Oleh
: pak Agus
Malaikat
adalah makhluk yang hanya tunduk dan patuh kepada perintah Allah, bukan
perintah manusia. Tugas mereka adalah mengabdi kepada Allah, bukan mengabdi
kepada manusia, apalagi menjadi budak dan khadamnya. Kita sebagai orang mukmin harus mengimani adanya
malaikat secara benar, dan tidak mengkultuskannya. Apalagi menjadikan mereka
sebagai sekutu Allah atau tandingan-Nya. Kita tidak boleh minta bantuan kepada
para malaikat tanpa terkecuali, termasuk malaikat Jibril. Karena minta bantuan
kepada mereka untuk melindungi diri, memajukan usaha, menolakbencana, atau
menyembuhkan penyakit dan nyang lainnya, adalah tindakan syirik dan menduakan
Allah.
Dan (ingatlah) hari (yang
di
waktu
itu)
Allah
mengumpulkan
mereka
semuanya
kemudian
Allah
berfirman
kepada
Malaikat:
“Apakah
mereka
ini
dahulu
menyembah
kamu?”.
Malaikat-malaikat
itu
menjawab:
“Maha
suci Engkau. Engkaulah
pelindung
Kami,
bukan
mereka;
bahkan
mereka
telah
menyembah
jin;
kebanyakan
mereka
beriman
kepada
jin
itu”.
(QS.
Saba’:
40-41)
Bermula dari pemahaman yang salah
tentang malaikat dan kiprah mereka di kalangan manusia, akhirnya lahir
keyakinan yang menyimpang. Ada manusia yang men jadikan malaikat sebagai
perantara atau kurir, untuk mengantarkan do’anya kepada Allah. Dan ada juga
yang menjadikan malaikat sebagai sekutu Allah, ia memohon pertolongan kepada
mereka. Bahkan ada juga yang menjadikan malaikat sebagai tuhan yang disembah. Allah
berfirman, “Dan dia (Nabi) tidak menyuruhmu
menjadikan
malaikat
dan
para
nabi
sebagai
tuhan.
Apakah
patut
ia
menyuruhmu
kepada
kekafiran
di
waktu
kamu
sudah
(menganut
agama)
lslam?”
(QS.
Ali
‘lmran:
80).
Kalau kita memohon kepada malaikat
dengan ritual atau wirid tertentu, lalu datang sosok ghaib untuk mengabulkan
permintaan atau memberi bantuan, maka ketahuilah bahwa itu adalah tipudaya
syetan. Syetan datang untuk menjerat manusia dengan kesyirikan. Memang, syetan
tidak secara langsung atau menunjukkan jati dirinya lalu menyuruh manusia
menyembahnya. Tapi mereka mengelabuhi manusia dengan datang sebagai sosok
malaikat. Malaikat palsu itu datang dengan menampakkan diri sebagai sosok orang
alim dan shalih. Menasehati manusia dengan kebaikan, membantunya saat dalam
kesusahan. Lalu bersedia menjadi khadamnya.
Kalau sudah begitu, bukanlah syetan
bersosok malaikat itu yang menjadi khadamnya. Justru manusia itulah yang menjadi khadam
syetan dan budaknya. Syetan dengan mudah mempermainkannya, dan manusia itu pun
dengan mudah menuruti intruksi syetan bersosok malaikat. Ketika seorang manusia
merasa ia mempunyai khadam gahib. Maka, -cepat atau lambat- rasa tawakkal dan
bergantungnya kepada Allah akan berkurang, dan akhirnya terkikis habis. Bila
ditimpa masalah ia berharap khadamnya datang membantunya. Kalaupun tidak datang
juga, ia akan melakukan ritual yang telah dipesankan untuk memanggilnya. Mereka
tidak menyadari bahwa syetan telah mempermainkannya.
Sebetulnya Al-Qur’an
telahmengingatkan kita, agar selalu waspada terhadap tipu muslihat syetan yang
bersosok malaikat. Pada hari kiamat nanti, Allah akan bertanya kepada para
malaikat-Nya tentang perbuatan orang-orang musyrik yang telah menjadikannya
sebagai tuhan. Tapi para malaikat membantah tuduhan itu, karena yang mereka
sembah sesungguhnya adalah jin atau syetan, bukan malaikat seperti yang
diyakini manusia tersebut. Al-Qur’an berkata: “Dan ingatlah (pada waktu) Allah
mengumpulkan
mereka
semuanya,
kemudian
Allah
berfirman
kepada
para
malikat:
“Apakah
mereka
itu
dahulunya
menyembah
kamu?”
Para
malaikat
menjawab:
“Maha
suci
Engkau,
Engkau-lah
Pelindung
kami
bukan
mereka,
justru
mereka
telah
menyembah
jin,
kebanyakan
mereka
beriman
kepada
jin
itu”.
(QS.
Saba’:
40-41).
Jebakan syetan yang bersosok
malaikat sebetulnya bisa kita hindari, iika kita konsisten terhadap janji dan
ikrar kita kepada Allah. Kita sudah berikrar dalam setiap rakaat shalat. Yaitu
saat kita membaca surat al-Fatihah, “Hanya kepada Engkaulah
kami
menyembah,
dan
hanya
kepada
Engkaulah
kami
mohon
pertolongan.”
(QS.
al-Fatihah:
5).
Dan ingatlah selalu akan pesan
Rasulullah SAW, “Jika kamu meminta (sesuatu),
mintalah
kepada
Allah.
Dan
iika
kamu
memohon
pertolongan,
minta
tolonglah
kepada
Allah.”
(HR. Tirmidzi dan dinyatakan
sebagai hadits hasan shahih).
Kita tidak butuh perantara dalam meminta sesuatu atau
memohon pettolongan kepada Allah. Apalagi dengan memohon kepada makhluk-Nya,
termasuk para malaikat. Al-Qur’an memberitahu kita, “Dan Tuhanmu berfirman:
‘Berdo'alah
kepadaku,
niscaya
akan
Aku
kabulkan
untukmu.
Sesungguhnya
orang-orang
yang
menyombongkan
diri
dari
menyembah-Ku
akan
masuk
neraka
Jahannam
dalam
keadaan
hina
dina.”.
(QS.
al-Mukmin:
60).
Lihatlah bagaimana cara Rasulullah
SAW memohon pertolongan kepada Tuhannya. Saat pasukan lslam berhadapan dengan pasukan
kafir dalam Perang Badar, jumlah pasukan lslam sepertiga dari pasukan musuh.
Rasulullah terus menerus berdo’a kepada Allah. “Ya Allah, Penuhilah bagiku apa
yang Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, sesungguhnya aku mengingatkan-Mu akan
sumpah dan janji-Mu.” Dan tatkala pertempuran berkobar dan semakin sengit,
Rasulullah berdo’a lagi. “Ya Allah jika pasukan ini hancur pada hari ini, tentu
Engkau tidak akan disembah lagi. Ya Allah, kecuali jika memang Engkau
menghendaki untuk tidak disembah selamanya setelah hari ini.”
Begitu larut dan khusu’nya
Rasulullah dalam berdo’a dan bermunajat, sehingga tanpa disadari sorbannya
jatuh dari pundaknya. Abu Bakar memungutnya lalu mengembalikan ke pundaknya
seraya berkata, “Cukuplah bagimu wahai Rasulullah untuk terus menerus berdo’a
kepada Allah”. Setelah itu turunlah
ayat, “(lngatlah), ketika kamu
memohon
pertolongan
kepada
Tuhanmu,
lalu
diperkenankan-Nya
bagimu:
“Sesungguhnya
Aku
akan
mendatangkan
bala
bantuan
kepadamu
dengan
seribu
malaikat
yang
datang
berturut-turut.”
(QS.
al-Anfal: 9). (Lihat Sirah Nabawiyyah oleh
al-Mubarakfuri: 284-285).
Dalam kondisi yang genting dan sulit
seperti itu, Rasulullah tidak minta bantuan kepada malaikat, baik malaikat yang
menjaganya atau malaikat yang menjadi qarinnya. Kepada Allah-lah Rasulullah
memanjatkan do’a dan memohon pertolongan. Allah Maha Tahu dan Maha Kuasa
bagaimana cara untuk menolong hamba-ham ba-Nya yang sedang dalam kesulitan.
Kita tidak bisa memastikan, apakah Allah akan mengutus tentaranya yang terdiri
dari malaikat. Atau Allah mengutus makhluk-Nya yang lain seperti angin topan,
badai, banjir, tsunami, longsor, gempa. Atau hati orang yang bermaksud jahat kepada kita dijadikan menciut dan takut.
Hanya Allah yang Maha Mengetahui. Kita sebagai hamba, hanya bisa berusaha
semaksimal mungkin dan berdo’a kepada-Nya,
kemudian bertawakkal serta ikhlas menghadapi ketentuan-Nya. Kita hanya perlu Allah, bukan
khadam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar