HARI VALENTINE DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Oleh : pak Agus Balung
Bulan Februari dikenal dunia sebagai hari Kasih sayang,
Valentine’s Day. Momentum ini biasanya sangat disukai oleh anak-anak remaja,
terutama diperkotaan. Mereka
menganggap perayaan ini sama saja dengan perayaan-perayaan lain seperti Hari
Ibu, Hari Pahlawan, dan sebagainya. Padahal kenyataannya sama sekali berbeda.
Hari Ibu, Hari Pahlawan, dan semacamnya sedikit pun tidak
mengandung muatan religius. Sedangkan Valentine’s Day sangat sarat dengan muatan religius, bahkan
bagi orang Islam yang ikut-ikutan merayakannya, hukumnya bisa musyrik, karena
merayakan Valentine’s Day tidak bisa
tidak berarti juga ikut mengakui Yesus sebagai Tuhan. Naudzubilahi min Dzalik.
Mengapa…..?
Menurut pandangan tradisi Roma Kuno, pertengahan bulan
Februari memang sudah dikenal sebagai periode cinta dan kesuburan. Dalam tarikh
kalender Athena kuno, periode antara pertengahan Januari dengan pertengahan
Februari disebut sebagai bulan Gamelion, yang dipersembahkan kepada pernikahan
suci Dewa Zeus dan Hera.
Di Roma kuno, 15 Februari dikenal sebagai hari raya
Lupercalia, yang merujuk kepada nama salah satu dewa bernama Lupercus, sang
dewa kesuburan. Dewa ini digambarkan sebagai laki-laki yang setengah telanjang
dan berpakaian kulit kambing.
Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi
upacara paganisme (berhala) ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani. Antara
lain mereka mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di
antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I.
Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M
Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja
dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati Santo Valentine yang
kebetulan meninggal pada tanggal 14 Februari.
Tentang siapa sesungguhnya Santo Valentinus sendiri, seperti
telah disinggung di muka, para sejarawan masih berbeda pendapat. Saat ini
sekurangnya ada tiga nama Valentine yang meninggal pada 14 Februari. Seorang di
antaranya dilukiskan sebagai orang yang mati pada masa Romawi. Namun ini pun
tidak pernah ada penjelasan yang detil siapa sesungguhnya “St. Valentine”
termaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya
karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.
Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II yang memerintahkan
Kerajaan Roma berang dan memerintahkan agar menangkap dan memenjarakan Santo
Valentine karena ia dengan berani menyatakan tuhannya adalah Isa Al-Masih,
sembari menolak menyembah tuhan-tuhannya orang Romawi. Orang-orang yang bersimpati
pada Santo Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali
penjaranya.
Versi kedua menceritakan, Kaisar Claudius II menganggap
tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat di dalam medan peperangan daripada
orang yang menikah. Sebab itu kaisar lalu melarang para pemuda yang menjadi
tentara untuk menikah. Tindakan kaisar ini diam-diam mendapat tentangan dari
Santo Valentine dan ia secara diam-diam pula menikahkan banyak pemuda hingga ia
ketahuan dan ditangkap. Kaisar Cladius memutuskan hukuman gantung bagi Santo
Valentine. Eksekusi dilakukan pada tanggal 14 Februari 269 M.
Jelas sudah, Hari Valentine sesungguhnya berasal dari mitos
dan legenda zaman Romawi Kuno di mana masih berlaku kepercayaan paganisme
(penyembahan berhala). Gereja Katolik sendiri tidak bisa menyepakati siapa
sesungguhnya Santo Valentine yang dianggap menjadi martir pada tanggal 14
Februari. Walau demikian, perayaan ini pernah diperingati secara resmi Gereja
Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia dan dilarang secara
resmi pada tahun 1969. Beberapa kelompok gereja Katolik masih menyelenggarakan
peringatan ini tiap tahunnya.
Tiap tahun menjelang bulan Februari, banyak remaja Indonesia
yang notabene mengaku beragama Islam ikut-ikutan sibuk mempersiapkan perayaan
Valentine. Walau sudah banyak di antaranya yang mendengar bahwa Valentine Day
adalah salah satu hari raya umat Kristiani yang mengandung nilai-nilai akidah
Kristen, namun hal ini tidak terlalu dipusingkan mereka. “Ah, aku kan
ngerayaain Valentine buat fun-fun aja…, ” demikian banyak remaja Islam
bersikap. Bisakah dibenarkan sikap dan pandangan seperti itu?
Perayaan Hari Valentine memuat sejumlah pengakuan atas klaim
dogma dan ideologi Kristiani seperti mengakui “Yesus sebagai Anak Tuhan” dan
lain sebagainya. Merayakan Valentine Day berarti pula secara langsung atau
tidak, ikut mengakui kebenaran atas dogma dan ideologi Kristiani tersebut, apa
pun alasanya.
Nah, jika ada seorang Muslim yang ikut-ikutan merayakan Hari
Valentine, maka diakuinya atau tidak, ia juga ikut-ikutan menerima pandangan
yang mengatakan bahwa “Yesus sebagai Anak Tuhan” dan sebagainya yang di dalam
Islam sesungguhnya sudah termasuk dalam perbuatan musyrik, menyekutukan Allah
SWT, suatu perbuatan yang tidak akan mendapat ampunan dari Allah SWT.
Naudzubillahi min dzalik!
“Barang siapa meniru suatu kaum,
maka ia termasuk dari kaum tersebut, ” Demikian bunyi hadits Rasulullah
SAW yang diriwayatkan oleh Tirmidzi.
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah juga berkata, : “Memberi selamat atas acara ritual orang
kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram.
Semisal memberi selamat atas hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan,
“Selamat hari raya!” dan sejenisnya. Bagi yang mengucapkannya, kalau pun tidak
sampai pada kekafiran, paling tidak itu merupakan perbuatan haram. Berarti ia
telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah. Bahkan
perbuatan tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah dan lebih dimurkai dari
pada memberi selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh. Banyak orang
yang kurang mengerti agama terjerumus dalam suatu perbuatan tanpa menyadari
buruknya perbuatan tersebut. Ia telah menyiapkan diri untuk mendapatkan
kemarahan dan kemurkaan Allah. ”
Allah SWT sendiri di dalam Qur’an surat Al-Maidah ayat 51
melarang umat Islam untuk meniru-niru atau meneladani kaum Yahudi dan Nasrani, :
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi
pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang
lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka
sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim."
Wallahu'alam bishawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar