Oleh : pak
Agus Balung
Suatu hari seorang Sahabat mencap
temannya yang selalu berpakaian bagus dan berpenampilan mewah sebagai orang
yang sombong. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyangkal pernyataan
tersebut. Sebaliknya, beliau
mendefinisikan orang sombong adalah yang “menolak kebenaran dan menganggap
remeh orang lain”.
Orang yang merasa dirinya suci
termasuk bagian dari kesombongan, karena telah menempatkan dirinya pada posisi
tertentu yang secara spiritual lebih tinggi dibanding yang lain. Jika perasaan
suci itu dinampakkan secara pasif disebut ujub, tapi jika sudah
dimanifestasikan secara aktif menjadi kibr atau takabur (kesombongan). Baik
kesombongan yang disembunyikan (pasif) maupun kesombongan yang dinampakkan
(aktif) sama bahayanya, baik untuk diri mereka sendiri maupun bagi orang lain.
Bukankah Allah telah berfirman dalam surat An Najm : 32
“Dan janganlah kamu
menganggap
dirimu
suci,
Dia-lah
yang
paling
mengetahui
tentang
orang
yang
bertakwa.”
(An-Najm
: 32).
Makhluk pertama yang menunjukkan
secara terang-terangan kesombongannya adalah iblis, hanya karena ia merasa
“bahan bakunya” lebih baik dibanding dengan bahan baku Adam. Ia menolak
dipersamakan dengan Adam, apalagi harus sujud kepadanya. Perbedaan bahan baku
itulah yang menginspirasi iblis menyombongkan diri di hadapan penciptanya
sendiri, Allah Subhanahu wa Ta’ala. “Aku lebih baik
daripadanya,
Engkau
ciptakan
aku
dari
api,
sedang
dia
Engkau
ciptakan
dari
tanah.”
(Al-A’raf
[7]: 12).
Inspirasi kesombongan itu bisa
tercetus dari berbagai hal yang dianggap istimewa atau lebih dari yang lain.
Seseorang bisa menyombongkan kekuasaan yang dimilikinya, sebagaimana Fir’aun yang berkata, “Bukankah
kerajaan
Mesir
itu
milikku….?”
(Az-Zukhruf
: 51).
Bisa juga orang menyombongkan
kekayaannya, sebagaimana Qarun yang
mengklaim, “Sesungguhnya aku diberi harta
itu
hanya
karena
ilmu
yang
ada
padaku.”
(Al-Qashash
: 78).
Orang berilmu bisa jadi menyombongkan kepandaiannya, padahal ilmu yang diberikan kepada manusia itu amat sangat sedikit.
Orang berilmu bisa jadi menyombongkan kepandaiannya, padahal ilmu yang diberikan kepada manusia itu amat sangat sedikit.
Wahai orang-orang yang sombong,
seandainya bukan karena hijab dari Allah Ta’ala sesungguhnya tidak sedikitpun
tampak kebaikan pada diri kalian. Seandainya Allah membuka hijab kita, akan
terbukalah berbagai skandal besar dan kecil yang sangat memalukan. Ilmu yang
kita sombongkan melalui gelar, sertifikat, strata kesarjanaan, dan lain
sebagainya bisa jadi hasil dari sebuah kecurangan. Pernahkan kita
menyontek? Pernahkah kita berdebat tanpa
ilmu? Pernah pula kah kita berlagak tahu padahal sebenarnya kita ini tidak
tahu?
Kalau bukan karena Allah menutupi kelemahan kita, sungguh tak seorang pun hormat kepada kita. Boleh jadi kita saat ini menjadi pemimpin yang dihormati, tapi di balik itu sungguh banyak perilaku tak terpuji yang tak patut ditiru atau diteladani. Kalau orang lain mengetahui, sungguh kita malu sendiri.
Kalau bukan karena Allah menutupi kelemahan kita, sungguh tak seorang pun hormat kepada kita. Boleh jadi kita saat ini menjadi pemimpin yang dihormati, tapi di balik itu sungguh banyak perilaku tak terpuji yang tak patut ditiru atau diteladani. Kalau orang lain mengetahui, sungguh kita malu sendiri.
Ketahuilah, orang-orang yang telah
berceloteh tentang kemuliaan garis keturunannya adalah orang yang gagal. Orang
yang berbicara tentang kejayaan masa lalunya adalah orang-orang yang bodoh. Sedangkan orang-orang yang membanggakan
kesalehannya dan mempersaksikan kepada orang lain adalah orang yang tertipu. Orang yang mengatakan dirinya suci adalah
orang yang patut disangsikan kebenarannya.
Biarlah Allah yang menilai apakah
kita termasuk golongan yang suci, sebab Dia-lah yang Maha Tahu dan
mempersaksikan setiap perilaku, sikap, dan apa pun yang tersembunyi dari
pikiran dan perasaan kita yang paling dalam. Wallahu ya’lamu ma fish-shudur.
Subhanallah, maha suci Allah…..semoga
kita dijauhkan dari sifat sifat sombong, Amin.
Karena sesungguhnya kesombongan itu mutlak hanya milik Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar