ombak.
Penyebab terjadinya ombak
permukaan
adalah hembusan angin dan pasang surut air laut yang terjadi akibat adanya gaya
tarik bulan dan matahari.
Ombak dalam, atau dikenal juga dengan Ombak internal, tidak bisa dilihat secara kasat mata. Namun,
keberadaannya telah diakui oleh para ilmuwan yang menemukan pada 1955 M.
Keberadaan ombak ini berada pada kedalaman 1000 M, yang disebut ombak dalam
(internal waves).
Ombak dalam terjadi pada permukaan
lapisan air di kedalaman lautan, sebab ia memiliki kepekatan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan air di atasnya.
Ombak dalam terbentuk akibat adanya
perbedaan rapat massa atau densitas air laut dengan gaya pembangkit yang dapat
berasal dari angin, pasang surut atau bahkan gerakan kapal laut.
Densitas air laut dipengaruhi oleh
tiga parameter yaitu salinitas, temperatur, dan tekanan. Perbedaan densitas
akan mengakibatkan air laut menjadi berlapis-lapis, dimana air dengan densitas
yang lebih besar akan berada di bawah air dengan densitas yang lebih kecil.
Kondisi ini akan menyebabkan adanya lapisan antar muka (interface) dimana jika
terjadi gangguan dari luar (oleh gaya pembangkit yang ada) akan timbul
gelombang antar lapisan yang tidak mempengaruhi gelombang di permukaan.
Ombak dalam berperilaku mirip ombak
permukaan. Ia juga bisa pecah seperti ombak di permukaan laut. Bahkan ia lebih
besar daripada ombak yang ada di permukaan, dengan ratusan kali lipat dalam
panjang dan tinggi gelombangnya.
Gelombang internal tidak akan bisa
kita lihat, karena ia terjadi di lapisan dalam. Ia hanya dapat dideteksi dengan
cara melakukan pengamatan atau pengukuran langsung piknoklin atau termoklin
dengan menggunakan sensor-sensor pengukuran temperatur dan salinitas air laut,
kecepatan arus laut, atau peralatan akustik seperti sonar. Atau bisa dideteksi
melalui peralatan canggih dengan mempelajari perubahan suhu dan kandungan garam
pada suatu lokasi tertentu.
Piknoklin adalah lapisan yang densitas air lautnya berubah secara cepat terhadap kedalaman, sedangkan termoklin ialah lapisan yang temperatur air lautnya berubah secara cepat terhadap kedalaman.
Secara visual, gelombang dalam baru bisa dilihat jika kita melakukan percobaan di laboratorium atau mengamatinya dari udara atau ruang angkasa dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh.
Piknoklin adalah lapisan yang densitas air lautnya berubah secara cepat terhadap kedalaman, sedangkan termoklin ialah lapisan yang temperatur air lautnya berubah secara cepat terhadap kedalaman.
Secara visual, gelombang dalam baru bisa dilihat jika kita melakukan percobaan di laboratorium atau mengamatinya dari udara atau ruang angkasa dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh.
Fenoman alam yang hanya bisa
dideteksi dengan peralatan canggih ini, ternyata sudah tertulis secara jelas
dan eksplisit dalam al-Qur’an. Sebagaimana yang telah disebutkan diatas : “Atau
seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di
atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang
tindih-bertindih, …………….” (Q.S : An Nur
: 40)
Ini menunjukkan bahwa Kitab Suci itu
benar-benar berasal dari pencipta alam ini yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allahu Akbar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar