TUYUL MENURUT PANDANGAN ISLAM
Oleh
: pak Agus Balung
Menarik sekali dialog antara Mama Dedeh dengan
Rahmatullah, salah seorang peserta Aksi
Indosiar yang ditayangkan secara live saat sahur, selama bulan Ramadhan 2013
yang baru lalu, tepatnya setiap pukul 02.00 dini hari sampai saat subuh. Dialog
tersebut antara lain sebagaimana berikut
: “Menurut kamu, tuyul itu “Mitos”
atau “Realitas”….? Tanya Mama Dedeh pada Rohmatullah. Lalu
Rahmatullaoh menjawab : “Mitos, mama”.
Dan jawaban tersebut dibenarkan oleh beliau. Nah, berkaitan dengan hal tersebut, kali ini
kita mencoba mengupas tentang “Tuyul”, ditinjau dari kacamata Islam.
Sebagian orang menyangka, segala
sesuatu yang berbau klenik, akan
menyusut sejalan dengan perkembangan teknologi. Padahal sejak kapan ada
hubungan antara teknologi dengan tahayul dan kesyirikan. Penyakit klenik dan
syirik yang dilakukan msyarakat bisa saja muncul tanpa memandang waktu dan
tempat. Bahkan bisa jadi lebih canggih dari pada klenik masa silam, sejalan
dengan kecanggihan dunia IT. Kita bisa
saksikan, berbagai situs kesyirikan banyak tersebar di sekitar kita, dan masih tumbuh subur, dipasarkan melalui internet lagi.
Dan termasuk salah satu “tanda
tanda akhir zaman”, adalah kesyirikan yang pernah ada di
zaman jahiliyah, akan muncul kembali di tengah manusia.
Apa itu Tuyul
Fenomena tuyul, tak jauh beda dengan
Nyi Roro Kidul. Dia adalah jin, yang dilaporkan pernah dilihat
oleh manusia dengan penampakan seperti anak kecil yang gundul, yang suka mencuri, kemudian mereka
istilahkan dengan tuyul. Sehingga
kata ‘tuyul’
sejatinya merupakan nama yang murni diberikan masyarakat. Sebagaimana ada jin
yang menjelma seperti sosok berbalut kain mori, yang kemudian diistilahkan
dengan pocong.
Sekaligus kita tekankan di sini,
bahwa usaha untuk mencari hakikat nama-nama ‘makhluk halus’ yang
tersebar ditengah masyarakat, seperti tuyul, gendoruwo, kuntilanak, pocong, dan
sebagainya, adalah sangat tidak penting. Bahkan layak
dikatakan sia-sia, 100% membuang-buang
waktu dan pikiran. Karena sedikit pun kita tidak akan mendapatkan manfaat dari
informasi tersebut. Kita yang memahami
asal-usul Nyi Roro Kidul, atau kuntilanak, dan semacamnya, sama sekali tidak
akan membuat kita jadi kaya atau tambah
rajin ibadah. Kita cukup meyakini bahwa itu jin yang menjelma menjadi bentuk yang
lain dan kebetulan bisa diindera, bisa dilihat oleh manusia.
Bagaimana Mekanisme Tuyul Mencuri ?
Seperti layaknya jin, sosok yang
disebut tuyul, juga bisa memindahkan barang. Hanya saja, antara satu jin dengan
jin lainnya, berbeda kemampuannya, sebagaimana layaknya manusia. Ada jin yang
bisa memindahkan barang berat, sebagaimana ada manusia yang bisa angkat berat.
Jin juga bisa mencuri sebagaimana manusia bisa mencuri.
Kasus jin yang mencuri ini, tidak hanya
muncul di masyarakat jawa. Di zaman Nabi-pun peristiwa ini pernah terjadi.
Diantaranya peristiwa yang dialami Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ketika beliau ditugasi Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam untuk menjaga zakat ramadhan. Malam harinya datang
seorang pencuri dan mengambil makanan. Dia langsung ditangkap oleh Abu
Hurairah. “Akan aku laporkan kamu ke Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam.” Orang inipun memelas. Minta dilepaskan karena dia sangat
membutuhkan dan punya tanggungan keluarga. Dilepaslah pencuri ini. Siang
harinya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada Abu Hurairah
tentang kejadian semalam. Setelah diberi laporan, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda: “Dia dusta, dia akan kembali lagi.” Benar, di
malam kedua dia datang lagi. Ditangkap Abu Hurairah, dan memelas, kemudian
beliau lepas. Malam ketiga dia datang lagi. Kali ini tidak ada ampun. Orang
inipun minta dilepaskan. “Lepaskan aku, nanti aku ajari bacaan yang bermanfaat
untukmu.” Kemudian dia mengajarkan bacaan ayat kursi sebelum tidur.
Di pagi harinya, kejadian ini
dilaporkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. kemudian beliau
bersabda: “Kali ini dia benar, meskipun aslinya dia pendusta.” (HR.
Bukhari 2311)
Yang ditangkap oleh Abu Hurairah
waktu itu adalah jin yang menjelma menjadi bentuk lain. Ketika menjelaskan
hadis ini, al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan, “Jin terkadang menjelma dengan
berbagai bentuk sehingga memungkinkan bagi manusia untuk melihatnya…” (Fathul Bari, 4:489).
Apakah Ada Yang Nyuruh?
Bisa jadi ada yang nyuruh, bisa juga karena si jin iseng
sendiri, atau kadang karena memang mereka butuh makanan seperti dalam hadis Abu
Hurairah di atas.
Kasus orang yang merawat tuyul juga
pernah terjadi di masa silam. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pernah menyebutkan
tentang al-Hallaj – tokoh sufi yang mengaku telah menyatu dengan tuhannya – ,
وكان صاحب سيمياء وشياطين تخدمه
أحياناً، كانوا معه (بعض أتباعه) على جبل أبي قبيس، فطلبوا منه حلاوة، فذهب إلى
مكان قريب، وجاء بصحن حلوى، فكشفوا الأمر فوجدوا ذلك قد سرق من دكان حلاوي باليمن،
حمله شيطان تلك البقعة
Al-Hallaj memiliki atribut khusus,
terkadang setan membantunya. Seuatu ketika, dia bersama pengikutnya di bukit
Abu Qubais, kemudian pengikutnya minta manisan. Kemudian al-Hallaj pergi ke
tempat tertentu yang tidak jauh dari markasnya, lalu dia kembali dengan membawa
sepiring manisan. Masyarakat pun mencari tahu kejadian sejatinya, ternyata
sepiring makanan itu berasal dari toko manisan di Yaman, yang dibawa oleh setan
ke tempat itu. (Alam Jin wa asy-Syayathin, Hal. 93).
Wallhu a’lam bishowab