BERDZIKIR ATAU BERDOA, SIH
?
Oleh
: pak Agus Balung
Suatu
ketika dalam sebuah guyonan di pos jaga dipojok perempatan jalan, seorang teman
bertanya : ‘’Apakah di dalam Al Qur’an ada perintah untuk berdoa sebanyak-banyaknya?’’
Teman yang satunya menjawab :
‘’tidak ada, yang ada ialah perintah
untuk berdzikir sebanyak-banyaknya.’’
Rupanya, teman tadi sedang galau tentang banyaknya orang
yang sangat suka berdoa, tetapi kurang berusaha. Sehingga, terasa kurang
menghargai karunia Allah yang telah
diberikan kepada kita untuk bekerja keras dalam menggapai tujuan.
Sebenarnya memang ada sih, perintah
Allah agar kita berdoa, tetapi tidak sebanyak perintah Allah agar
kita banyak banyak berdzikir.
Kita memang tidak menemukan perintah untuk berdoa
sebanyak-banyaknya. Bahkan para nabi dan rasul beserta para pengikutnya yang
sedang berjuang menegakkan agama Allah pun ketika sedang menghadapi masalah
tidak diperintahkan untuk berdoa, melainkan disuruh banyak-banyak berdzikir.‘’Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan berdzikirlah menyebut
(nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu memperoleh kemenangan.’’
(QS. Al Anfaal : 45)
Dan perintah itu diulang-ulang di
dalam berbagai ayat untuk kepentingan yang lebih umum. Bahwa, dalam kondisi apa
pun Allah memerintahkan kepada kita untuk memperbanyak dzikir. ‘’Hai orang-orang yang beriman,
berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya.’’
(QS. Al Ahzab: 41)
Kenapakah kita disuruh banyak
berdzikir dibandingkan minta tolong ? Agaknya
kita sudah bisa menebak alasan yang ada di baliknya.
Bahwa, orang yang terlalu sering
meminta tolong justru akan memperlemah daya juangnya sendiri. Sebaliknya, orang
yang banyak
berdzikir mengingat Allah akan menguatkan.
Berdzikir memiliki makna selalu merasa dekat dengan Allah secara lahiriah
maupun batiniah. Menyebut dengan lisan maupun mengingat dengan hati.
Ada perasaan selalu bersama
dengan-Nya kapan saja dan dimana saja, sehingga memunculkan rasa tenteram dan
percaya diri untuk memperoleh pertolongan dan perlindungan dari-Nya. ‘’(yaitu) orang-orang yang beriman dan
hati mereka menjadi tenteram dengan berdzikir kepada Allah, Ketahuilah, hanya
dengan mengingat Allah-lah hati manusia menjadi tenteram.’’ [QS. Ar
Ra’d: 28].
Di dalam dzikir itu, sebenarnya
sudah terkandung doa meminta pertolongan dan perlindungan kepada-Nya. Tetapi
tidak semata-mata diungkapkan sebagai permintaan tolong yang berkepanjangan.
Yang seringkali, justru melemahkan
motivasi untuk berjuang dan bekerja keras mencapai tujuan. Allah sudah
memberikan segala anugerah berupa kecerdasan, ilmu pengetahuan, kekuatan,
kekuasaan, rezeki, dan sebagainya yang harus kita gunakan secara maksimal.
Dalam kerja keras dan perjuangan itulah Allah bakal menilai kita apakah kita
pantas memperoleh karunia yang lebih besar lagi.
Karena itu tidak heran, Allah
menginformasikan kepada kita bahwa ganjaran surga pun bakal diberikan kepada
orang-orang yang telah berusaha dan bekerja keras. Bukan kepada orang-orang
yang gemar berdoa sambil bemalas-malasan. ‘’Apakah kamu mengira akan masuk surga, padahal belum terbukti bagi
Allah orang-orang yang berjuang di antaramu, dan belum terbukti orang-orang
yang sabar.’’ [QS. Ali
Imran: 142].
Dengan kata lain, lha wong belum berjuang dan
berusaha keras untuk mencapainya, kok
sudah berangan-angan dapat surga.
Demikian pula, belum terbukti bisa
menaklukkan masalah dengan penuh kesabaran, kok sudah berharap kesuksesan. Bukan begitu. Hanya
orang-orang yang pantas dapat kesuksesanlah yang bakal diberi kesuksesan oleh
Allah. Dan hanya orang-orang yang pantas memperoleh kegagalanlah yang akan
diberi kegagalan oleh-Nya.
Dalam ayat berikut ini, Allah juga
memberikan informasi semacam itu. Kita dipersilakan untuk memilih menjadi orang
yang mau maju atau mau mundur. Semua bergantung kepada kita sendiri. Setiap diri
bertanggungjawab sepenuhnya atas keputusan yang diambilnya. Liman syaa-a minkum an yataqaddama au
yata-akhkhar. Kullu nafsin bimaa kasabat rahiinah – Bagi siapa saja diantara
kalian yang mau maju atau mau mundur (silakan). Setiap diri bertanggungjawab
atas apa yang diperbuatnya..! [QS. Al Mudatstsir: 37-38]
Maka dalam konteks dzikir dan doa
ini, kita diajari untuk melakukannya secara proporsional. Dzikir dianjurkan
dilakukan sebanyak-banyaknya agar jiwa kita selalu ‘nyambung’ dengan Allah. Maka, ketika jiwa sudah tersambung
kepada-Nya, doa tidak perlu banyak-banyak, sudah sangat mustajab. Karena
jiwanya telah terisi penuh oleh eksistensi Allah.
Sebaliknya, tidak sedikit orang yang
berdoa tetapi jiwanya tidak tersambung kepada Allah. Dzikirnya buruk, karena
tidak sepenuh hati, sehingga jiwanya pun jauh dari Allah. Bagaimana mungkin doa
yang demikian bisa terkabul. Lha wong
doa itu hanya meluncur dari lisannya, tanpa melibatkan hatinya. Sementara
itu, Allah mengajari agar kita tidak lalai saat berdzikir kepada-Nya dengan
merendahkan suara maupun berbisik-bisik mesra di dalam jiwa.
‘’Dan berdzikirlah menyebut (nama) Tuhanmu di dalam
jiwamu, dengan merendahkan diri dan rasa takut serta dengan tidak mengeraskan
suara, di waktu pagi dan petang hari. Dan janganlah kamu termasuk orang-orang
yang lalai.’’ [QS. Al A’raaf: 205].
Subhanallah, para saudaraku
semuanya, untuk itu marilah kita
merenung, bertanya pada diri kita masing masing sudahkah hati kita ini
tersambung pada Allah pada saat kita berdzikir dan berdoa pada Allah.. Semoga
dan insya Allah demikian adanya, amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar