Oleh : pak
Agus Balung
“Waktu
saya melihat tayangan alam ghaib, dalam tayangan tersebut dengan jelas terlihat
gambar penampakan jin yang berhasil ditangkap kamera. Waktu itu berupa gumpalan
asap putih di tengah kegelapan malam di sekitar lokasi syuting. Saya percaya
bahwa itu adalah wujud jin, karena pihak televise sendiri telah memberikan
garansi bahwa apa yang terlihat itu bukan rekayasa atau permainan kamera”,
begitulah kata Asep seorang pelajar salah satu SMA negeri di Jakarta saat
bercerita kepada teman-temannya seputar tayangan televisi yang dilihatnya
semalam.
“Menurut saya, manusia yang
mempunyai kekuatan supranatural yang tinggi akan bisa melihat keberadaan
makhluk halus (jin) yang ada di sekitarnya. Bahkan ia bisa berkomunikasi dan
mengendalikan serta memerintah makhluk halus tersebut. Itulah kehebatan yang diberikan Allah kepada
mereka, karena kedekatan mereka dengan Allah”, komentar Yahya seorang Mahasiswa
PTS yang ada di Jakarta sehabis mengikuti kajian alam ghaib di masjid
kampusnya.
“Ustadz, saya Punya keponakan yang
sangat sensitive dengan keberadaan makhluk halus. Ketika ia pergi ke suatu
tempat, ia tahu bahwa tempat itu ditunggu oleh makhluk-makhluk aneh. Apakah
kemampuan yang dimiliki keponakan saya itu bukan suatukelebihan yang iarang
dimiliki oleh orang lain? Kalau begitu jin bisa dilihat oleh orang-orang
tertentu? Apa pendapat ustadz?” begitu pertanyaan yang barangkali sering kita
jumpai disekitar kita
“Bapak...! orang itu hebat pak ya?
Dengan mata tertutup ia bisa melukis bentuk jin yang ada dalam rumah seseorang.
Dan gambarnya jelas, tapi selalu seram. Dan hebatnya, ketika dikonfirmasikan
kepada pemilik rumah, ternyata lukisan itu sama dengan penampakan yang pernah
dilihatnya,” begitulah tanya seorang anak kepada bapaknya ketika mengamati
salah satu adegan melukis jin dengan mata tertutup dalam tayangan reality show
di layar kaca.
Benarkah jin bisa dilihat dalam
bentuk aslinya? Benarkah kamera bisa memotret atau menangkap
jin dalam bentuk aslinya? Dan benarkah
ada orang-orang khusus bisa melihat keberadaan jin, Ialu memburu dan
menangkapnya? Dan adakah amalan atau ritual yang bisa mengantarkan manusia
mengarungi alam jin dan interaksi dengan mereka? Sederet pertanyaan ini
jawabannya membutuhkan dalil yang valid dan akurat. Karena berkaitan dengan
kehidupan makhluk ghaib yang bernama jin. Dan Perkara yang ghaib itu adalah
urusan Allah semata, dan Nabi Muhammad sendiri hanyalah seorang Rasul yang
mengetahui hal yang ghaib sebatas wahyu yang telah diterimanya (QS.
Al-A’raf:
188).
Sedangkan bila ada pendapat orang
tentang masalah ghaib, sehebat apapun ilmunya dan setinggi apapun
kemampuan spiritualnya adalah pendapat belaka. Yang bisa kita tolak atau
kita terima. Bila sesuai syari’at, pendapat itu kita terima. Tapi bila bersebrangan
dan bertentangan, maka waiib kita tolak.
Padahal syari'at lslam telah
menegaskan, “Sesungguhnya ia (syetan) dan pengikut-pengikutnya melihat kalian dari suatu tempat yang kalian tidak bisa melihat mereka.” (QS. Al-A’raf: 27).
Ayat tersebut dengan jelas dan gamblang
memberitahukan kepada kita semua bahwa makhluk halus (jin) dalam bentuk aslinya
tidak bisa dilihat oleh mata atau ditangkap oleh kamera. Keculai kalau jin
tersebut menampakkan diri. Maka dari itu lbnu Hajar berkata, “Sesungguhnya
syetan bisa menampakkan diri dan melakukan penyerupaan yang bisa kita lihat
wuiudnya. Sedangkan firman Allah pada surat al-A’raf ayat 27, berlaku apabila
jin dalam bentuk wujud asli penciptaannya.”
(Fathul Bari: 9/55).
Oleh karenanya, lmam Syafi’i tidak
ragu lagi untuk menyatakan bahwa, orang yang mengaku dirinya bisa melihat jin
dalam bentuk aslinya adalah pembohong besar dan layak ditolak kesaksiannya.
Ar-Rabi’ berkata, “Saya mendengar lmam Syafi’i telah berkata, “Barangsiapa
mengaku dirinya bisa melihat keberadaan jin (dalam bentuk aslinya), maka kami
tolak kesaksiannya (alias pembohong, pen.), kecuali kalau dia seorang Nabi.”
(Fathul Bari: 4/489).
Jadi, kalau ada kamera yang bisa
menangkap keberadaan jin secara visual, berarti itu adalah wujud dari
penampakan, bukan wujud asli. Seperti halnya, sekelompok orang yang berwisata
lalu mengambil foto di lokasi tersebut. Kemudian hasil cetakannya ternyata ada
gambar aneh yang tidak termasuk dalam obyek pemotretan. Kalau benar-benar bukan
rekayasa atau bukan kesalahan studio dalam mencetak, berarti itu adalah
penampakan dari jin yang ada di lokasi tersebut. Tapi jangan lupa, peralatan
teknologi sekarang sangat canggih. Kemungkinan penampakan sebagai suatu
rekayasa bukanlah suatu yang mustahil. Bisa saja penampakan itu hasil rekayasa
teknologi, lalu diklaim sebagai wujud asli. Atau itu diperankan oleh manusia,
lalu dikatakan sebagai jin yang menampakkan diri. Yang pasti, jin tidak mudah
baginya untuk menampakkan diri karena harus melalui proses yang tidak mudah,
aaalagi bila untuk berakting cari duit. Kecuali kalau mereka dipuja dan diberi
sesaji terlebih dahulu, atau jin itu memang meniadi piaraan orang yang
bersangkutan, sehingga ia siap selalu untuk menuruti kemauan Pemujanya.
Memang ada orang-orang khusus yang
bisa melihat keberadaan jin dalam bentuk aslinya, di antaranya adalah
Muhammad Rasulullah. Dan menurut pendapat lmam Syafi’i, Nabi dan Rasul adalah
komunitas yang dikecualikan dari surat al-A’raf ayat 27.
Sebagaimana yang diielaskan Allah
dalam al-Qur’an,
“(Dialah Allah) yang Maha Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu, kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya.” (QS. al-Jin: 26-27).
Dan untuk sekarang, era kenabian dan
kerasulan sudah berakhir dengan berakhirnya kehidupan Nabi Muhammad bin
Abdillah. Artinya tidak lagi wahyu yang turun, dan tidak ada iuga orang yang
diberi keistimewaan oleh Allah untuk bisa melihat makhluk ghaib, seperti jin.
Kalau yang dimaksud dengan kemampuan spiritual yang tinggi adalah orang yang
banyak ilmu klenik dan supranaturalnya, maka sangatlah wajar kalau mereka
mengklaim bisa melihat jin. Karena mereka memang ada keterikatan dan kerjasama
dengan syetan jin. Tapi kalau yang dimaksud dengan spiritual yang tinggi adalah
orang yang banyak ibadah kepada Allah seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah.
Maka ketahuilah banyaknya ibadah seseorang tidaklah menyebabkan pelakunya bisa
mengarungi alam jin. Karena para shahabat Rasulullah adalahgenerasi yang banyak
ibadah, tetapi tak ada seorang pun dari mereka yang mengklaim bisa melihat jin
dalam bentuk aslinya, apalagi mengarungi alam jin. Karena tujuan beribadah
sebenarnya adalah mendekatkan diri kepada Allah, bukan kepada jin.
Kalau zaman sekarang ada yang
mengaku bisa melihat jin dalam bentuk aslinya, berarti ada beberapa
kemungkinan. Kemungkinan pertama, dia berbohong sebagaimana yang
dikatakan oleh Imam syafi’i. Sebenarnya dia tidak melihat keberadaan jin dalam
bentuk aslinya, tapi dia berbohong dan mengaku-ngaku sedang melihat makhluk tersebut.
Kemungkinan yang kedua, ia melihat jin yang sedang menampakkan diri, dan bukan
dalam bentuk aslinya. Tapi ia mengklaim
bahwa itulah bentuk asli jin. Yang ketiga, ia tidak melihat jin baik dalam
bentuk asli atau dalam penampakan. Apa yang dilihat itu hanyalah halusinasi dan
imajinasi belaka. Yang keempat, ia terganggu dirinya oleh jin sehingga
sensitive terhadap keberadaan jin. Kasus seperti ini terkadang dialami oleh
seseorang dan itu bukan kelebihan, tapi kelainan yang harus segera diterapi.
Yang kelima, ia berkolaborasi dengan jin melalui ilmu sihir. Dengan ilmu sihir
itu, dia dapatkan informasi bahwa di lokasitersebut ada sekian jin dalam bentuk
begini-begini. Dan kemungkinan yang kelima inilah yang banyak berkembang dan
diajarkan oleh banyak orang, padahal cara itu dilarang dan diharamkan oleh
syari'at lslam. Allah berfirman, “Padahal Sulaiman tidak
kafir
(tidak mengajarkan sihir),
hanya
syetan-syetan
itulah
yang
kafir (mengajarkan
sihir).”
(QS.
Al-Baqarah:
102).
Dengan demikian, berbahagia dan
bersyukurlah Anda jika tidak bisa melihat keberadaan jin di sekitar Anda.
Karena kondisi Anda masih normal, sesuai dengan ketentuan Allah. Sedangkan bagi
orang yang sensitif dengan keberadaan jin atau bahkan bisa melihat keberadaan
mereka, maka segeralah memohon kesembuhan kepada Allah. Mohonlah kepada-Nya
agar kondisi Anda bisa normal kembali sebagaimana layaknya manusia. Kalau
penampakan jin bisa terjadi dan bisa dilihat oleh mata kepala, sebagaimana yang
pernah dilihat orang-orang musyrikin pada perang Badar, yang menampakkan diri
sebagai Suraqah bin Malik. Atau saat mereka berada di Darun Nadwah mencari
siasat untuk membunuh Rasulullah, jin menampakkan diri sebagai seorang kakek.
Atau seperti yang dilihat Abu Hurairah saat menjaga harta Zakat, jin
menampakkan diri sebagai seorang yang berumur paruh baya. Atau seperti yang
dilihat oleh Ubay bin Ka'ab, jin menampakkan diri sebagai sosok remaja. Atau
yang dilihat oleh seorang shahabat dan isterinya, jin menampakkan diri sebagai
ular. Lalu dibunuh oleh shahabat tadi, dan tidak lama berselang shahabat itu
juga mati. Semua penampakan di atas bisa dipertanggungjawabkan kebenaran dan
keautentikannya dalam kitab-kitab hadits shahih yang ada. Kalau penampakan seperti itu yang dimaksud,
maka kita tidak membutuhkan kamera digital. Karena dengan mata kepala saja,
penampakan itu bisa dilihat. Sehingga kita ambil gambarnya melalui kamera pun
bisa, atau divisualisasikan melalui syuting film.
Jadi tidak ada yang aneh dan patut
diacungi jempol, bila beberapa media televise sekarang banyak mengekspos
penampakan jin. Tapi kalau mereka mengklaim bahwa gambar tersebut adalah wujud
asli jin yang terekam oleh kamera, maka kita wajib untuk tidak mempercayainya,
karena bertentangan dengan teks dalil syari'at lslam. Begitu juga kalau ada
yang menawarkan amalan untuk bisa melihat wujud asli jin, maka janganlah
bergeming atau tergiur. Karena amalan itu pasti menyimpang. Sebab jin dalam
bentuk aslinya memang tidak bisa diiihat, dan itu sudah menjadi ketetapan Allah
sebagai Penciptanya .
Allahu a’lam
Semoga yang sedikit ini bermanfaat bagi kita, bagi
saya dan anda. Insya Allah. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar