(Oleh : Pak
Agus Balung)
Mungkin selama ini
anak anak muda merayakan hari Valentine
tanpa mengetahui darimana datangnya tradisi tersebut dan apa makna yang
sesungguhnya. Yang kita tahu selama
ini dari hari Valentine, hanyalah hari yang penuh kasih sayang dan
juga hari dimana ketika orang saling bertukar kado atau sekedar memberikan
Cokelat. Bahkan ada juga yang beranggapan bahwa hari Valentine adalah hari yang
dominan dalam mencari pasangan ataupun sekedar berkencan mesra dengan pasangan.
Oleh karena itu kita coba untuk menguak asal-usul sejarah Hari Valentine, dengan harapan supaya kita semua bisa lebih cerdas dalam merayakan suatu acara. Bukan hanya sekedar ikut-ikutan, tanpa mengetahui arti penting dari tradisi perayaan hari tersebut. Berikut adalah beberapa penggal riwayat atau sejarah Valentine yang mungkin dapat membantu kita dalam mengenal asal-muasal perayaan hari tersebut
Oleh karena itu kita coba untuk menguak asal-usul sejarah Hari Valentine, dengan harapan supaya kita semua bisa lebih cerdas dalam merayakan suatu acara. Bukan hanya sekedar ikut-ikutan, tanpa mengetahui arti penting dari tradisi perayaan hari tersebut. Berikut adalah beberapa penggal riwayat atau sejarah Valentine yang mungkin dapat membantu kita dalam mengenal asal-muasal perayaan hari tersebut
SEJARAH HARI VALENTINE
Sesungguhnya,
belum ada kesepakatan final di antara para sejarawan tentang apa yang
sebenarnya terjadi yang kemudian diperingati sebagai hari Valentine. Dalam buku
‘Valentine Day, Natal, Happy New Year, April Mop, Hallowen: So What?” (Rizki
Ridyasmara, Pusaka Alkautsar, 2005), sejarah Valentine Day dikupas secara
detil. Inilah salinannya:
Ada banyak
versi tentang asal dari perayaan Hari Valentine ini. Yang paling populer memang
kisah dari Santo Valentinus yang diyakini hidup pada masa Kaisar Claudius II
yang kemudian menemui ajal pada tanggal 14 Februari 269 M. Namun ini pun ada
beberapa versi. Yang jelas dan tidak memiliki silang pendapat adalah kalau kita
menelisik lebih jauh lagi ke dalam tradisi paganisme (dewa-dewi) Romawi Kuno,
sesuatu yang dipenuhi dengan legenda, mitos, dan penyembahan berhala.
Menurut
pandangan tradisi Roma Kuno, pertengahan bulan Februari memang sudah dikenal
sebagai periode cinta dan kesuburan. Dalam tarikh kalender Athena kuno, periode
antara pertengahan Januari dengan pertengahan Februari disebut sebagai bulan
Gamelion, yang dipersembahkan kepada pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera.
Di Roma
kuno, 15 Februari dikenal sebagai hari raya Lupercalia, yang merujuk kepada
nama salah satu dewa bernama Lupercus, sang dewa kesuburan. Dewa ini
digambarkan sebagai laki-laki yang setengah telanjang dan berpakaian kulit
kambing.
Di zaman
Roma Kuno, para pendeta tiap tanggal 15 Februari akan melakukan ritual
penyembahan kepada Dewa Lupercus dengan mempersembahkan korban berupa kambing
kepada sang dewa.
Setelah
itu mereka minum anggur dan akan lari-lari di jalan-jalan dalam kota Roma
sambil membawa potongan-potongan kulit domba dan menyentuh siapa pun yang
mereka jumpai. Para perempuan muda akan berebut untuk disentuh kulit kambing
itu karena mereka percaya bahwa sentuhan kulit kambing tersebut akan bisa
mendatangkan kesuburan bagi mereka. Sesuatu yang sangat dibanggakan di Roma
kala itu.
Perayaan
Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno yang berlangsung
antara tanggal 13-18 Februari, di mana pada tanggal 15 Februari mencapai
puncaknya. Dua hari pertama (13-14 Februari), dipersembahkan untuk dewi cinta
(Queen of Feverish Love) bernama Juno Februata.
Pada hari
ini, para pemuda berkumpul dan mengundi nama-nama gadis di dalam sebuah kotak.
Lalu setiap pemuda dipersilakan mengambil nama secara acak. Gadis yang namanya
ke luar harus menjadi kekasihnya selama setahun penuh untuk bersenang-senang
dan menjadi obyek hiburan sang pemuda yang memilihnya.
Keesokan
harinya, 15 Februari, mereka ke kuil untuk meminta perlindungan Dewa Lupercalia
dari gangguan serigala. Selama upacara ini, para lelaki muda melecut
gadis-gadis dengan kulit binatang. Para perempuann itu berebutan untuk bisa
mendapat lecutan karena menganggap bahwa kian banyak mendapat lecutan maka
mereka akan bertambah cantik dan subur.
Ketika
agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara paganisme (berhala)
ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani. Antara lain mereka mengganti
nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya
adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I.
Agar lebih
mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan
upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint
Valentine’s Day untuk menghormati Santo Valentine yang kebetulan meninggal pada
tanggal 14 Februari.
Tentang
siapa sesungguhnya Santo Valentinus sendiri, seperti telah disinggung di muka,
para sejarawan masih berbeda pendapat. Saat ini sekurangnya ada tiga nama
Valentine yang meninggal pada 14 Februari. Seorang di antaranya dilukiskan
sebagai orang yang mati pada masa Romawi. Namun ini pun tidak pernah ada
penjelasan yang detil siapa sesungguhnya “St. Valentine” termaksud, juga dengan
kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber
mengisahkan cerita yang berbeda.
Menurut
versi pertama, Kaisar Claudius II yang memerintahkan Kerajaan Roma berang dan
memerintahkan agar menangkap dan memenjarakan Santo Valentine karena ia dengan
berani menyatakan tuhannya adalah Isa Al-Masih, sembari menolak menyembah
tuhan-tuhannya orang Romawi. Orang-orang yang bersimpati pada Santo Valentine
lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.
Versi
kedua menceritakan, Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih
tabah dan kuat di dalam medan peperangan daripada orang yang menikah. Sebab itu
kaisar lalu melarang para pemuda yang menjadi tentara untuk menikah. Tindakan
kaisar ini diam-diam mendapat tentangan dari Santo Valentine dan ia secara
diam-diam pula menikahkan banyak pemuda hingga ia ketahuan dan ditangkap.
Kaisar Cladius memutuskan hukuman gantung bagi Santo Valentine. Eksekusi
dilakukan pada tanggal 14 Februari 269 M.
Jelas
sudah, Hari Valentine sesungguhnya berasal dari mitos dan legenda zaman Romawi
Kuno di mana masih berlaku kepercayaan paganisme (penyembahan berhala). Gereja
Katolik sendiri tidak bisa menyepakati siapa sesungguhnya Santo Valentine yang
dianggap menjadi martir pada tanggal 14 Februari. Walau demikian, perayaan ini
pernah diperingati secara resmi Gereja Whitefriar Street Carmelite Church di
Dublin, Irlandia dan dilarang secara resmi pada tahun 1969.
Kalau sudah begini, masihkah remaja-remaja Muslim kita
tetap akan merayakan Valentine’s
Day ?
Naudzubilahi min Dzalik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar