Oleh : Pak Agus Balung
Wahai saudaraku, kita semua sudah mahfum, bahwasanya kehadiran kita didunia ini adalah hanya untuk
menyembah Alah, dan beribadah
kepada-Nya, tidak ada lain. Jadi hanya
untuk menyembah dan beribadah pada Allah. Dan Allah berkenan mengizinkan kita-kita yang
lemah dan hina ini untuk mengenal-Nya,
dan untuk dekat dengan-Nya.Insya Allah, Amin.
Didalam rangkaian bacaan Takbirotul Ihroom di
dalam shalat, setelah takbir. Sebenarnya kita sudah ikrar, bahwa hidup kita, mati
kita, dengan segala gerak gerik kita, adalah semata mata untuk Allah, dan karena Allah. Ikrar hidup kita tersebut diambil dari QS Al
An;aam ayat 160-165.
Jadi dengan demikian, bolehlah kita
sederhanakan, atau kita simpulkan bahwa sebenarnya konsep hidup dan kehidupan
kita ini adalah : Laa ilaha illallah…..(tiada tuhan selain Allah)
Agar prinsip Laa ilaa ha
illallah dalam segenap aspek kehidupan kita lebih menggema dan mengena dalam
hati kita, mari kita gali lebih dalam lagi.
Untuk itu , awal kali, mari kita coba berbicara tentang “rizqi”. Soalnya, siapapun orangnya kalau sudah
berbicara tentang rizqi pasti tertarik, bahkan orang ngantuk-pun mendadak hilang rasa kantuknya.
Pasti anda setuju kalau saya bilang,
bahwa Allah adalah dzat pemberi rizqi. Jadi dengan demikian, so pasti, tidak
ada rizqi yang datang selain dari Allah.
Tidak ada cara mencari rizqi kecuali dengan caranya Allah. Pokoknya tidak
ada Tuhan selain Allah, dech.
Marilah kita mencoba meyakini Kalimat Tauhid ini, supaya enteng
hidup kita, tidak kelelahan di dalam mencari dan menikmati dunia, dan
menjadikan Allah sebagai Sentral Kehidupan kita. Begini :
Sungguh aneh manusia ini. Dan begitu
juga kita melihat keanehan itu pada diri
kita masing masing, itupun kalau kita mau jujur pada diri kita. Semoga, setelah ini tidak ada lagi keanehan
lagi pada diri kita semua, tentunya
dalam konteks bahasan ini. Amin.
Pagi-pagi buta semua orang
beterbangan mencari rizqi ke tempat tujuannya masing-masing. Sesuai dengan
profesinya masing-masing. Akan tetapi
pagi-pagi buta, saat yang sama, juga
sudah ada “yang dilupakan”, dan ada “tempat
yang dilupakan”.
Apabila anda ditanya : “Kenal Allah,
Tahu Allah ?” Pasti jawaban anda adalah kenal
dan tau. Gak mungkin anda gak kenal, dan gak mungkin
gak tau, ya kan ?..
Lalu kalau ditanya lagi : “Kenal
rumah Allah ?” Dan pasti jawabnya juga
“tau”, masjid kan ?
Betul, jawaban anda betul sekali.
Dan itulah “dua hal yang dilupakan”, yaitu : Allah dan Rumah-Nya.
Kita boleh saja menolak dan
mengatakan, saya ga lupa koq sama Allah.
“Masaaaa…sih….gak lupa sama
Allah ???”
Tentu saja kita semua berharap, bahwa kita adalah orang-orang yang tidak
pernah lupa dan lalai. Atau paling tidak, merupakan orang yang mulai belajar
untuk tidak melupakan dan melalaikan Allah.
Andai saja Allah boleh dibayangkan, dilukiskan,
divisualkan, sesuatu yang aneh, terjadi. Tentu saja ini tidak boleh. Tapi kita
lakukan untuk mempermudah penggambaran bahwa betapa kita kita ini sungguh aneh.
Bayangkan Allah “berdiri” di depan
Rumah-Nya. Di depan masjid. Bersama malaikat-malaikat-Nya. Lalu Allah “melihat”
kita seliweran sana seliweran sini, mengejar rizki. Ada yang berjalan cepat,
ada yang tergesa-gesa, dan ada pula yang biasa aja. Ada yang naik ojek, ada
yang nunggu angkot, ada yang nunggu bis kota, ada juga yang naik kendaraan pribadi. Ada yang gelap-gelap sudah jalan, ada yang matahari udah mau naik baru jalan
memburu rizqi.
Dan…. Allah melihat itu semua, Allah melihat kita seliweran, lalu lalang, di
depan rumah-Nya, di depan masjid-Nya. Mencari rizqi, berburu rizqi.
“Siapa mereka?”, begitu mungkin
Allah bertanya kepada malaikat-malaikat-Nya.
Anda gak usah berkernyit ya, Masa iya
….Allah koq nanya sama malaikat-Nya…
Sekali lagi, maaf, ilustrasi ini
hanya untuk “menjewer” kita semua. Agar sedikit mau mengenal dan melibatkan
Allah. Mencari rizki adalah pekerjaan mulia. Ia menjadi ibadah yang sangat
hebat. Shalat “hanya” 5-10 menit. Tapi ibadah yang namanya “kerja” bisa 10-12
jam dihitung dari mulai jalan hingga pulangnya. Setara mungkin durasinya dengan
ibadah yang namanya puasa. Maka jangan sia-siakan ibadah yang satu ini, dengan
memberi nilai lebih, dengan memberi bobot lebih. Mulailah dari hal yang sederhana yang bisa kita
petik dari hikmah ilustrasi dialog ini.
Kita ulangi lagi…
“Siapa mereka?”, begitu “mungkin”
Allah bertanya kepada malaikat-malaikat-Nya tatkala menyaksikan hamba-hamba-Nya
yang perlu akan rizki-Nya, tapi shubuhan “gak sowan” ke Allah. . Gak sowan ke
rumah-Nya. Sama rizki-Nya, perlu. Sama
Allah malah gak perlu. Sama tempat rizki, diburu. Takut banget terlambat, takut
banget dianggap gak disiplin. Tapi sama “sumber rizki” gak kenal. Sehingga merasa gak datang pun gak apa koq.
Malaikat menjawab, “Mereka adalah
hamba-hamba-Mu, ya Allah”
“Mau kemana mereka?”
“Mereka mau mencari rizki-Mu.”
“Kemana mereka berjalan? mereka
menuju kemana?”
“Ke tempat pekerjaan dan usahanya
masing-masing wahai Allah…”
“Tidak kah mereka tahu Akulah Yang
Maha Memberi Rizki, Aku ada di sini,
dirumahKu?”
Allah berdialog dengan
malaikat-malaikat-Nya “di depan” masjid-Nya, di depan Rumah-Nya.
Malaikat menjawab, “Tahu tapi kayak
gak tahu… Paham tapi kayak gak paham. Ngerti tapi kayak gak ngerti…”
“Kenapa bisa-bisanya manusia
melewati diri-Ku, melewati tempat-Ku? Lalu
bisa-bisanya mereka menuju rizki-Ku, mencari rizki-Ku, tanpa tahu Aku ada di
sini? Sedang Aku lah yang mengizinkan apa yang dicari oleh mereka menjadi
didapat.”
Saudaraku, itulah sebagian keanehan
kita, yang akhirnya banyak di antara kita yang kelelahan. Punya duit kayak ga
punya duit. Tetap tidak berdaya menghadapi hidup ini. Tetap ada ketidak nikmatan
di tengah nikmat.
Lihat saja diri kita. Mestinya
shubuh-shubuh kita sudah bergegas menuju Allah, menuju masjid-Nya, menuju Yang
Maha Memberikan rizki yang kita cari. Tapi apa yang terjadi? Ternyata, realita yang ada : Pagi-pagi
tempat itu sudah kita lupakan. Sejak pagi. Sejak gelap. Yang kita pedulikan
hanya tempat kita bekerja. Allah, tidak kita pedulikan. Mungkin ada yang tahu, ada yang tidak, betapa kecewanya Allah saat
menjumpai hamba-Nya di pagi harinya yang dirisaukan soal dunia-Nya. Yang
dirisaukan, persoalan hidupnya, hajat hidupnya. Jarang ada yang pagi-paginya mikirin
Allah.
Oke lah. Itu ibadah sunnah. Gimana
dengan shalat shubuh? Sebagiannya lagi menertawakan dirinya. Boro-boro bisa
shalat shubuh berjamaah, di masjidnya Allah. Di “istana” Nya. Boro-boro.
Sebagian kita bisa jadi tidak shalat shubuh sebab kelelahan berburu dunia.
Pulang sudah larut malam. Kita tidak pandai mengatur waktu, agar bisa ketemu
esok shubuh dengan Yang Menjamin Hidup, Pemilik Kebahagiaan dan Kesengsaraan.
Kalau mau ketemu manusia, kita bisa persiapan ini persiapan itu. Tapi untuk
ketemu Allah, nyaris tidak ada persiapan apa-apa, dan tidak siap! Tidak siap bangun malam, dan tidak
mempersiapkan diri. Tidak siap shalat shubuh, dan tidak mempersiapkan diri.
Itu baru sekelumit keanehan yang
kita paparkan atas izin Allah. Sampe
sini saja, kalimat Laa-ilaa-ha-illallaah sudah tidak nampak bunyinya di
kehidupan sebagian dari kita sehari hari.
Laa ilaa ha illallah, tiada
ada
Tuhan
selain
Allah.
Dari statement ini, seharusnya, tidak
ada yang lebih dipikirin kecuali Allah.
Namun kenyataanya ?
Tiada tuhan selain Allah. Harusnya, tidak ada yang lebih dikhawatirkan
kecuali Allah. Nyatanya? Kita bisa “menomor duakan” Allah, lalu mengutamakan meeting dengan client.
Menomor satukan kehadiran pelanggan ketimbang kehadiran Allah. Sebagaimana disebut, sama yang namanya telat
absen di kantor di pekerjaan, takutnya bukan main . Tapi giliran shalat yang
juga sebenernya “diabsen” oleh malaikat-malaikat Allah, gak takut telat, dan gak ada perasaan apa-apa ketika telat. Malah ada yang mati rasa dengan sengaja
meng-entar-entar-kan jadwal shalat.
Laa-ilaa-ha-illallaah. tiada
tuhan selain Allah. Mestinya, tidak ada yang lebih diburu kecuali
Allah. Tapi ya begitu dah realitanya.
Subhanallah, semoga yang sedikit ini
bisa menjadi bahan renungan kita, dan bermanfaat bagi kita semua. Bagi saya dan
anda, insya Allah. Amin
(Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar