Oleh : pak Agus Balung
Dalam keseharian sering kita dapati
tayangan kesalahan/kekeliruan di media massa, entah itu setak atau
elektronik, terutama televisi dan film layar lebar yang mengangkat tema tentang
Jin. Yang kita maksud dengan kekeliruan di sini adalah penggambaran jati diri
jin yang tidak sesuai dengan syari’at Islam atau menyimpang darinya. Sudut pandang kita adalah syari’at Islam,
bukan seni acting, teknik ambil gambar, atau asumsi yang berkembang di tengah
masyarakat. Meskipun tayangan-tayangan tersebut disajikan dalam kemasan hiburan
dan tontonan. Di antara kekeliruan media massa, terutama televisi atau layar
lebar dalam memaparkan kehidupan jin adalah, antara lain sebagai berikut “
1.
Setiap Orang Mati Secara Tidak Wajar Ruhnya akan Gentayangan.
Syari’at
Islam tidak mengenal istilah arwah gentayangan. Karena roh orang yang baik atau
yang jahat ketika dicabut dari jasadnya, keduanya telah kembali ke tempat yang
telah disediakan Allah. Mereka telah pindah alam, dari alam dunia ke alam
Barzakh. Roh orang-orang yang shalih disediakan tempat terpisah dari roh
orang-orang jahat. Sebagaimana yang termaktub dalam shahih Muslim 4/2202
no. 2872 dalam hadits tentang tempat kembalinya roh mukmin dan kafir.
Dalam
riwayat tersebut disebutkan nama kedua tempat kembalinya, yaitu akhirul
ajal. Tetapi Qodhi ‘Iyadh menjelaskan bahwa kedua kata itu berbeda arti.
Roh orang mukmin akan kembali ke al-Malaul A’la atau ‘Illiyyin (tempat
yang paling tinggi), dan roh orang kafir kembali ke Sijjin (tempat yang paling bawah). Pernyataan
beliau didukung oleh hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dari Abu
Said al-Khudri yang jelas menyebut Sijjin
sebagai tempat kembali roh orang kafir. Jadi, tidak ada roh gentayangan dalam
kajian Islam.
Kalau begitu siapa yang menampakkan diri dan menyerupai
sosok orang yang telah meninggal dunia? Penampakan itu ada karena halusinasi orang
yang melihat, atau memang benar-benar penampakan yang dilakukan oleh jin.
Adapun halusinasi tidak masuk dalam pembahasan kita kali ini, yang kita bahas
adalah penampakan jin. Memang jin mampu merubah dirinya dalam bentuk yang
dikehendaki Allah sesuai dengan izin-Nya, hanya saja mereka tidak bisa
menyerupai sosok Rasulullah. “Sesungguhnya
syetan bisa menyerupai siapapun, tapi ia tidak akan bisa menyerupaiku”, begitulah Rasulullah
menegaskannya dalam hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim.
Jadi kalau ada penampakan seperti sosok orang yang telah
meninggal, itu bukan roh orang tersebut yang penasaran lalu gentayangan. Tapi
itu ulah syetan untuk menyesatkan manusia. Dan kelihatannya misi mereka
berhasil, karena kenyataannya banyak masyrakat yang termakan oleh persepsi yang
salah tersebut. Buktinya tayangan tentang arwah penasaran dan gentayangan yang
diyakini sebagai roh manusia masih ‘gentayangan’
dan digemari banyak pemirsanya.
Kalau penampakan yang ada itu persis dengan orang yang telah
meninggal, tindakan dan tutur katanya sama, biasanya pelakunya adalah jin qorin. Jin
qorin adalah jin pendamping yang
mendampingi seseorang semenjak dilahirkan, sehingga ia tahu betul akan
kebiasaan dan kekhasan dari manusia yang didampinginya. Rasulullah bersabda, “Tidaklah seorang pun di antara
kalian kecuali disertakan untuknya qorin dari jin dan qorin dari malaikat.” (HR. Muslim dan Ahmad).
2.
Roh Penasaran Bisa Menampakkan Diri.
Roh adalah suatu yang ringan dan
lembut yang bergerak dan mengalir dalam tubuh, sebagaimana air mengalir dalam
tumbuhan atau api dalam sekam. Islam tidak mengenal reinkarnasi. Setiap jasad
ada rohnya masing-masing, yang akan bertanggung jawab atas perbuatannya selama
di dunia. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya
tiap-tiap kalian dikumpulkan penciptaannya di dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nuthfah, kemudian menjadi ‘alaqah selama itu juga, kemudian menjadi mudhghah selama itu juga. Kemudian diutuslah malaikat untuk meniupkan ruh padanya.” (HR.
Bukhari dan Muslim).
Roh yang
ditiupkan oleh malaikat ke dalam jasad adalah salah satu dari permasalahan
ghoib yang hakikatnya hanya diketahui oleh Allah. Maka dari itu ketika Rasulullah
ditanya tentang roh, Allah memberinya jawaban, “Dan mereka bertanya kepada-mu (Muhammad) tentang roh. Katakanlah, roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (QS. Al-Isra’: 85).
Tidak ada
satupun ayat atau hadits yang menjelaskan bahwa roh yang telah keluar dari
jasadnya, bisa berubah wujud menjadi sosok jasad yang ditinggalkannya, apalagi
merasuki jasad orang lain. Yang bisa berubah wujud atau menyerupai sesuatu atau
sosok seseorang adalah malaikat dan jin. Dan roh yang ditiupkan ke jasad
seseorang, bukanlah malaikat atau jin, yang ketika telah lepas dari jasadnya
bisa berubah wujud atau menampakkan diri.
3.
Jin yang menampakkan diri tidak bisa disakiti.
Sering
kita lihat dalam tayangan Televisi yang memberitakan suasana ketakutan yang
dialami oleh seseorang yang didatangi syetan saat menampakkan diri. Dalam
ketakutannya, orang tersebut berusaha melakukan perlawanan, menembak penampakan
itu dengan senjata api, membabatnya dengan senjata tajam, atau melemparinya
dengan benda-benda yang ada di dekatnya. Akan tetapi usaha tersebut sia-sia
belaka, penampakan itu malah tertawa keras dan dengan sombongnya melecehkan
perlawanan orang tersebut.
Tidak
satupun senjata yang bisa melukainya, semuanya hanya tembus begitu saja seperti
melempar ruang hampa. Karena seringnya kita dicekoki oleh tayangan salah
seperti itu, akhirnya kita berkeyakinan bahwa syetan itu hebat dan sakti mandra
guna, karena tidak bisa disakiti ataupun dibunuh.
Informasi itu jelas bertentangan dengan syari’at Islam, yang
telah menceritakan bahwa syetan yang berubah wujud dan menampakkan diri
ternyata bisa disakiti bahkan dibunuh. Simaklah kejadian yang diceritakan oleh
Abu Sa’id al-Khudri. Bahwa ada seorang shahabat Rasulullah yang membunuh seekor
ular di rumahnya, ketika bangkainya mau dibuang, ternyata ular itu masih hidup
lalu mematuknya, akhirnya kedua-duanya (ular dan shahabat tersebut mati).
Ketika peristiwa itu diceritakan kepada Rasulullah, beliau
bersabda, “Sesungguhnya di Madinah
ini ada sekelompok jin yang telah masuk Islam. Oleh sebab itu, jika kalian melihat salah satu dari mereka di rumah
kalian, maka usirlah sebanyak tiga kali. Jika setelah itu ia masih
terlihat, maka bunuhlah karena ia adalah syetan.” (HR. Muslim, no. 4151).
Aisyah berkata, “Ketika
Rasulullah shalat, datanglah syetan kepadanya. Lalu Rasulullah menangkapnya,
membanting dan mencekiknya. Rasulullah bersabda, “Sampai aku rasakan lidahnya yang dingin di tanganku.” (HR. Nasai).
Dari dua riwayat di
atas, jelaslah bagi kita bahwa syetan yang menampakkan diri akan berlaku
baginya hukum penampakan, bisa kita sakiti atau kita bunuh sebagaimana yang
telah dilakukan oleh seorang shahabat Rasulullah di atas.
4.
Jin Mengetahui Perkara Ghoib.
Termasuk
yang sering diekspose di televisi, layar lebar atau media massa lainnya seputar
kehidupan jin adalah, kehebatannya dalam mengetahui hal-hal yang ghoib. Bahkan
terkesan berlebihan dan dibesar-besarkan. Sehingga ketika ada masalah yang
berkaitan dengan keghoiban, cara penyelesaiannya tidak jauh dari praktik
perdukunan. Karena mereka yakin setiap dukun (apalagi dukun yang sudah punya
nama atau terkenal, punya piaraan Jin atau akses dan koneksi dengannya).
Seperti untuk menyingkap nasib seseorang yang akan datang, jodohnya atau untuk
mengungkap marabahaya yang akan datang. Tayangan dan tontonan seperti itu
sangat berpotensi untuk mengikis sifat tawakkal pemirsanya kepada Allah, bahkan
menggiring mereka untuk menggantungkan nasibnya kepada selain Allah.
Secara
umum jin itu seperti manusia, punya keterbatasan. Termasuk pengetahuan mereka
tentang masalah keghoiban, mereka tidak mengetahui hal ghoib yang hakiki. Jin
telah mengakui hal itu dalam al-Qur’an, “Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi, ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka”.(QS. Al-Jin: 10).
Bahkan
Allah telah menunjukkan kepada kita akan ketidaktahuan jin tentang perkara yang
ghoib. Misalnya, kematian seseorang. Allah berfirman, “Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, jin baru mengetahuinya. Kalau sekiranya mengetahui hal yang ghaib tentulah mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan”.
(QS. Saba’: 14).
Para jin itu
baru mengetahui kematian Nabi Sulaiman, setelah rayap tanah memakan tongkatnya,
sehingga tongkat itu patah lalu Nabi Sulaiman jatuh tersungkur. Inilah bukti
konkrit atas tidak tahunya jin mengenai hal yang ghoib. Tidak seperti yang
digambarkan dalam tayangan-tayangan selama ini, seakan jin bisa mengetahui isi
hati dan nasib manusia, ramalan masa depan dan yang sejenisnya. Itulah opini
yang salah dan menyesatkan dan harus segera diluruskan.
5.
Jin Takut Pada Jimat.
Inilah
persepsi yang berhasil dibangun oleh televisi atau media massa lain, merekalah
yang selama ini sering menampilkan beragam jimat yang digunakan anak manusia
untuk mengusir jin jahat atau syetan. Merekalah yang memberitahu masyarakat
luas bahwa dukun bersama jimat yang dimilikinya bisa menghalau syetan, bahkan
menyiksa dan membunuhnya. Itulah cerita klenik dan menyesatkan banyak orang.
Orang-orang yang menyajikan materi seperti itu di media bertanggung jawab atas
penyesatan ini.
Disadari
atau tidak, tayangan seperti itu telah mengajak pemirsanya untuk pergi ke
dukun, paranormal dan orang yang sejenis mereka. Kita diajak untuk memakai
jimat atau benda keramat lain agar selamat dari gangguan syetan. Padahal
Rasulullah telah menegaskan, “Barangsiapa yang memakai (menggantungkan)
jimat maka ia telah syirik”. (HR. Ahmad dan dishahihkan al-Albani).
Yang menciptakan syetan adalah Allah. Dan Allah-lah yang
paling paham tentang apa saja yang disukai syetan atau apa saja yang
ditakutinya. Tidak ada satu ayat pun atau hadits Rasulullah yang menjelaskan
bahwa syetan takut pada jimat, isim, wifiq. rajah atau benda-benda pusaka dan
yang sejenisnya. Yang diberitahukan oleh Rasulullah adalah syetan takut
terhadap bacaan ayat-ayat suci atau doa-doa yang telah beliau ajarkan.
Seperti yang disabdakan Rasulullah, “Sesungguhnya syetan pergi dan kabur dari rumah yang di dalamnya
dibacakan surat al-Baqarah”. (HR. Muslim).
Atau hadits lain, “Apabila
kamu hendak tidur di pembaringan,
bacalah ayat kursi sampai tuntas, karena Allah senantiasa menjagamu dan syetan tidak akan mendekatimu sampai pagi”. (HR. Bukhari, dari Abu
Hurairah).
Itulah cara mengusir
syetan dan cara membentengi diri dari gangguan syetan secara benar, alias
sesuai dengan syari’at Islam, bukan dengan mengoleksi jimat atau minta disembur
ludah dukun.
6.
Jin Bisa Dilihat Manusia.
Ada
beberapa stasiun Televisi yang menyajikan tayangan reality show dan
banyak digemari pemirsanya. Sebelum sesi uji nyali dengan menghadirkan seseorang
untuk menghadapi ‘kekuatan ghaib’ yang ada di lokasi tersebut, dihadirkanlah
seorang dukun yang diberi lebel praktisi spiritual atau ahli supranatural.
Setelah melakukan penerawangan, dia menyebutkan kekuatan ghaib yang ada di
lokasi, disertai dengan menyebut sosok dan tampangnya. Bahkan dia berani
mengklaim bahwa dirinya bisa menggiring atau mendatangkan makhluk ghaib dari
luar lokasi.
Kesaktian
yang didemonstrasikan para dukun itu telah menyesatkan banyak pemirsa. Karena
bertentangan dengan informasi yang ada di dalam al-Qur’an. Allah telah
berfirman, “Sesungguhnya ia (syetan) dan pengikut-pengikutnya melihat kalian dari suatu tempat yang kalian tidak bisa melihat mereka.” (QS. al-A’raf: 27).
Rasulullah
juga telah bersabda, “Jika kalian mendengar lolongan anjing dan ringkikan
keledai di malam hari, maka berlindunglah kepada Allah. Karena mereka sedang
melihat apa yang selama ini tidak bisa kalian lihat (syetan).” (HR. Abu
Daud).
Ayat
dan hadits tersebut secara jelas memberitahukan kepada kita bahwa jin dalam
bentuk aslinya tidak bisa dilihat oleh mata atau ditangkap kamera, kecuali
kalau jin tersebut menampakkan diri. Maka dari itu Ibnu Hajar al-Asqolani rahimahullah
berkata, “Sesungguhnya syetan bisa menampakkan diri dan melakukan
penyerupaan yang bisa kita lihat wujudnya. Sedangkan firman Allah pada surat
al-A’raf: 27, berlaku apabila jin dalam wujud asli penciptaannya.” (Fathul
Bari: 9/ 55).
Sehingga
Imam Syafi’i pernah mengatakan, “Barangsiapa
mengaku dirinya bisa melihat keberadaan jin (dalam bentuk aslinya) maka kami tolak kesaksiannya, kecuali
kalau dia seorang Nabi.” (Fathul Bari: 4/ 489). Kalau
kita tidak bisa melihat bentuk aslinya, lalu bagaimana mungkin kita bisa
memburu dan menangkapnya kemudian memasukkannya ke dalam botol…???
7. Jin Takut pada Sinar Matahari.
Beberapa
tayangan televisi yang melibatkan jin dalam alur cerita mereka, sering
menggambarkan bahwa jin atau syetan itu takut pada sinar matahari. Digambarkan
ada sosok jin yang menampakkan diri lalu mendatangi seseorang. Dengan berbagai
cara dia menakut-nakuti orang tersebut, manampakkan mukanya yang rusak,
badannya yang bunting, wajah yang remuk dan berdarah-darah, serta bentuk
mengerikan lainnya.
Dan ketika
ada ayam yang berkokok pertanda fajar akan menyingsing dan matahari akan
terbit, maka si syetan pun ketakutan lalu segera kabur meninggalkan orang
tersebut. Mungkin itu termasuk akulturasi dari agama yang menjadikan matahari
sebagai sesembahan dan mereka percaya bahwa Matahari punya kekuatan yang ditakuti
syetan? Sebagaimana kepercayaan
Ratu Bilqis istri Nabi Sulaiman dan kaumnya sebelum mereka masuk Islam, yang
kisahnya diabadikan al-Qur’an di surat an-Naml ayat 24
.
Tapi
benarkah syetan takut terhadap sinar matahari? Dalam haditsnya Rasulullah bersabda,
“Sesungguhnya matahari terbit antara dua tanduk syetan, dan tenggelam antara dua tanduk syetan.” (HR.
Bukhari dan Muslim). Bagaimana kita bias mengambil kesimpulan bahwa syetan itu
takut pada sinar matahari, padahal matahari terbit dan tenggelam antara dua
tanduk syetan?
Manusia itu
senantiasa belajar dari apa yang dilihat, dibaca, didengar, dan yang dirasakan.
Maka janganlah menganggap enteng terhadap tayangan televisi atau media massa
yang ada. Karena sedikit banyak tindakan dan pola pikir kita akan terwarnai
dengan informasi-informasi yang berseliweran di sekitar kita. Orang yang suka
melihat tayangan mistik dan perdukunan, maka cara dia menyelesaikan masalah
yang dihadapi tidak jauh dari materi tontonannya. Tontonan yang mengkultuskan
kesaktian dukun akan membentuk keyakinan dalam diri kita bahwa dukun itu hebat.
Sampai-sampai tersebar pameo dalam masyarakat, terutama di kalangan remaja “Cinta
ditolak, dukun bertindak”, betul-betul slogan yang menyesatkan.
Alam Jin
adalah alam ghoib, dan tidak ada yang mengetahui secara mendalam kecuali Allah.
Sedangkan Rasul kita, Muhammad bin Abdullah mengetahui sebatas wahyu yang
beliau terima dari Allah. Al-Qur’an menegaskan, “Katakanlah, ‘Tidak
ada
seorangpun
di
langit
dan
di
bumi
yang
mengetahui
perkara
ghoib
selain
Allah.”
(QS. An-Naml: 65).
Maka dari
itu, jagalah diri kita dan keluarga kita, terutama anak-anak kita yang masih
polos. Jangan sampai termakan oleh opini dari tayangan, tontonan serta bacaan
yang menyesatkan, agar kita tidak menjadi teman syetan di neraka Jahannam.
“Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.”
(QS. At-Tahrim: 6).
Agar iman kita kepada yang ghoib tidak salah,
maka gunakanlah al-Qur’an dan al-Hadits sebagai parameternya. Ingat, iman
kepada yang ghoib termasuk ciri pertama orang yang bertaqwa. Lihat Surat
al-Baqoroh ayat 1-3.
Semuga ini
bermanfaat bagi kita semua, anda dan saya. Insya Alllah, amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar