ILMU HIKMAH & THARIQAH ?
Oleh : pak Agus Balung
Siapapun orangnya pasti ingin tampil lebih dibanding dengan
orang lain. Ingin lebih ganteng, lebih cantik, lebih pinter, lebih disayang,
lebih berwibawa, lebih sakti, dan lain sebagainya. Itulah sebabnya, orang
biasanya tidak berpikir panjang lagi, apapun akan dia lakukan asalkan hasratnya
terpenuhi. Termasuk mengejar kemanapun
kabar tersiar, bahwan disuatu tempat ada seseorang yang mampu memenuhi
segala hajat tamunya, dengan syarat begini dan syarat begitu, baca ini sekian
kali, baca itu sekian kali. Apapun pasti dia lakukan, agar hajatnya tercapai.
Inilah yang biasanya disebut dengan istilah ilmu hikmah. Biasanya
orang yang memberikan amalan, atau yang menerima amalan ini dan itu, dengan
cara dibaca sekian kali dan sekian kali, dan dengan cara tertentu pula, menyebutnya dengan ilmu hikmah. Lalu kata
mereka, ilmu ini bisa untuk ini dan bisa untuk itu, dengan idzin Allah
tentunya, begitu katanya.
Lalu kemudian berkembanglah pertanyaan diantara kita, kalau
begitu apa bedanya antara ilmu hikmah dengan thariqah. Untuk menjawab itu,
berikut ini penjelasan yang saya kutip Masail Sufiyah
Ilmu hikmah dan thariqah itu bedanya seperti antara
langit dan bumi, sangat jauh perbedaanya. Dalam wilayah thariqah, ilmu hikmah seharusnya sudah jadi masa lalu,
sebab kata seorang Syeikh Abdul Jalil Mustaqim, “Ilmu Hikmah bisa menjadi hijab,” bagi penempuh Jalan sufi.
Kalau kita berdzikir dengan tujuan supaya rizki kita banyak,
ingin disayang lawan jenis, ingin sakti, ingin pangkat dan jabatan, berarti
dzikir kita tergolong ilmu hikmah, apa pun yang anda baca. Kenapa demikian? Karena tujuan dzikir kita tidak Lillahi Ta’ala, tetapi tujuan
dzikir anda agar supaya dapat rizki yang
banyak, supaya disayang lawan jenis, supaya sakti, supaya berwibawa, supaya
naik jabatan, dan lain sebagainya.
Ketika terbayang rizki yang banyak,
anda “kehilangan Allah” kan?
Ada juga para Ulama atau Mursyid yang mengijazahkan Ilmu
Hikmah kepada muridnya, tetapi tetap dalam “koridor tasawuf”. Dimaksud koridor tasawuf ini, ilmu tersebut
ketika diamalkan semata karena menjalankan perintah mursyidnya, bukan “hikmah dibalik ilmu” itu.
Dan mengamalkannya tetap Liwajhillah, Lillahi Ta’ala, hanya menuju
Allah Ta’ala, agar prosesi ruhaniyah dibalik dzikir itu tidak terhalang
(terhijab) oleh bayangan hikmah dibaliknya.
Seluruh ayat Al-Qur’an dijaga oleh para Malaikat, tetapi
ketika ayat-ayat Al-Qur’an itu digunakan untuk kepentingan hawa nafsu, maka
akan didomplengi oleh khadam Jin Islam. Dan hal yang demikian ini sangat
dijauhi oleh para Sufi.
Dzikir thariqah sendiri senantiasa bersanad secara
bersambung dari Mursyid ke Mursyid hingga sampai ke Rasulullah Saw, tanpa terputus. Tentu, berbeda dengan wirid
ilmu Hikmah.
Semoga yang sedikit ini dapat memberikan wawasan kita semua.
Wallahu a’lamu bisshowab
(Sumber : Masail
Sufiyah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar