Oleh : pak
Agus Balung
Namanya hidup tak pernah sepi dari ujian. Namun, semuanya akan menjadi ringan, jika ada seseorang yang bersedia menjadi teman.
Dalam hidup, kadang
ujian atau bencana tiba-tiba terjadi dan mengoyak-ngoyak kebahagiaan yang sedang melingkupi.
Kenyataannya, banyak orang tak siap
menghadapi perubahan mendadak yang sangat mengganggu kenyamanan ini. Banyak
yang terhempas dalam rasa sakit hati, marah, atau terjebak dalam kebingungan.
Seperti yang dialami seorang kerabat. Disaat tengah merancang masa depan yang lebih baik dengan merencanakan membeli sebuah rumah, sang istri tiba-tiba saja mendapat kabar bahwa pekerjaan yang biasa dikerjakannnya secara online di rumah, diberhentikan secara sepihak, beserta alasan yang tak masuk akal. Sementara penghasilan yang didapatkan sang istri dari pekerjaan online tersebut lumayan besar.
Artinya, hampir separuh dari penghasilan yang diharapkan dapat digunakan untuk mencicil biaya pembelian rumah kini hilang. Suami-istri ini pun merasa sangat kecewa, kalau tidak boleh dikatakan marah. Merasa dikhianati tetapi tak mampu berbuat apa-apa. Karena, pekerjaan tersebut pun berakad kepercayaan. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah,”Bagaimana selanjutnya?”
Seperti yang dialami seorang kerabat. Disaat tengah merancang masa depan yang lebih baik dengan merencanakan membeli sebuah rumah, sang istri tiba-tiba saja mendapat kabar bahwa pekerjaan yang biasa dikerjakannnya secara online di rumah, diberhentikan secara sepihak, beserta alasan yang tak masuk akal. Sementara penghasilan yang didapatkan sang istri dari pekerjaan online tersebut lumayan besar.
Artinya, hampir separuh dari penghasilan yang diharapkan dapat digunakan untuk mencicil biaya pembelian rumah kini hilang. Suami-istri ini pun merasa sangat kecewa, kalau tidak boleh dikatakan marah. Merasa dikhianati tetapi tak mampu berbuat apa-apa. Karena, pekerjaan tersebut pun berakad kepercayaan. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah,”Bagaimana selanjutnya?”
Di sinilah diperlukannya kemampuan untuk saling menguatkan pada diri masing-masing pasangan, yaitu suami istri. Jangan biarkan salah satu pihak tenggelam dalam kesedihan atau bahkan menyalahkan dirinya atas musibah yang terjadi. Namun, yang dibutuhkan, justru adalah sikap untuk saling menguatkan hati, menumbuhkan kembali semangat, kemudian bersama-sama mengantisipasi kondisi yang terjadi.
Karena, tawakal dan keimanan atas
segala hal yang terjadi, bukan bangkit dengan sendirinya. Namun, juga atas
dorongan dan dukungan dari sesama orang beriman yang ada di sekitar kita.
Hingga segala sesuatunya akan terasa masuk akal dan lebih ringan untuk
dihadapi, manakala ada orang yang menemani dan membantu kita keluar dari emosi,
menuju logika yang lebih mudah dipahami.
Allah berfirman: “Dan sungguh, akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, ‘Innaalillaahi
wa innaa ilahi rooji’uun.” (Al-Baqarah : 155-156).
Bila ujian atau bahkan bencana itu kemudian datang menimpa, maka inilah saatnya untuk menata kehidupan kembali dari awal. Menyempurnakan segala sesuatu yang mungkin pernah terlewat dan membuat pasangan kita merasa tak dijadikan bagian dari yang kita putuskan. Juga saat yang tepat untuk menguatkan ikatan kebersamaan dan pengertian antara kita dan pasangan, juga dengan anggota keluarga lainnya.
Awal untuk Berubah
Tragedi bukan berarti kehidupan atau
harapan berakhir begitu cepat, tetapi garis awal untuk segera memulai sesuatu
yang begitu lama kita tunda untuk memulainya. Seperti dalam kasus suami-istri
di atas. Musibah yang menimpa mereka berupa putusnya pekerjaan adalah momentum
untuk segera mengambil langkah-langkah baru untuk memulai pekerjaan lain yang
lebih besar. Bahkan untuk mulai berpikir membangun usaha mandiri agar tak lagi
bergantung pada keputusan pihak lain.
Pemikiran-pemikiran baru serta
langkah-langkah berani memang harus diambil. Namun, ini semua tak akan menjadi
kenyataan manakala ada salah satu dari pasangan yang masih setia diam di
tempat. Apalagi memaksakan diri berdamai dengan kenyataan yang sejatinya masih
dapat diubah. Setiap pasangan harus benar-benar menyadari bahwa hidup bukanlah
sekadar harus dijalani. Namun, perjuangan membuat arti dan keberanian mengubah
keadaaan, itulah yang membuat Allah mempercayakan kita menjadi khalifah.
Sebuah peristiwa yag terjadi di
negara bagian Alabama, Amerika Serikat mungkin dapat menjadi inspirasi. Di
negara bagian tersebut terdapat sebuah kota yang terkenal sebagai penghasil
kapas terbesar di Amerika. Perkebunan kapas yang luas pun menjadi kebanggaan
kota tersebut sekaligus menjadi mata pencaharian utama penduduknya.
Suatu hari terbanglah seekor kumbang
kapas Meksiko ke kota tersebut, terbawa oleh tiupan angin. Kumbang kapas
Meksiko yang terkenal ganas ini kemudian bertelur dan membuat koloni pemusnah
kapas. Tak ayal, serbuan kumbang kapas membuat ribuan hektar perkebunan kapas
rusak berat dan akhirnya musnah. Semua orang berduka karena penghasilan mereka
lenyap dan kebanggaan kota mereka musnah. Begitu banyak pertanyaan, kekecewaan,
bahkan kemarahan yang terjadi. Mengapa sesuatu yang begitu besar dan telah
mereka bangun bertahun-tahun dapat sirna begitu cepat hanya karena mahluk yang
terlihat sangat kecil?
Namun, beberapa tahun kemudian,
sebuah tugu didirikan. Yang menarik, patung yang dipahat di atas tugu tersebut
berbentuk kumbang kapas! Mengapa binatang yang telah memporak-porandakan
kehidupan warga tersebut justru dijadikan lambang kota?
Ternyata, dimasa-masa sulit ketika
kapas tak lagi bisa diandalkan, para penduduk mulai bercocok tanam dengan
menanam buah-buahan dan sayur-sayuran. Tanpa mereka kira, tanah yang mereka
miliki adalah tanah yang baik untuk perkebunan sayur dan buah-buahan. Kini,
kota di negara bagian Alabama tersebut telah menjelma menjadi kota penghasil
buah dan sayur terbesar di Amerika Serikat.
Inilah gambaran kehidupan kita di
dunia. Apa yang kita miliki saat ini hanyalah sementara. Allah dengan mudah
mengambil apa saja yang menjadi milik-Nya, kapan saja. Karena itu, sebagai
orang yang beriman, dalam kehidupan sehari-hari, dalam berumah tangga, kita pun
harus siap untuk menghadapi kemungkinan terburuk yang akan terjadi.
Seperti kisah yang juga pernah
dialami oleh sepasang suami-istri yang baru saja menikah. Saat akan menikah,
sang suami memiliki jabatan yang cukup penting di perusahaannya dan memiliki
penghasilan yang besar. Namun, pailit menimpa perusahaan sehingga akhirnya sang
suami pun kehilangan pekerjaan. Walaupun tak berusaha menutupi duka, mereka
masih bisa berkelakar, “Sekarang skor kami kosong-kosong. Siap memulai hidup
yang benar-benar baru dari keadaan kosong.”
Ya, karena hidup memang bukan
menjadi berarti ketika kita memiliki kartu terbaik dalam hidup. Namun, ia akan
menjadi yang terbaik manakala kita dapat menggunakan kartu apapun dengan cara
yang terbaik. Karena itu, tetaplah bergandengan tangan, berprasangka baik
kepada Allah, dan semakin mengokohkan langkah untuk semakin mengerti, bahwa
inilah jalan perjuangan yang tak pernah sepi dari ujian. Namun, semuanya akan
menjadi ringan, jika ada seseorang yang bersedia menjadi teman.
Untuk menjadi bahan renungan dan
semoga bermanfaat bagi kita semua, amin. Insya Allah
1 komentar:
betul sekali dan memang harus seperti itu dan INSYA ALLAH dengan keyakinan qt kepadaNYA semuanya bisa menjadi lebih baik lagi. amin....
Posting Komentar