Oleh : pak
Agus Balung
.
Salah satu binatang yang diabadikan dalam Al Quran,
adalah semut. Kita yakin, Allah pasti ada maunya, mengapa semut ini
diinformasikan kepada kita lewat Nabi-Nya, Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam. Melalui wahyu
yang disampaikan oleh Allah kepadanya.
Ini ayatnya, tentang semut itu :
“Hingga ketika mereka
sampai
di
lembah
semut,
berkatalah
seekor
semut,
‘Wahai
semut-semut
! Masuklah ke dalam sarang-sarangmu,
agar
kamu
tidak
diinjak
oleh
Sulaiman
dan
bala
tentaranya,
sedangkan
mereka
tidak
menyadari’.”
(An-Naml
: 18)
Ayat di atas menerangkan, semut
memiliki seorang pemimpin yang punya kepedulian social yang tinggi untuk menyelamatkan rakyatnya dari
bahaya. Ia tidak hanya memikirkan dirinya sendiri ketika ada bahaya mendekati
koloninya.
Ayat tersebut juga menjelaskan,
hewan ini memiliki ketajaman indera dan sikapnya yang sangat hati-hati,
terutama terhadap bahaya. Tidak hanya itu, etos kerjanya juga sangat tinggi.
Dengan kesabaran dan kekompakannya, mereka bisa membangun sarang yang besar dan
kuat sebagai tempat perlindungan dari mara bahaya. Ini mereka lakukan sepanjang
hari dan malam, kecuali malam-malam gelap saat bulan tidak memancarkan
sinarnya.
Solidaritas yang terbangun dalam
koloni ini juga tinggi. Bila salah satu dari mereka menemukan makanan, ia akan
minta tolong teman-temannya membawa makanan tersebut ke sarangnya. Bahkan
menurut Ibnul Qayyim dalam kitabnya Syifa’ul ‘Alil fii Masa’il al-Qodho’ wal
Qodar wal Hikmah wat Ta’lil, ia memanggil teman-temannya hingga tiga kali.
Jumlah semut yang berkumpul bergantung pada besar dan kualitas makanan
tersebut.
Bila makanan itu berupa biji-bijian,
mereka akan memecah belah. Mutawalli Sya’rawi dalam tafsirnya menulis, “Ini
merupakan suatu keajaiban dimana Anda akan menemukan dalam sarang semut
beberapa biji-bijian yang telah terbelah-belah agar tidak tumbuh. Para ilmuwan
menemukan ada satu biji yang dibelah empat yaitu biji ketumbar. Kalau biji
ketumbar ini dibelah dua, maka setiap bagian masih bisa tumbuh, akan tetapi
semut-semut tersebut membelah biji ketumbar menjadi empat bagian agar tidak
bisa tumbuh. Karena jika biji tersebut tumbuh, ia akan menutup sarang mereka.
Oleh sebab itulah, semut menyimpan biji-bijian tersebut sampai mereka bisa
memakannya pada saat musim dingin tiba. Maha Suci Allah yang telah memberikan
pengetahuan ini pada semut-semut tersebut,” (Tafsir Sya’rawi tentang surat
An-Naml: 18 )
Bila makanan sudah didapat, mereka
akan membaginya secara adil sesuai dengan fungsi masing-masing. Menariknya,
mereka bekerja secara sistematis dalam menyelesaikan masalah. Dengan kemurahan
hati, mereka tidak pernah berebut dan merasa yang paling berhak dibanding
lainnya.
Ketika Ibnu Taimiyah mendapat cerita
dari Ibnu Qoyyim mengenai kehidupan semut, ia berkata, “Sesungguhnya semut
diciptakan Allah dengan watak jujur dan mencela kebohongan.” (Kitab Syifa’ul
‘Alil)
Bahkan dalam sebuah Hadits
disebutkan, koloni hewan ini juga merupakan umat yang selalu bertasbih kepada
Allah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ada semut yang
menggigit
seorang
Nabi
dari
Nabi-nabi
terdahulu,
lalu
Nabi
itu
memerintahkan
agar
membakar
sarang
semut-semut
itu.
Maka
kemudian
Allah
mewahyukan
kepadanya,
firman-Nya:
“Hanya
karena
gigitan
seekor
semut,
maka
kamu
telah
membakar
suatu
kaum
yang
bertasbih”.(Riwayat
Bukhari)
Nah, rasa rasanya kita memang perlu
belajar dari kehidupan semut ini, baik itu tentang kejujuran, kekompakan, kerukunan, ataupun
kepemimpinannya. Insya Allah. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar