Kamis, 20 Desember 2012

TIADA TUHAN SELAIN ALLAH (Part One)



Oleh  :  Pak Agus Balung

 Wahai saudaraku,  kita semua sudah mahfum, bahwasanya  kehadiran kita didunia ini adalah hanya untuk menyembah Alah,  dan beribadah kepada-Nya,  tidak ada lain. Jadi hanya untuk menyembah dan beribadah pada Allah.  Dan Allah berkenan mengizinkan kita-kita yang lemah dan hina ini untuk  mengenal-Nya, dan untuk dekat dengan-Nya.Insya Allah,  Amin. 
 Didalam rangkaian bacaan Takbirotul Ihroom di dalam shalat, setelah takbir. Sebenarnya kita sudah ikrar, bahwa hidup kita, mati kita, dengan segala gerak gerik kita, adalah semata mata untuk Allah,  dan karena Allah.  Ikrar hidup kita tersebut diambil dari QS Al An;aam ayat 160-165.
Jadi dengan demikian, bolehlah kita sederhanakan, atau kita simpulkan bahwa sebenarnya konsep hidup dan kehidupan kita ini adalah : Laa ilaha illallah…..(tiada tuhan selain Allah)

 Agar prinsip Laa ilaa ha illallah dalam segenap aspek kehidupan kita lebih menggema dan mengena dalam hati kita, mari kita gali lebih dalam lagi.  Untuk itu , awal kali, mari kita coba berbicara tentang  rizqi”.  Soalnya, siapapun orangnya kalau sudah berbicara tentang rizqi pasti tertarik, bahkan orang ngantuk-pun mendadak hilang rasa kantuknya.
Pasti anda setuju kalau saya bilang, bahwa Allah adalah dzat pemberi rizqi. Jadi dengan demikian, so pasti, tidak ada rizqi yang datang selain dari Allah.  Tidak ada cara mencari rizqi kecuali dengan caranya Allah.  Pokoknya tidak ada Tuhan selain Allah, dech.


Marilah kita mencoba   meyakini Kalimat Tauhid ini, supaya enteng hidup kita, tidak kelelahan di dalam mencari dan menikmati dunia, dan menjadikan Allah sebagai Sentral Kehidupan kita. Begini :

Sungguh aneh manusia ini. Dan begitu  juga kita melihat keanehan itu pada diri kita masing masing, itupun kalau kita mau jujur pada diri kita.   Semoga, setelah ini tidak ada lagi keanehan lagi  pada diri kita semua, tentunya dalam konteks bahasan ini.  Amin.

Pagi-pagi buta semua orang beterbangan mencari rizqi ke tempat tujuannya masing-masing. Sesuai dengan profesinya masing-masing.   Akan tetapi pagi-pagi buta, saat yang sama,   juga sudah ada “yang dilupakan”, dan ada “tempat yang dilupakan”.

Apabila anda ditanya : “Kenal Allah,  Tahu Allah ?”    Pasti jawaban anda adalah  kenal dan tau.  Gak mungkin anda gak kenal, dan gak mungkin gak tau,   ya kan ?..

Lalu kalau ditanya lagi : “Kenal rumah Allah ?”  Dan pasti jawabnya juga “tau”, masjid kan  ?  

Betul, jawaban anda betul sekali. Dan itulah “dua hal yang dilupakan”, yaitu : Allah dan Rumah-Nya.
Kita boleh saja menolak dan mengatakan, saya ga lupa koq sama Allah.
 “Masaaaa…sih….gak lupa sama Allah ???”

Tentu saja kita semua berharap,  bahwa kita adalah orang-orang yang tidak pernah lupa dan lalai. Atau paling tidak, merupakan orang yang mulai belajar untuk tidak melupakan dan melalaikan Allah.

Andai saja  Allah boleh dibayangkan, dilukiskan, divisualkan, sesuatu yang aneh, terjadi. Tentu saja ini tidak boleh. Tapi kita lakukan untuk mempermudah penggambaran bahwa betapa kita kita ini sungguh aneh.

Bayangkan Allah “berdiri” di depan Rumah-Nya. Di depan masjid. Bersama malaikat-malaikat-Nya. Lalu Allah “melihat” kita seliweran sana seliweran sini, mengejar rizki. Ada yang berjalan cepat, ada yang tergesa-gesa, dan ada pula yang biasa aja. Ada yang naik ojek, ada yang nunggu angkot, ada yang nunggu bis kota,  ada juga yang naik kendaraan pribadi.  Ada yang gelap-gelap sudah jalan,  ada yang matahari udah mau naik baru jalan memburu  rizqi.

Dan…. Allah melihat itu semua,  Allah melihat kita seliweran, lalu lalang, di depan rumah-Nya, di depan masjid-Nya. Mencari rizqi, berburu rizqi.

“Siapa mereka?”, begitu mungkin Allah bertanya kepada malaikat-malaikat-Nya.

Anda gak usah berkernyit ya,   Masa iya ….Allah koq  nanya sama malaikat-Nya…

Sekali lagi, maaf, ilustrasi ini hanya untuk “menjewer” kita semua.  Agar sedikit mau mengenal dan melibatkan Allah. Mencari rizki adalah pekerjaan mulia. Ia menjadi ibadah yang sangat hebat. Shalat “hanya” 5-10 menit. Tapi ibadah yang namanya “kerja” bisa 10-12 jam dihitung dari mulai jalan hingga pulangnya. Setara mungkin durasinya dengan ibadah yang namanya puasa. Maka jangan sia-siakan ibadah yang satu ini, dengan memberi nilai lebih, dengan memberi bobot lebih.  Mulailah dari hal yang sederhana yang bisa kita petik dari hikmah ilustrasi dialog ini.

Kita ulangi lagi…
“Siapa mereka?”, begitu “mungkin” Allah bertanya kepada malaikat-malaikat-Nya tatkala menyaksikan hamba-hamba-Nya yang perlu akan rizki-Nya, tapi shubuhan “gak sowan” ke Allah. . Gak sowan ke rumah-Nya.   Sama rizki-Nya, perlu. Sama Allah malah gak perlu. Sama tempat rizki, diburu. Takut banget terlambat, takut banget dianggap gak disiplin. Tapi sama “sumber rizki” gak kenal.    Sehingga merasa gak datang pun gak apa koq.

Malaikat menjawab, “Mereka adalah hamba-hamba-Mu,  ya Allah”
“Mau kemana mereka?”
“Mereka mau mencari rizki-Mu.”
“Kemana mereka berjalan?   mereka menuju kemana?”
“Ke tempat pekerjaan dan usahanya masing-masing wahai Allah…”
“Tidak kah mereka tahu Akulah Yang Maha Memberi Rizki,  Aku ada di sini, dirumahKu?”


Allah berdialog dengan malaikat-malaikat-Nya “di depan” masjid-Nya, di depan Rumah-Nya. 
Malaikat menjawab, “Tahu tapi kayak gak tahu… Paham tapi kayak gak paham. Ngerti tapi kayak gak ngerti…”

“Kenapa bisa-bisanya manusia melewati diri-Ku, melewati tempat-Ku?  Lalu bisa-bisanya mereka menuju rizki-Ku, mencari rizki-Ku, tanpa tahu Aku ada di sini? Sedang Aku lah yang mengizinkan apa yang dicari oleh mereka menjadi didapat.”

Saudaraku, itulah sebagian keanehan kita, yang akhirnya banyak di antara kita yang kelelahan. Punya duit kayak ga punya duit. Tetap tidak berdaya menghadapi hidup ini. Tetap ada ketidak nikmatan di tengah nikmat.

Lihat saja diri kita. Mestinya shubuh-shubuh kita sudah bergegas menuju Allah, menuju masjid-Nya, menuju Yang Maha Memberikan rizki yang kita cari. Tapi apa yang terjadi?   Ternyata, realita yang ada : Pagi-pagi tempat itu sudah kita lupakan. Sejak pagi. Sejak gelap. Yang kita pedulikan hanya tempat kita bekerja. Allah, tidak kita pedulikan. Mungkin ada yang tahu,  ada yang tidak, betapa kecewanya Allah saat menjumpai hamba-Nya di pagi harinya yang dirisaukan soal dunia-Nya. Yang dirisaukan, persoalan hidupnya, hajat hidupnya. Jarang ada yang pagi-paginya mikirin Allah.

Oke lah. Itu ibadah sunnah. Gimana dengan shalat shubuh? Sebagiannya lagi menertawakan dirinya. Boro-boro bisa shalat shubuh berjamaah, di masjidnya Allah. Di “istana” Nya. Boro-boro. Sebagian kita bisa jadi tidak shalat shubuh sebab kelelahan berburu dunia. Pulang sudah larut malam. Kita tidak pandai mengatur waktu, agar bisa ketemu esok shubuh dengan Yang Menjamin Hidup, Pemilik Kebahagiaan dan Kesengsaraan. Kalau mau ketemu manusia, kita bisa persiapan ini persiapan itu. Tapi untuk ketemu Allah, nyaris tidak ada persiapan apa-apa, dan tidak siap!   Tidak siap bangun malam, dan tidak mempersiapkan diri. Tidak siap shalat shubuh, dan tidak mempersiapkan diri.

Itu baru sekelumit keanehan yang kita  paparkan atas izin Allah.   Sampe sini saja, kalimat Laa-ilaa-ha-illallaah sudah tidak nampak bunyinya di kehidupan sebagian dari kita sehari hari.
Laa ilaa ha illallah, tiada ada Tuhan selain Allah.  Dari statement ini, seharusnya, tidak ada yang lebih dipikirin kecuali Allah.  Namun kenyataanya ?

Tiada tuhan selain Allah.  Harusnya, tidak ada yang lebih dikhawatirkan kecuali Allah. Nyatanya?    Kita bisa  “menomor duakan” Allah,  lalu mengutamakan meeting dengan client. Menomor satukan kehadiran pelanggan ketimbang kehadiran Allah.   Sebagaimana disebut, sama yang namanya telat absen di kantor di pekerjaan, takutnya bukan main . Tapi giliran shalat yang juga sebenernya “diabsen” oleh malaikat-malaikat Allah, gak takut telat,  dan gak ada perasaan apa-apa ketika telat.   Malah ada yang mati rasa dengan sengaja meng-entar-entar-kan jadwal shalat.

Laa-ilaa-ha-illallaah. tiada  tuhan selain Allah.   Mestinya, tidak ada yang lebih diburu kecuali Allah.   Tapi ya begitu dah realitanya.

Subhanallah, semoga yang sedikit ini bisa menjadi bahan renungan kita, dan bermanfaat bagi kita semua. Bagi saya dan anda, insya Allah. Amin


 (Bersambung)

Tidak ada komentar: