Oleh : pak
Agus Balung
Puluhan
tahun ia menganut aliran kepercayaan Kejawen. Suatu hari ia ingin mati dalam keadaan Islam. Sejak itulah, wanita bernama Wiyanty ini bersaksi bahwa Allah adalah Tuhanku, dan Muhammad Rasulku. Berikut ini penuturan kisahnya.
Saya terlahir dari keluarga penganut
aliran kepercayaan Kejawen, yaitu ajaran spiritual asli leluhur tanah Jawa,
yang belum terkena pengaruh budaya atau agama dari luar. Aliran kepercayaan ini
mengajarkan tentang adanya Tuhan Yang Maha Esa dan nilai-nilai kebajikan. Keluarga
saya berasal dari Jawa. Kedua orangtua saya penganut ajaran leluhur itu, hingga
ajal menjemput mereka.
Ketika masih remaja, sekitar umur 15
tahun, saya sedikit demi sedikit mulai bertanya tentang Islam. Waktu itu, di
rumah saya, ada seorang pembantu rumah tangga beragama Islam. Saya bertanya
kepada dia soal ajaran-ajaran dalam agama Islam, termasuk masalah wudhu yang
dilakukan sebelum shalat.
Pembantu saya bilang, Orang shalat
harus ber-wudhu dulu yakni mencuci bagian tubuh agar bersih. Sejak itulah saya
mulai tertarik pada Islam. Saya berpikir bahwa Islam ternyata sangat menghargai
kebersihan.
Saya belajar wudhu, shalat, baca
al-Quran, dan sebagainya kepada pembantu saya. Hal ini berlangsung hingga
puluhan tahun. Saya menikah dan kemudian dikaruniai tiga orang anak. Saya
menikah dengan seorang penganut agama Katolik tapi suami saya tidak bisa
memaksakan saya untuk ikut agamanya kala itu. Saya dikaruniai tiga anak dan
lima cucu. Ketiganya memeluk agama yang berbeda. Satu diantaranya beragama
Katolik. Dua lainnya beragama Budha. Mereka disekolahkan di sekolah Katolik
sejak kecil.
Di samping saya belajar tentang
Islam pada pembantu, saya juga sering menonton acara pengajian di televisi.
Hingga suatu hari saya menonton sebuah acara religi di salah satu stasiun
televisi swasta. Waktu itu mengupas seputar profil Yayasan Haji Karim Oei,
yaitu sebuah yayasan yang menampung para muallaf dari etnis Tionghoa.
Di tempat itulah saya kemudian
secara intens mempelajari agama Islam. Setidaknya, satu kali atau dua kali
dalam seminggu saya berkonsultasi tentang agama Islam. Saya kemudian berpikir
bahwa suatu hari saya akan meninggal. Persoalannya, ke mana saya akan berpijak
setelah meninggal? Sebab, ibaratnya, saya ini masih berada dalam persimpangan
jalan. Karena itu perlu ada kejelasan bagi saya.
Hingga akhirnya, pada tahun 2002,
saya merasa yakin untuk memeluk agama Islam. Saya lalu mengikrarkan diri di
hadapan umat Islam di Masjid Lautze, di kawasan Pasar Baru, Jakarta Pusat,
untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. “Asyhadu allaa ilaaha ill-Allah. Wa
asyhadu anna Muhammad Rasulullah.”
Respon Suami
Setelah memeluk Islam, suami saya
meresponsnya biasa-biasa saja. Ia sudah tahu bahwa saya tidak mau ikut agama
yang dia anut. Ia juga tahu bahwa saya sejak dulu tertarik pada Islam.
Saya masuk Islam bukan karena
ikut-ikutan. Maka, saya juga tidak ingin mengajak orang untuk masuk Islam
karena ikut-ikutan. Sebab, pintu hidayah itu datangnya dari Allah. Agama itu
ibaratnya sebuah jalan. Jalan kan banyak. Tinggal kita mau mengambil
jalan mana. Kita mau melangkah di sebelah mana. Dan, Islam adalah satu dari
sekian banyak jalan yang ada. Semua terserah mereka. Yang terpenting, saya
ingin menjalankan agama saya ini dengan sepenuh hati. Saya ingin memberi contoh
pada keluarga saya, bahwa agama yang saya anut sangat baik. Saya ingin memberi
gambaran tentang ajaran Islam melalui perilaku yang saya kerjakan setiap hari.
Saya juga merasa belum begitu baik memahami tentang Islam. Saya masih banyak
belajar.
Untuk melengkapi pengetahuan, saya
sering mendengarkan acara pengajian di televisi dan radio. Salah satu acara
favorit saya adalah pengajian yang disampaikan oleh Mamah Dedeh. Bisa dibilang
bahwa saya ini pengagum beliau. Setiap hari saya menonton acara tersebut. Di
samping itu saya juga sering menghadiri acara-acara pengajian yang lain. Setiap
ada undangan pengajian, terutama di bulan Ramadhan, saya selalu datang.
Hingga kini saya merasa kesulitan
untuk mempelajari al-Quran, karena al-Quran berbahasa Arab, sementara bahasa
Arab sulit dipelajari. Maka dari itu, untuk menyiasatinya, saya mempelajari
al-Quran yang terjemahan bahasa China. Saya merasa lebih mudah paham
mempelajari al-Quran terjemahan berbahasa China.
Islam bagi saya adalah agama yang
cinta damai. Hanya saja, agama Islam di Indonesia tercemar lantaran umatnya
yang tidak menjalankan ajaran agama dengan sungguh-sungguh. Banyak kalangan di
luar Islam menganggap jelek pada Islam, dikarenakan banyak kasus-kasus kriminal
dilakukan oleh umat Islam sendiri. Kalau umat Islam benar-benar menjalankan
ajarannya dengan baik, hal-hal jelek pasti dapat dihindari.
Misalnya saja; Islam sangat
menghargai tentang kebersihan. Sebelum shalat kita harus ber-wudhu. Kita cuci
tangan, muka, kepala, kuping, dan kaki. Itu artinya bahwa Islam adalah agama yang
menghormati nilai-nilai kebersihan. Kita juga diwajibkan untuk shalat lima
waktu. Semua waktu shalat itu sesuai dengan kebutuhan kita, dan ujung-ujungnya
akan bermanfaat untuk kita.
Shalat adalah ibadah wajib yang
tidak hanya akan memperoleh pahala, tapi juga bisa membuat yang mengerjakannya
merasa tenang. Hati saya merasa tenang setelah melakukan shalat. Di samping
itu, shalat juga menyegarkan kondisi kejiwaaan kita. Bayangkan saja, misalnya,
ketika di siang hari kita merasa penat dengan segudang pekerjaan, terus kita
berwudhu dan shalat Dzuhur. Hati dan jiwa tentu akan tenang dan enak.
Terlebih pada shalat Subuh. Shalat
Subuh mengajarkan kita untuk disiplin. Islam adalah agama yang menguji
keseriusan bagi umatnya. Di saat kita terlelap tidur, kita diwajibkan untuk
shalat Subuh. Nah, Islam ternyata agama yang mengajarkan kesehatan jiwa dan
raga.
Islam juga mengharuskan umatnya
untuk berpuasa di bulan Ramadhan. Selama ini, setelah memeluk Islam, saya
merasa senang menjalankan ibadah puasa. Sebab, dalam puasa, banyak manfaat yang
saya peroleh. Saya merasa sangat gembira ketika bulan Puasa datang. Saya seakan
diuji. Saya diuji untuk tidak makan pada siang hari. Saya diuji untuk bangun
malam guna makan sahur. Yang paling penting lagi adalah saya diuji untuk bisa
menaham marah dan nafsu. Hal semacam ini saya temukan hanya dalam agama Islam.
Islam adalah agama hebat dan
lengkap. Islam mengajarkan semua sendi kehidupan, mulai soal ibadah,
pernikahan, maupun ahli waris. Islam mengajarkan tentang kepekaan sosial. Orang
kaya diwajibkan untuk membayar zakat. Anak-anak yatim harrus dipelihara dan
dikasihi. Ada hitungan-hitungan (nishab) yang jelas soal zakat. Kita
tidak sembarangan memberi zakat wajib. Dalam Islam ada juga namanya
sedekah sebagai pemberian yang bersifat sunnah. Semuanya diatur dengan lengkap.
Semua ibadah dalam agama Islam juga
sangat sederhana. Tidak ruwet. Sebut saja misalnya tentang kewajiban menangani
orang yang sudah meninggal dunia. Ketika seseorang meninggal dunia, jenazahnya
harus langsung dikuburkan. Tidak perlu diinapkan hingga berhari-hari dan
dipindahkan ke beberapa tempat seperti agama lain. Sekali lagi, bagi saya,
Islam itu agama yang sangat simpel. Tidak banyak aturan yang memberatkan
umatnya.
Jika dibandingkan dengan agama lain,
Islam sangat lengkap. Dalam ajaran Kejawen, misalnya, jauh sekali bedanya. Di
Kejawen tidak ada aturan hukum yang jelas, kurang menghargai kebersihan, ibadah
tidak lengkap, dan sebagainya. Namun begitu, saya tetap menghargai perbedaan
kepercayaan dan agama dengan yang lain. Karena pada prinsipnya, Islam
mengajarkan toleransi pada setiap umat beragama.
Meski saya sudah beragama Islam,
saya tetap bergaul dengan teman-teman penganut agama lain. Islam mengajarkan
kebaikan. Karena itu, setelah kita masuk Islam, kita harus lebih baik lagi
kepada orang lain. Itu yang lebih penting.
Subhanallah……………..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar