MENSUKURI
NIKMAT ALLAH
Oleh : pak
Agus Balung
Seratus tahun yang lalu,
pernahkah kita membayangkan hidup di dunia seperti sekarang ini? Pernahkah kita
membayangkan memiliki tubuh seperti tubuh kita sekarang ?
Pernahkah kita
membayangkan memiliki wajah seperti wajah kita sekarang ? Punya telinga yang bisa mendengar, punya mata
yang bisa melihat, punya tangan yang bisa bergerak, punya kaki yang bisa
menyangga ?
Maka nikmat Allah yang manakah yang
kita dustakan ?
Bayangkan, indahnya masa kecil kita.
Saat itu kita bebas tertawa, bergembira, dan penuh suka cita.
Senyum kita mengembang, tawa kita riang, semuanya ikut senang.
Padahal saat itu kita belum punya apa-apa.
Padahal saat itu kita masih sangat lemah.
Padahal saat itu kita masih bergantung sepenuhnya.
Saat itu kita bebas tertawa, bergembira, dan penuh suka cita.
Senyum kita mengembang, tawa kita riang, semuanya ikut senang.
Padahal saat itu kita belum punya apa-apa.
Padahal saat itu kita masih sangat lemah.
Padahal saat itu kita masih bergantung sepenuhnya.
Maka nikmat Allah yang manakah yang
kamu dustakan ?
Lalu mengapa kini kita merasa susah?
Mengapa kini kita merasa terbebani dengan kesulitan yang kita hadapi?
Mengapa kita merasa terpuruk di dalam usaha?
Mengapa kita merasa kehilangan kesempatan dan peluang?
Mengapa kita merasa krisis keuangan?
Mengapa kita merasa terjepit dan tertimpa musibah dan kehancuran hidup?
Mengapa kita merasa menjadi korban?
Mengapa kita merasa sesak nafas seolah semangat dan gairah hidup timbul tenggelam?
Mengapa kini kita merasa terbebani dengan kesulitan yang kita hadapi?
Mengapa kita merasa terpuruk di dalam usaha?
Mengapa kita merasa kehilangan kesempatan dan peluang?
Mengapa kita merasa krisis keuangan?
Mengapa kita merasa terjepit dan tertimpa musibah dan kehancuran hidup?
Mengapa kita merasa menjadi korban?
Mengapa kita merasa sesak nafas seolah semangat dan gairah hidup timbul tenggelam?
Lalu, pantaskah kita merasa
demikian?
”Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah
supaya kamu beruntung.” (al-A’raf : 69).
Mana senyummu?
Mana tawamu?
Mana sukacitamu?
Mana bahagiamu?
Mana syukurmu?
Mana tawamu?
Mana sukacitamu?
Mana bahagiamu?
Mana syukurmu?
…….”Jika engkau bersyukur, maka akan
Ku-tambahkan (nikmat-Ku), dan jika engkau kufur (ingkar), sesungguhnya siksa-Ku
amat pedih. (Ibrahim : 7).
Orang yang pandai bersyukur,
hidupnya mujur dan makmur.
Orang yang tidak pandai bersyukur, hidupnya hancur lebur.
Orang yang tidak pandai bersyukur, hidupnya hancur lebur.
Dan sesungguhnya telah Kami berikan
hikmah kepada Lukman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa
yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya
sendiri; dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha
Kaya lagi Maha Terpuji”. (Luqman : 12).
Mudah mudahan kita tergolong dalam
golongan ornag orang yang pandai bersyukur. Amin.
2 komentar:
jom join
http://www.iuzira.com/2013/05/10-blogger-comel-di-malaysia.html
Terima kasih iu-hazirah, salam silaturahim....
Posting Komentar