Oleh : pak
Agus Balung
Seorang
shahabat yang bernama Ibnu Mas’ud berkata: “Pada suatu malam, kami bersama
Rasulullah SAW. Tiba-tiba kami kehilangan beliau, kami berusaha mencarinya di
lembah-lembah dan lorong-lorong. Kami sempat beranggapan bahwa beliau telah
diculik atau disembunyikan. Dan malam itu kami lalui dengan kegelisahan. Tapi
ketika pagi tiba, Rasulullah SAW datang dari arah Gua Hira’. Kami pun bertanya:
‘Kami semalam kehilangan engkau dan kami mencari-cari, tapi tidak menemukanmu
sehingga kami melalui malam dengan kegelisahan’. Rasulullah SAW bersabda,
“Telah datang kepadaku juru da’wah jin, maka aku pergi bersamanya lalu aku
bacakan al-Qur’an kepada mereka’. Ibnu Mas'ud berkata: ‘Kami bersama Rasulullah
SAW pun pergi menelusuri jejak, beliau menunjukkan kepada kami jejak mereka dan
juga puing-puing api obor mereka ...’.” (HR. Muslim).
Dari hadits di atas kita bisa
menyimpulkan bahwa telah terjadi dialog antara Rasulullah SAW dengan juru
da’wah jin, lalu Rasulullah SAW diajak untuk mengajarkan al-Qur’an kepada
kaumnya yang membutuhkan pengetahuan lslam.
Itulah keistimewaan yang dimiliki oleh Rasulullah SAW dan apakah
keistimewaan itu bisa juga dimiliki oleh orang lain selain Rasulullah?
Tidak ada dalil dari al-Qur’an
maupun al hadist yang menjelaskan bahwa manusia bisa berdialog dengan jin dalam bentuk aslinya, apalagi kalau hal itu terjadi
face to foce. Tapi kalau bisikan dan suara, hal itu bisa terjadi. Orang
tersebut, tidak melihat sosok jin yang sebenarnya, tapi ia mendengar suaranya
atau ucapannya. Allah berfirman, “Dan demikianlah Kami
jadikan
bagi
tiap-tiap
nabi
itu
musuh,
yaitu
syetan-syetan
(dari
jenis)
manusia
dan
(dari
jenis)
jin,
sebagian
mereka
membisikkan
kepada
sebagian
yang
lain
perkataan-perkataan
yang
indah-indah
untuk
menipu
(manusia)
...”. (QS. Al-An’am: 112).
Syetan manusia (para dukun, tukang sihiq
tukang ramal) tidak melihat wujud syetan jin dalam bentuk yang sebenarnya, tapi
dialog melalui bisikan atau suara.
DIALOG MANUSIA DENGAN JIN SECARA LANGSUNG
Tapi kalau dialog dengan jin yang
menampakkan diri dengan menyerupai manusia atau lainnya, maka hal itu bisa saja
terjadi. Dan kebenaran dari keiadian
itu tidak hanya disebutkan dalam al-Hadits tapi juga dicatat dalam lembaran
al-Qur’an. Tidak hanya Rasulullah SAW. yang mampu berdialog dengan jin yang
menampakkan diri, tapi shahabat atau semua orang mukmin juga bisa melakukannya.
Dan bahkan orang kafir dan orang musyrik
pun bisa melaksanakannya.
Allah berfirman menceritakan dialog
antara orang kafir Quraisy dengan raja syetan (lblis) yang menampakkan diri di
Perang Badar sebagai tokoh mereka waktu itu, Suraqah bin Malik, “Dan ketika
syetan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: ‘Tidak
ada seorang pun manusia yang dapat menang terhadap kamu pada hari ini, dan
sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu’. Maka tatkala kedua pasukan itu telah
dapat saling lihat melihat (berhadapan), syetan itu balik ke belakang seraya
berkata: “Sesungguhn ya saya berlepas daripada kamu, sesungguhnya saya dapat
melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat (malaikat), sesungguhnya
saya takut kepada Allah’. Dan Allah sangat keras siksa-Nya.” (QS. Al-Anfal:
48).
Begitu juga Abu Hurairah, la pernah
berdialog dengan jin yang menampakkan diri sebagai manusia. “Ketika dia
ditugaskan oleh Rasulullah SAW untuk menjaga hasil zakat Ramadhan, datanglah seseorang lalu
mengambil zakat itu. Dia pun
menangkapnya seraya mengancam: “Demi Allah, saya akan melaporkan hal ini ke Rasulullah.
la membela diri dengan mengiba: ‘Saya dan keluargaku sangat membutuhkan makanan
ini’. Maka dia pun melepaskannya, dan di pagi harinya Rasulullah SAW bertanya
kepadanya, ‘Wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan tawananmu semalam?’ Dia pun
menceritakan apa yang terjadi. Lalu Rasulullah bersabda, ‘la telah
membohongimu, dan ia pasti akan kembali lagi’. Dan ternyata benar, ia kembali
lagi. (kejadian itu berulang sampai tiga kali). Dan yang terakhir kalinya dia
(Abu Hurairah) diajari jin tersebut agar selalu baca ayat kursi saat menjelang
tidur, agar tidurnya terjaga dari gangguan syetan. Ketika hal itu diceritakan ke Rasulullah SAW,
beliau bersabda, ‘Adapun kali ini ia benar padahal ia adalah pembohong, tahukah
kamu siapa yang kamu ajak dialog selama tiga kali itu? Ia adalah Syetan.” (HR.
Bukhari).
DIALOG DENGAN JIN MELALUI MEDIATOR
Atau bisa iuga terjadi dialog antara
manusia dengan jin melalui mediator. Seperti orang yang kesurupan. Terkadang
mulut orang yang kesurupan dipinjam oleh jin yang merasukinya untuk berdialog
dan berkomunikasi dengan manusia. Para ulama’ telah membuktikan kebenaran dari
pern;rataan ini, bahkan mereka sendiri telah melakukannya. Sebagaimana para ustadz/kyai yang
sering memberikan layanan teraphy juga sering melakukan dialog dengan jin
melalui mulut orang yang sedang kerasukan yang mereka terapi. Walaupun pada
kenyatannya tidak semua jin yang merasuk ke tubuh manusia mau diajak dialog. Dan
ingat, tidak semua yang dikatakan
jin itu benar, kita harus selektif terhadap pernyataan-pernyataan mereka.
Sebagai mana yang dilakukan Abu Hurairah saat diajari jin tentang faedah ayat
kursi, saat itu Rasulullah SAW
menyatakan, “Shadoqaka wa huwa
kadzub” (Kali ini dia benar, dan
sebenarnya dia itu pembohong).
Semoga yang sedikit ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, bagi saya dan anda. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar