Oleh : pak Agus
Balung
Pada suatu ketika
datanglah seseorang kepada sahabat Rasulullah yang bernama Ibnu Mas’ud r.a.
meminta nasehat, katanya: ” Wahai Ibnu Mas’ud, berilah nasehat yang
dapat kujadikan obat bagi jiwaku yang sedang gelisah. Dalam beberapa hari ini,
aku merasa tidak tenteram, jiwaku gelisah dan fikiranku kusut, makan tak enak,
tidurpun tak nyenyak.”
Maka Ibnu Mas’ud menasehatinya,
katanya:” Kalau penyakit itu yang menimpamu, maka bawalah hatimu mengunjungi
tiga tempat, yaitu ketempat orang membaca Al Quran, engkau baca Al Quran atau
engkau dengar baik-baik orang yang membacanya; atau engkau pergi ke pengajian
yang mengingatkan hati kepada Allah; atau engkau cari waktu dan tempat yang
sunyi, disana engkau berkhalwat menyembah Allah, umpama di waktu tengah malam
buta, di saat orang sedang tidur nyenyak, engkau bangun mengerjakan shalat
malam, meminta dan memohon kepada Allah ketenangan jiwa, ketentraman fikiran
dan kemurnian hati. Seandainya jiwamu belum juga terobati dengan cara ini,
engkau minta kepada Allah, agar diberi-Nya hati yang lain, sebab hati yang kamu
pakai itu, bukan lagi hatimu.”
Setelah
orang itu kembali kerumahnya, diamalkannyalah nasihat Ibnu Mas’ud r.a. itu. Dia
pergi mengambil wudhu kemudian diambilnya Al Quran, terus dia baca dengan hati
yang khusyu. Selesai membaca Al Quran, berubahlah kembali jiwanya, menjadi jiwa
yang aman dan tenteram, fikirannya tenang, kegelisahannya hilang sama sekali.
Tentang
keutamaan dan kelebihan membaca Al Quran, Rasulullah telah menyatakan dalam
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, yang maksdunya
demikian:” Ada dua golongan manusia yang sungguh-sungguh orang dengki
kepadanya, yaituorang yang diberi oleh Allah Kitab Suci Al Quran ini, dibacanya
siang dan malam; dan orang yang dianugerahi Allah kekayaan harta, siang dan
malam kekayaan itu digunakannya untuk segala sesuatu yang diridhai Allah.”
Di
dalam hadits yang lain, yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim pula,
Rasulullah menyatakan tentang kelebihan martabat dan keutamaan orang membaca Al
Quran, demikian maksudnya:” Perumpamaan orang Mu’min yang membaca Al
Quran, adalah seperti bunga utrujjah, baunya harum dan rasanya lezat; orang
Mu’min yang tak suka membaca Al Quran, adalah seperti buah korma, baunya tidak
begitu harum, tetapi manis rasanya; orang munafiq yang membaca Al Quran ibarat
sekuntum bunga, berbau harum, tetapi pahit rasanya; dan orang munafiq yang
tidak membaca Al Quran, tak ubahnya seperti buah hanzalah, tidak berbau dan
rasanya pahit sekali.”
Dalam
sebuah hadits, Rasulullah juga menerangkan bagaimana besarnya rahmat Allah
terhadap orang-orang yang membaca Al Quran di rumah-rumah peribadatan (mesjid,
surau, mushalla dan lain-lain). Hal ini dikuatkan oleh sebuah hadits yang
masyur lagi shahih yang berbunyi sebagai berikut:” Kepada kaum yang suka berjamaah
di rumah-rumah peribadatan, membaca Al Quran secara bergiliran dan ajar megajarkannya
terhadap sesamanya, akan turunlah kepadanya ketenangan dan ketenteraman, akan
berlimpah kepadanya rahmat dan mereka akan dijaga oleh malaikat, juga Allah
akan mengingat mereka” (diriwayatkan oleh Muslim dan Abu Hurairah).
Dengan
hadits di atas nyatalah, bahwa membaca Al Quran, baik mengetahui artinya
ataupun tidak, adalah termasuk ibadah, amal shaleh dan memberi rahmat serta
manfaat bagi yang melakukannya; memberi cahaya ke dalam hati yang membacanya
sehingga terang benderang, juga memberi cahaya kepada keluarga rumah tangga
tempat Al Quran itu dibaca.
Di
dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Baihaqi dari Anas r.a. Rasulullah
bersabda : “Hendaklah kamu beri nur (cahaya) rumah tanggamu dengan sembahyang dan
dengan membaca Al Quran.”
Di
dalam hadits yang lain lagi, Rasulullah menyatakan tentang memberi cahaya rumah
tangga dengan membaca Al Quran itu. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Daru
Quthi dari Anas r.a. Rasulullah memerintahkan : “Perbanyaklah membaca Al Quran di
rumahmu, sesungguhnya di dalam rumah yang tak ada orang membaca Al Quran, akan
sedikit sekali dijumapi kebaikan di rumah itu, dan akan banyak kejahatan, serta
penghuninya selalu merasa sempit dan susah.”
Mengenai pahala membaca Al Quran, Ali bin Abi Thalib mengatakan bahwa, tiap-tiap orang yang membaca Al Quran dalam sembahyang, akan mendapat pahala lima puluh kebajikan untuk tiap-tiap huruf yang diucapkannya; membaca Al Quran di luar sembahyang dengan berwudhu, pahalanya dua puluh lima kebajikan bagi tiap-tiap huruf yang diucapkannya; dan membaca Al Quran di luar sembahyang dengan tidak berwudhu, pahalanya sepuluh kali kebajikan bagi tiap-tiap huruf yang diucapkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar