BERSHALAWAT, TUKANG RIBA’PUN MENERIMA SYAFAAT
(THE
MAGIC OF SHALAWAT, Part : 3)
(Oleh : pak Agus Balung)
Dalam sequel ke tiga
The Magic of Shalawat ini, saya ketengahkan penuturan Sufyan ats Tsauri yang
mengkisahkan bagaimana syafaat Rasulullah ini diberikan kepada siapa saja,
termasuk kepada tukang riba’. Semoga kisah ini mampu memberikan inspirasi
kepada kita agar kita selalu bershalawat kepada Nabi kita yang mulia. Amin.
Dikisahkan pada suatu ketika Sufyan
ats-Tsauri menuturkan :
“Aku pergi menunaikan ibadah haji.
Manakala aku Thawaf di Ka’bah, aku melihat seorang pemuda yang tak berdoa
apapun selain hanya bershalawat kepada Nabi SAW. Baik saat di Ka’bah, di Padang Arafah, di mudzdalifah
dan Mina, atau ketika dia tawaf di Baytullah, doanya cuma satu, yaitu hanya shalawat kepada Baginda Nabi SAW.”
Saat kesempatan yang tepat itu datang,
maka akupun berkata kepadanya dengan
hati-hati, “Sahabatku, ada doa khusus untuk setiap tempat. Jikalau engkau tidak
mengetahuinya, perkenankanlah aku mengajarimu.”
Namun, dia berkata, “Aku tahu
semuanya. Izinkan aku menceritakan apa yang terjadi padaku agar engkau mengerti
tindakanku yang aneh ini.”
“Aku berasal dari Khurasan. Ketika para jamaah haji mulai berangkat meninggalkan daerah kami, ayahku dan aku mengikuti mereka untuk menunaikan kewajiban agama kami. Naik turun gunung, lembah, dan gurun. Kami akhirnya memasuki kota Kufah. Disana ayahku jatuh sakit, dan pada tengah malam dia meninggal dunia.Dan aku mengkafani jenazahnya.
“Aku berasal dari Khurasan. Ketika para jamaah haji mulai berangkat meninggalkan daerah kami, ayahku dan aku mengikuti mereka untuk menunaikan kewajiban agama kami. Naik turun gunung, lembah, dan gurun. Kami akhirnya memasuki kota Kufah. Disana ayahku jatuh sakit, dan pada tengah malam dia meninggal dunia.Dan aku mengkafani jenazahnya.
Agar tidak mengganggu jemaah lain,
aku duduk menangis dalam batin dan memasrahkan segala urusan pada Allah SWT.
Sejenak kemudian, aku merasa ingin sekali menatap wajah ayahku, yang
meninggalkanku seorang diri di daerah asing itu.
Akan tetapi, kala aku membuka kafan
penutup wajahnya, aku melihat kepala ayahku berubah jadi kepala keledai.
Terhenyak oleh pemandangan ini, aku tak tahu apa yang mesti kulakukan. Aku
tidak dapat menceritakan hal ini pada orang lain.
Sewaktu duduk merenung, aku seperti
tertidur.
Lalu, pintu tenda kami terbuka, dan tampaklah sesosok orang bercadar. Seraya membuka penutup wajahnya, dia berkata, “Alangkah tampak sedih engkau! Ada apakah gerangan?”
Lalu, pintu tenda kami terbuka, dan tampaklah sesosok orang bercadar. Seraya membuka penutup wajahnya, dia berkata, “Alangkah tampak sedih engkau! Ada apakah gerangan?”
Aku pun berkata, “Tuan, yang
menimpaku memang bukan sukacita. Tapi, aku tak boleh meratap supaya orang lain
tak bersedih.”
Lalu orang asing itu mendekati
jenazah ayahku, membuka kain kafannya, dan mengusap wajahnya. Aku berdiri dan
melihat wajah ayahku lebih berseri-seri ketimbang wajah tuanya. Wajahnya
bersinar seperti bulan purnama. Melihat keajaiban ini, aku mendekati orang itu
dan bertanya, “Siapakah Anda, wahai kekasih kebaikan?”
Dia menjawab, “Aku Muhammad al
Musthafa” (semoga Allah melimpahkan kemuliaan dan kedamaian kepada Rasul
pilihanNya).
Mendengar perkataan ini, aku pun
langsung berlutut di kakinya, menangis dan berkata, “Masya Allah, ada apa ini?
Demi Allah, mohon engkau menjelaskannya ya Rasulullah.”
Kemudian dengan lembut beliau berkata, “ayahmu dulunya tukang riba. Baik di dunia ini maupun di akhirat nanti. Wajah mereka berubah menjadi wajah keledai, tetapi disini Allah Yang Mahaagung mengubah lagi wajah ayahmu.
Kemudian dengan lembut beliau berkata, “ayahmu dulunya tukang riba. Baik di dunia ini maupun di akhirat nanti. Wajah mereka berubah menjadi wajah keledai, tetapi disini Allah Yang Mahaagung mengubah lagi wajah ayahmu.
Ayahmu dulu mempunyai sifat dan
kebiasaan yang baik. Setiap malam sebelum tidur, dia melafalkan shalawat
seratus kali untukku. Saat diberitahu perihal nasib ayahmu, aku segera memohon
izin Allah untuk memberinya syafaat karena shalawatnya kepadaku. Setelah
diizinkan, aku datang dan menyelamatkan ayahmu dengan syafaatku.”
Sufyan melanjutkan
penuturannya, Anak muda itu berkata,
“Sejak saat itulah aku bersumpah untuk tidak berdoa selain shalawat kepada
Rasulullah, sebab aku tahu hanya shalawatlah yang dibutuhkan manusia di dunia
dan di akhirat.”
Dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW
telah bersabda bahwa, “Malaikat Jibril, Mikail, Israfil, dan Izrail Alaihumus
Salam telah berkata kepadaku. Jibril As. berkata, “Wahai Rasulullah, siapa yang
membaca shalawat atasmu tiap-tiap hari sebanyak sepuluh kali, maka akan
kubimbing tangannya dan akan ku bawa dia melintasi titian seperti kilat
menyambar.”
Berkata pula Mikail As., “Mereka yang bershalawat atasmu akan aku beri mereka itu minum dari telagamu.” Dan Israfil As. berkata pula, “Mereka yang bershalawat kepadamu, maka aku akan bersujud kepada Allah SWT dan aku tidak akan mengangkat kepalaku sehingga Allah SWT mengampuni orang itu.”
Kemudian Malaikat Izrail As. pun berkata, ”Bagi mereka yang bershalawat atasmu, akan aku cabut ruh mereka itu dengan selembut-lembutnya seperti aku mencabut ruh para nabi.”
Berkata pula Mikail As., “Mereka yang bershalawat atasmu akan aku beri mereka itu minum dari telagamu.” Dan Israfil As. berkata pula, “Mereka yang bershalawat kepadamu, maka aku akan bersujud kepada Allah SWT dan aku tidak akan mengangkat kepalaku sehingga Allah SWT mengampuni orang itu.”
Kemudian Malaikat Izrail As. pun berkata, ”Bagi mereka yang bershalawat atasmu, akan aku cabut ruh mereka itu dengan selembut-lembutnya seperti aku mencabut ruh para nabi.”
Bagaimana kita tidak cinta kepada
Rasulullah SAW?
Sementara para malaikat memberikan
jaminan masing-masing untuk orang-orang yang bershalawat atas Rasulullah SAW.
Dengan kisah yang dikemukakan ini,
semoga kita tidak akan melepaskan peluang untuk selalu bershalawat kepada
pemimpin kita, cahaya dan pemberi syafaat kita, Nabi Muhammad SAW.
Mudah-mudahan kita menjadi
orang-orang kesayangan Allah SWT, Rasul, dan para MalaikatNya.
Semoga shalawat, salam, serta berkah
senantiasa tercurah ke hadirat Nabi kita, Rasul kita, cahaya kita, dan imam
kita, Muhammad al Musthafa SAW beserta seluruh keluarga, keturunan, dan
sahabat-sahabat beliau, dan seluruh kaum mukmin yang senantiasa untuk
melazimkan bershalawat kepada beliau.
Amin.
(Disarikan
dari buku : Hikayat-Hikayat Spiritual
Pencerahan Matahati “Nafas Cinta Ilahi”)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar