TIADA TUHAN SELAIN ALLAH (Part two)
Oleh : pak
Agus Balung
Wahai saudaraku yang dirahmati
Allah, kita masih berbicara tentang
ketauhidan kita, dengan judul yang sama, yaitu Tiada tuhan
selain
Allah,
tapi bagian kedua. Kalau kemaren kita
mencoba menghujamkan kalimat “Laa ilaaha illallah”, tiada tuhan selain Allah,
kedalam jiwa kita, kedalam hati kita, lewat ilustrasi “kerizqian”. Kali ini
kita mencoba melakukan hal hal yang sama, yaitu, meresapi makna kalimat “laa
illaha illallah” kedalam jiwa kita lewat ilustrasi “problema hidup” yang selalu
menimpa anak manusia.
Setiap orang pasti punya masalah,
punya persoalan, masalahnyapun bermacam macam. Ada yang berat, ada yang sedang
sedang saja, ada pula yang biasa biasa aja, tapi sepertinya berat banget. Padahal Allah telah menjanjikan pada kita,
setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Persis seperti yang dikatakan Chrisye,
badai pasti berlalu. Manusia-manusia
yang merasa berat hidupnya dengan beban hidup.
itu disebabkan ia tidak mau men-share bebannya itu kepada Allah. Padahal Allah lah Yang Maha Meringankan.
Sebagian lagi dari saudara saudara
kita itu tahu, bahwa Allah itu datang di
tengah malam. Di dua pertiga malam. Di sepertiga malam. Turun ke langit dunia.
Langsung ke rumah kita. Langsung ke kamar kita. Allah bertanya, siapa di antara hamba-Nya
yang meminta ampunan? Mau Allah beri. Siapa di antara hamba-Nya yang berdoa? Akan Allah kabulkan. Siapa di antara hamba-Nya, yang mencari
rizki-Nya? Akan Allah berikan. Siapa di antara
hamba-Nya yang punya kesulitan, kesusahan? Akan Allah tolong, dan hilangkan. Siapa yang
menginginkan sesuatu dari diri-Nya? Allah
datang. Mengantar apa yang manusia butuhkan,
mengantar apa yang manusia perlukan. Subhanallah, sungguh luar biasa. Butuh
jodoh, butuh pekerjaan, butuh proyek, butuh
modal, butuh kesehatan… Apapun,
dah. Semua diantar Allah.
Orang-orang kaya yang gelap-gelap,
tengah malam lagi, didatangi oleh orang miskin, tentulah mereka akan merasa
terganggu, bahkan marah. Penguasa dunia,
para pejabat, yang notabene adalah wakil-wakil rakyat, bawahan rakyat, pun akan
marah luar biasa, jika ada rakyat kecil yang bisa menerobos masuk dan mengganggu
istirahatnya. Kita rela menanti seorang pejabat untuk
menerima kita. Berbulan-bulan bisa
jadi surat kita baru dibacanya, dan kemudian kita dipanggilnya. Untuk bicara
yang belom tentu didengarnya. Kalaupun
didengar, belom tentu dia bisa mengatasinya. Kita rela menghinakan diri kita di
hadapan manusia lain untuk mendapatkan bantuannya. Sedang Allah? DIA
malah mendatangi kita. Di saat raja
dunia tertidur lelap diperaduannya yang hangat,
Allah malah mendatangi kita…
Tidak kah hal ini bisa kita rasakan?
Lalu kemudian terasalah keanehan dimaksud?
Garis hidup kita sudah melenceng
sejak dari tengah malam! Sejak dari dua pertiga malam. Sejak dari sepertiga
malam. Manakala kita tidak punya kemampuan untuk bangun malam.
Kita sering melihat ada saudara kita yang menangis padahal Allah Maha
Membahagiakan; Ada pula yang hidupnya sulit, padahal Allah Maha Memudahkan; Ada yang bermasalah, padahal Allah Maha
Menolong; Ada yang miskin dan menderita, padahal Allah bisa menciptakan kekayaan
di hati yang tidak perlu kaya secara dunia; Ada juga yang kaya raya, tapi tidak memiliki
keluarga. Keluarganya adalah bisnisnya. Keluarganya adalah pekerjaannya. Tawa
canda anak-anaknya milik pembantu-pembantu dan supirnya, lantaran ia jarang
berkumpul sama anak-anaknya. Pasangan hidupnya juga adalah kesibukannya.
Subhaanallaah, izinkanlah kami-kami
menjadi orang kaya yang hidupnya senang ya Allah. Senang dunia akhirat. Bahagia
dunia akhirat.
Kita juga melihat ada juga yang keluarganya berantakan,
entah karena suami, atau mungkin disebabkan oleh ulah isteri, atau mungkin dari
sebab yang lain. Ada yang hidupnya pindah berpindah, dari
kesenangan yang satu ke kesenangan yang lain, hingga jiwanya sendiri lelah
mengikutinya. Wajahnya ceria, tapi jiwanya rapuh; Ada pula manusia yang segalanya ada, tapi penghuni langit tiada mencintainya dan
tiada menghargainya. Yang bisa
menghormatinya, yang bisa memuliakannya, adalah manusia-manusia yang tiada
pernah tahu siapa dia sebenarnya. Dia
merasa dunia digenggamnya. Padahal dunia sedang menghinakannya; Ada yang
mengenal semua tempat-tempat indah, dan berkeliling dunia. Tapi hatinya,
pikirannya, badannya, tiada pernah dibawa menikmati shalat-shalat malam, bahkan
keheningan berduaan dengan Pemilik Surga di dalam shalat pun tiada dia kenal;
Ada pekerja-pekerja yang mengabdikan hidupnya untuk kerja dan usaha, sehingga
sesungguhnya dirinya pun tiada kebagian jam istirahat dan bersenang-senang,
Bahkan kita juga melihat tidak
sedikit manusia yang justru malah mudah mencari dunia. Tapi ia kekeringan.
Bahkan ada saja yang selalu diambil dari hartanya, sebagai tebusan dari
mudahnya ia mendapatkan dunia, entah lewat tangan pencuri, perampok, atau
mungkin penipu, atau barangkali lewat lebih serem dari itu semua, apa itu
bencana, atau mungkin kebakaran, hanya Allah yang tau. Itulah yang kita lihat terjadi, sebab kemudahan itu ia dapatkan bukan dengan
mentaati Allah, Tuhannya. Sehingga ia tidak sadar bahwa Allah justru
mengazabnya dengan dunia-Nya.
Astaghfirullah.
Kita melihat begitu banyak manusia dan juga
barangkali diri kita, yang diberi Karunia-Nya, tapi bermaksiat dengan karunia
dari Allah itu. Padahal ada Allah
yang maha melihat dan maha mengawasi. Dan
Allah pula lah yang maha membalas apa
yang kita perbuat. Yang baik dibayar dengan surga dan keridhaan-Nya. Yang buruk
dibalasnya dengan neraka dan kemarahan-Nya.
Untuk itu, mari kita coba mengingat analogi bermain catur, Kalau kita main catur berdua, maka
berlaku aturan permainan catur. Dimana kuda jalannya L. Peluncur jalannya
miring. Pion hanya bisa jalan maju tidak bisa mundur, dan paling banyak hanya
bisa jalan dua kotak catur lurus ke depan. Adapun Raja, bila di depannya,
seluruh Pion belum dijalankan, dan Peluncur serta Menterinya masih ada di kanan
kirinya, maka Raja hanya bisa diam. Tidak boleh ia melompati Raja. Itulah aturan bermain catur. Tapi itu
kalau main berdua. Lalu bagaimana kalau main catur sendiri ? Kalau main catur sendirian, ya bebaslah mainnya.
Tidak berlaku hukum permainan catur. Kita
boleh menjalankan Kuda selagu-lagunya. Mau lurus, mau muter-muter, mau lompat,
bebas. Peluncur pun mau kita buat jalannya melompat-lompat seperti main halma,
boleh. Bagi Raja, meskipun seluruh
pion belum dijalankan, ia pun boleh melompat dan bebas bergerak ke sana kemari.
Inilah yang terjadi kalau kita main catur sendirian
Dan bila analogi catur ini boleh
dibawa ke urusan tamsil tauhid, maka perlu kita ketahui Allah itu tidak ada sekutu
bagi-Nya. Ibarat main catur, Allah adalah “PEMAIN TUNGGAL” tidak ada pemain yang lain.
Kemudahan ada di tangan Allah. Laa-ilaa-ha-illallaah, tiada tuhan selain Allah. Tidak ada
yang bisa memberi kemudahan kecuali Allah. Kebahagiaan, ketenangan, kedamaian,
ada di tangan Allah. Laa-ilaa-ha-illallaah. Tidak ada yang bisa memberi itu
semua kecuali Allah. Sama dengan maksud kalimat tauhid tersebut; Tidak
ada yang bisa memberikan ragam kesulitan kecuali Allah yang hingga Dia lah yang
bisa melepaskannya kembali. Kehendak itu kehendaknya Allah. Maka kita keipngin
Allah berkehendak memudahkan segala urusan kita. Tapi bila kita menghendaki Allah memberikan kemudahan buat
kita, sudah seharusnya kita menjadi hamba-Nya yang mau mengikuti segala
aturan-Nya, dan siap untuk melaksanakan kewajiban dan meninggalkan
larangan-Nya. kita tidak menjamin diri kita sendiri, bahwa kita akan
mendapatkan segala kemudahan apabila Allah tidak kita ikuti. Rasul pun
demikian. Ia tidak sanggup menjamin dirinya dan anak keturunannya masuk surga
bila tiada ketaatan dan amal sholeh.
Bila Allah sudah mengatur, maka Kun
Fayakuun-Nya yang terjadi. Kuasa-Nya yang terjadi. Karena Dia lah
Laa-ilaa-ha-illallaah. Tidak ada yang mengatur dunia ini kecuali Allah. kita
sangat-sangat bersedia untuk diatur. Sebab kita tahu dan meyakini, dengan sebab
ilmu yang diteteskan-Nya pada kita, melalui pengajaran para guru, para orang
tua, lewat berbagai media, bahwa kalau Allah sudah mengatur, maka aturan-Nya
itulah yang terbaik. Laa-ilaa-ha-illallaah. Tidak ada aturan yang terbaik
kecuali apa-apa yang sudah Allah aturkan.
Laa-ilaa-ha-illallaah. Tidak ada
Tuhan selain Allah. Tidak ada pemain di dunia ini, kecuali Allah, yang
memainkan seluruh peraturan, sebab peraturan adalah peraturan-Nya, dan segala
kuasa adalah Kuasa-Nya.
Dengan berpikiran seperti ini, yang
harus kita lakukan adalah menyadari semua itu, pasrah berserah diri untuk ikut
di dalam aturan-Nya dan mengikuti-nya sepenuh hati dengan kekuatan penuh. Tidak
setengah-setengah.
Laa-ilaa-ha-illallaah. Tidak ada
kehidupan kecuali untuk-Nya.
Kita melihat, kegagalan para pencari dunia, baik di
tahapan mencari dunia, atau di tahapan menikmati dan mengelola dunia, adalah
aktifitasnya tidak dia lakukan karena Allah dan untuk Allah. Andai dia punya
visi misi li i’laa-i kalimaatillaah, untuk meninggikan kalimat Allah, maka
tidak ada pernah kegagalan baginya…
Laa-ilaa-ha-illallaah. Tiada Tuhan selain Allah yang senantiasa mengawasi
apa yang kita lakukan. Bisa kah kita bermaksiat di hadapan Allah Yang Maha
Melihat dan Mengawasi? Bisakah kita berbuat dosa di hadapan Allah Yang Maha
Mengetahui? Sedangkan siapa yang sanggup bermaksiat dan berbuat dosa TANPA
RIZKI-NYA? Semua bermaksiat dan berdosa dengan memakai pemberian Allah. Laa hawla walaa quwwata illaa billaah. Koq bisa-bisanya berbuat dosa sementara mata
dari Allah, telinga dari Allah, tangan dan kaki dari Allah, duit dari
Allah. Seseorang bermaksiat dan berbuat dosa
sementara kesehatannya adalah dari Allah… Boro-boro dibawa ibadah, dibawa taat,
dibawa untuk kebaikan, ini malah dibawa maksiat dan dosa. Sudah gitu, berbuat dosa dan maksiatnya,
sambil dilliatin sama Allah. Astaghfirullaah… Ampunilah kami-kami ini ya Allah.
Allah melengkapi kita semua dengan
kulit, dan, kelak kulit ini akan diminta
Allah bicara. Bahwa ada seseorang yang
matanya tidak pernah bermaksiat dari lahirnya. Sebab ia buta sejak lahir. Ada
seseorang yang telinganya tidak pernah bermaksiat dari lahir. Sebab ia tuli
sejak lahir. Ada juga seseorang yang
tidak pernah bermaksiat dengan tangan atau kakinya, sebab lahir tanpa tangan,
atau tanpa kaki. Ada pula seseorang yang
tidak pernah bermaksiat dengan duitnya. Sebab ia miskin dari lahir sampe
wafatnya. Tapi siapa yang tidak punya kulit. Semua punya
kulit. Dan bukan mainnya lagi, kulit ini yang nanti diminta bersaksi oleh
Allah……
Subhanallah.
Semoga yang sedikit ini bisa menjadi
bahan renungan untuk kita, dan bermanfaat bagi kita semua, bagi saya, dan anda
semua. Insya Allah. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar