BERBURU ILMU DI PULAU NUSA BARONG
Oleh : pak
Agus Balung
Suatu ketika datang seorang tamu
yang mau konsultasi tentang sakit yang dideritanya, seorang pensiunan pengajar
sebuah PTS ternama di kota Surabaya,
seorang yang familier banget. Namanya
juga njawani banget, Pramudyo. Dari sela sela konsultasi itu terkuak suatu
perjalanan hidup seorang anak manusia yang bernama Pramudyo, yang patut untuk
direnungkan, dan kita ambil hikmahnya.
Dituturkan, sepertiga umur pak
Pramudyo ini dipergunakan untuk berburu ilmu, ilmu kedigdayaan, ilmu kebatinan, ilmu gaib, dan semacamnya. Berbagai daerah dia
kunjungi, dimanapun ada orang pintar,
dia buru. Yang namanya tempat-tempat
angker, dan berbau magis, tak
luput dari incarannya. Pernah pula dia menembus gelapnya Alas Purwo, Banyuwangi. Tidak tanggung tanggung, dua
minggu dia habiskan waktunya di hutan
tersebut.
Mulut ini semakin berdecak kagum,
ketika dia mengkisahkan bahwa dia juga pernah mengarungi laut selatan, mendobrak ganasnya “plawangan” pantai Puger, Jember.
Menuju pulau terpencil, tak bepenghuni, disebelah selatan Jember, pulau Nusa
barong. Bagaimana tidak berdecak mulut
ini, plawangan, sangat saya kenal, karena saya
berasal dari daerah Jember, suatu tempat yang legendaris didaerah saya, hampir
setiap tahun plawangan ini
menelan jiwa nelayan, yang keluar dari
perairan Puger menuju laut selatan, untuk menangkap ikan. Dan Plawangan ini
satu satunya jalan keluar utnuk menuju Samudera Indonesia. Sementara pulau Nusa
Barong, terletak 4,5 km dari pantai
Puger. Kalau anda search di Google
tentang pulau Nusa Barong, anda pasti akan terkesima dibuatnya.
Kita tidak berbicara tentang ganasnya
plawangan pantai Puger, dan eksotiknya pulau Nusa Barong, tetapi kita
berbicara tentang apa yang telah didapat
tokoh kita, pak Pramudyo, dipelbagai
tempat yang dianggap dapat memberikan kesaktian padanya, termasuk di pulau Nusa
Barong. Menurut dia, dia sempat tinggal di pulau kosong itu selama beberapa
minggu. Entah apa yang dilakukannya selama
beberapa minggu di pulau kosong itu, saya juga tidak bertanya, dan diapun tidak
bercerita.
Hasil dari perburuan ilmu ilmu diberbagai
tempat itu, dia mengaku dapat menyembuhkan bermacam penyakit, yang anehnya, pada giliran dia sendiri yang sakit,
dia malah pergi ke orang lain, termasuk ketempat saya. Dia juga mengaku mahir
berbela diri, serta mengaku mempunyai bermacam benda bertuah, yang
salah satunya sebuah benda, tidak disebut jenis dan namanya, yang apabila benda
itu dibawa, maka semua khewan buas akan diam dan tunduk, pernah dibuktikan,
benda itu dibawa ke KBS, Kebon Binatang Surabaya, dan benar, binatang binatang
buas pada diam tertunduk. Untuk semua
apa yang telah dia capai itu, dia
merasakan kepuasan.
Pada titik tertentu, dia
merasakan bahwa ternyata kepuasan yang telah dia dapat selama itu, semu belaka. Titik balik itu tiba
saat penyakit diabetes menyerangnya hampir 7 tahun yang lalu, dan tak kunjung
sembuh. Dia merasa heran, bagaimana bisa, raga yang serba “wah”, dan mampu menolong banyak orang
yang sakit dengan berbagai macam penyakit, ternyata tidak mampu berbuat banyak
pada dirinya sendiri yang sedang sakit.
Sejak saat itu, kesadaran
nuraninya berangsur menyeruak mencari jalan yang diridhoi Allah, sedikit demi
sedikit, semua ilmunya dibuang, dan benda benda bertuah yang dulu sangat
dibanggakan dan diandalkan, dibuang juga. Kini, hari harinya selalu diisi dengan
menggali ilmu ilmu agama, berpindah dari ulama yang satu ke ulama yang lain.
Subhanallah.
Dari apa yang dialami dan
dikisahkan oleh tamu saya, pak Pramudyo, semoga mampu menginspirasi kita semua,
bahwa ilmu yang ‘haq’ hanyalah ilmu
Allah semata. Insya Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar