Senin, 03 Desember 2012

ALLAH PUSAT SEGALANYA




Oleh  :  pak Agus Balung

Ada sepasang suami istri yang datang ketetangga mereka untuk  pinjam mobil , guna suatu keperluan.    Namun saat mereka pinjam, mobil itu hilang. Dan tentu saja, itu meninggalkan masalah.  Tetangganya minta gant irugi atas mobil tersebut.   Tetangga tersebut minta ganti sebesar 130 juta,  atau mobil sejenis.  Bagi pasangan suami istri ini tidak mudah.  Mobil tetangganya ini udah dilengkapi alarm,  dan dilengkapi GPS pula. Dan lagi tidak ada asuransinya. Ternyata masalahnya semakin menjadi jadi, semakin berkembang,  sebab tetangga ini, si pemilik mobil,  jadi kalap.  Ia melaporkan  suami isteri tersebut ke polisi sebagai perbuatan yang menyengaja mobil ini menjadi hilang dan tuduhan macem-macem.

Ada banyak hal yang kita bisa  belajar dari kisah ini.  Mereka,  suami istri tadi walaupun dilaporkan ke  polisi, mereka begitu tenang.

Pertama, mereka sadari,  ini semua  kehendak Allah.    Apakah Allah hendak menyusahkan mereka?    Mereka  yakin seyakinnya, jawabannya   pasti tidak.    Allah pasti menghendaki yang baik-baik saja bagi setiap makhlukNya.   Siapa yang mengizinkan mobil tetangga itu mereka pinjam?  Jawabnya pasti Allah.  Siapa sih yang menghendaki mobil itu hilang ketika dipakai,  pinjem lagi, tentu tidak ada.  Tapi mengapa ini bisa terjadi?   Semua ini bisa terjadi sebab atas  kehendak Allah.   Dan sebab Izin-Nya pula, mereka menanda tangani surat pernyataan kesediaan akan  mengganti mobil tersebut, dengan penuh ketenangan. Masya Allah, sungguh luar biasa.

Ketika ditanya kenapa bisa tenang,  mereka bilang, hanya dengan mengingat Allah, hati jadi tenang.      Dari kisah suami istri ini memaksa kita  belajar lagi rangkaian ayat-ayat yang insya Allah kita  hafal:

Allah meluaskan rizki dan menyempitkannya bagi siapa yang DIA kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan dunia, padahal kehidupan dunia itu dibanding dengan kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan yang sedikit.    (ar Ra’du: 26).

Suami istri ini berkisah, mereka menganggap ini adalah pelajaran iman, pelajaran tauhid.  Bukan masalah, juga bukan persoalan. Tapi berkah.   Siapakah orang yang paling beruntung, selain dia yang mendapatkan pelajaran dari Allah dan Allah yang langsung mengajarnya. Subhanallah.


Kita semua “diajarinya”. Diajari oleh beliau-beliau, diajari oleh sepasang suami istri yang kehilangan mobil pinjaman.  Apa yang telah terjadi, bagi suami istri ini adalah kehendak Allah semata.  Menurut mereka, mereka senang, mereka susah, sepenuhnya bukan urusan manusia, akan tetapi urusan Allah.
Susah, senang, bahagia, menderita, baik ataupun buruk yang menimpa atas diri kita,  semuanya urusan Allah.  Allah yang ngatur, Allah yang berkehendak. Bahkan semua yang terjadi dimuka bumi ini, baik yang besar maupun yang kecil, yang makro ataupun yang mikro,  semuanya tertuju pada Allah.    So…..apapun yang terjadi atas diri kita,  just one word…. Allah.

Dan memang begitulah adanya.. Banyak orang yang gagal mendapatkan sesuatu, gagal mengerjakan sesuatu, gagal mencapai sesuatu, atau sebaliknya, lalu tiba-tiba saja mereka mempersekutukan Allah.  Loh, koq……..?
Begini… ada orang yang sudah ngumpulin duit sampe 80 juta. Niatannya mau pergi haji. Tapi kemudian anaknya ada keperluan mendesak. Dia harus cairkan uang itu tapi buat urusan anaknya. Bukan urusan hajinya. Kalau keluar omongan: “Mestinya saya pergi haji tahun depan, udah daftar, dan bisa langsung lunas. Tapi ada-ada aja. Gara-gara anak saya, akhirnya saya gagal deh berhaji.”
Tipis sih. Mungkin kita juga ga ada maksud mempersekutukan Allah.   Namun kualitas pembicaraan sungguh akan mempengaruhi kualitas hati. Segitu urusannya urusan anak sendiri. Kalo orang lain yang ngembat, wuah akan lebih sengit lagi ngomongnya.

Ada juga yang sudah mempersiapkan biaya untuk S2.  Tapi iparnya datang, butuh duit.  Sementara  duit persiapan S2 belum lagi dipakai.  “Silahkan dipakai, tapi jangan sampai Desember besok ya mulanginnya. Mau dipakai  buat pendidikan si abang S2.” Begitu kata istri ini mengingatkan. Tapi kemudian sampai 2 tahun dari perjanjian yang hanya 1-2 bulan  saja, duit itu tak  kunjung dikembalikan.   Nah, tuhannya siapa tuh kalo begini?    Banyak yang kemudian tidak mau menerima keadaan, dan kemudian segalanya jadi berantakan. Harusnya kan yang berantakan,  kalaupun harus berantakan adalah S2 nya saja.  Tidak  merembet ke kehidupan yang lain.   Suami istri ini menyalahkan keadaan, menyalahkan ipar, si pemakai duit.  Kalau enggak dipakai,  tentu sudah selesai S2.    Dan akan semakin bertambah tuhannya.  “Kalo S2, kan bisa naik pangkat, naik karir. Kebetulan ada promosi di kantornya suami,” keluh istrinya. Wuah, bener-bener semakin banyak tuhannya.    Emangnya ada yang bisa mendatangkan manfaat dan menolaknya, selain Allah?

 Apa bener kalau duit ada, pasti bisa S2 nya, apa bener kalau bisa S2 lalu bisa naik pangkat, Dan apa bener juga kalau gak ada duit ga bisa S2.  Dan apa bener kalau gak S2 gak bisa ikut promosi, Emang siapa yang bisa ngizinin S2 dan tidak,  Siapa juga yang bisa ngizinin seseorang naik pangkat, turun, atau malahan dipecat.
Manfaat  berbaik sangka kepada Allah, akan membuat ketenangan,  juga akan menjadi semakin hebat. Seperti yang dialami suami istri yang pinjam mobil tapi harus mengganti mobil tersebut karena  hilang.
Apakah sudah lapor polisi,  sebagai ikhtiar, sudah.

Kembali lagi ke sepasang suami istri yang kehilangan mobil pinjaman tadi,.  mereka kemudian tanda tangan saja didepan polisi, kesediaan untuk mengganti mobil yang dihilangkannya. Dengan entengnya mereka mengembalikan kepada Allah.  Asalnya masalah ini dari Allah, jadi ya  kita kembalikan saja lagi kepada Allah.”

Tapi darimana menggantinya.  Mereka gak mikiriin, mereka mikirin Allah saja.  Kalau mikirin masalah bisa stress.  Bener gak sih, mereka gak stress ??
Sebenarnya, suami istri ini stress juga, tapi mereka melawan, mereka fight.  Mereka menangis dihadapan Allah, diatas sajadah, ditengah malam.  Memohon untuk tetap tegar dan tenang, memohon pertolongan Allah.  Dan mereka yakin akan pertolongan Allah.

Semua kejadian yang menimpa kita, di masa depan dan yang sudah kita lalui, siapa yang mampu  untuk mendapatkan dan menghindarinya?    Tidak ada.    Sekuat apapun kita tidak akan bisa menolak.  Begitu juga sebaliknya selemah apapun kita, tidak seharusnya kita tertimpa  masalah. Jadi semua itu karena Allah.

Suami istri ini memposisikan diri sebagai yang lemah.  Allah yang Maha Kuat.    Seberapapun mereka menghindari kejadian ini, hanya akan menambah lemah dan lemah, sakit dan sakit. Akhirnya yang ada hanya sesal nantinya.   “Coba dulu gak usah pergi, kan gak perlu pinjam mobil.  Coba dulu gak usah pengen enak, pakai angkot aja, atau pakai taxi dah.  Kan gak perlu harus kehilangan mobil, kan gak perlu kita bingung dana untuk mengganti”. Makin dicari kalimat-kalimat seperti ini, makin semakin banyak faktor pembuat tidak tenang, gusar, gelisah, dan sempit hati.    “Coba tuh mobil ada asuransinya, kan gak repot…”.    Percayalah, pikiran kita akan memberikan kontribusi negatif lebih banyak lagi:   “Mana hanya pegawai rendahan… Darimana ganti mobilnya…”.   Lah kan, makin terus saja, makin panjang coba, coba, coba lagi…….. Emangnya kalau pegawai rendahan gak bakalan bisa ngembaliin mobil yang hilang?

Itulah sebabnya, mengapa kita harus kagum pada  sikap suami istri ini.  Harusnya kita juga begitu.  Beliau sudah  mau menjadikan Allah pusat segala-galanya.   Termasuk pusat segala keberhasilan, kesuksesan, kejayaan, kemenangan, kebahagiaan. Barangkali itulah sebabnya kita harus tidak boleh sekalipun lalai untuk membaca bismillah dan alhamdulillah.   Agar dari awal sampai  akhir, tetap bersama Allah dan mengingat Allah.        Dan di tengah-tengahnya ada keharusan menjaga yang wajib dan menghidupkan yang sunnah.       Agar setiap saat kita selalu bersama Allah.

Dari ayat 26 Surah ar Ra’du di atas, kita cuplik lagi ya… :

Allah meluaskan rizki dan menyempitkannya bagi siapa yang DIA kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan dunia,   padahal kehidupan dunia itu dibanding dengan kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan yang sedikit. (ar Ra’du: 26).

Dari kisah suami istri yang kehilangan mobil ini, mereka menganggap bahwa kesulitan dunia sebenarnya gak seberapanya dibanding dengan kesulitan hari akhir. Sebagaimana kesenangan dunia yang disebut Allah sebagai gak seberapanya dibanding kesenangan hari akhir. Mereka mencoba meyakini bahwa kasus kehilangan mobilnya ini barangkali akumulasi perbuatan buruknya yang berwujud mobil ini. Bisa jadi ada kesalahan di tempat yang lain, lalu berbuah kesulitan ini.


Bila tidak ada kesalahan pada diri suami istri in,   mereka akan  tetap menghibur diri bahwa Allah sedang menghendaki sesuatu terhadap mereka.  Bisa jadi ini adalah awal dari ketemunya penghasilan baru dari pekerjaan baru. Kalo gak ada masalah, tidak akan ada lompatan… Pokoknya, kalau gak Allah kehendaki pertobatan, tentu Allah menghendaki kebaikan. Persis kira-kira sebagian maksud dari ayat 27-nya, lanjutan ayat tersebut di atas:

Orang-orang kafir berkata: Mengapa tidak diturunkan kepada Muhammad tanda mukjizat dari Tuhannya? Katakanlah sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang DIA kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertobat kepada-Nya.” (ar Ra’du: 27).

Persoalan hidup, permasalahan hidup, adalah mukjizat juga dari Allah buat mereka-mereka yang mengalaminya. Kelak banyak yang bisa berhasil sebab melewati berbagai kesulitan dan persoalan hidup. Lebih berhasil, lebih terang, dari sebelom punya masalah. Suami istri ini mau menjadi yang demikian. Dan mereka bersyukur, bahwa persoalannya membawa mereka bisa meneliti kesalahan-kesalahannya kepada Allah dan kepada sesamanya. Persoalan mereka pun akhirnya disyukuri sebagai membawa ibadah yang lebih baik bagi keduanya, dan sudah menjadikan mereka menjadi lebih arif lagi bahwa bisa apa manusia kalau Allah sudah berkehendak.

Barangkali ada yang bilang di antara,  kenapa suami istri ini gak  melakukan perlawanan?   Kan bisa lapor balik, dengan pasal-pasal yang bisa dicarikan. Atau bertahan melewati berbagai pengadilan dan proses pengadilan ?
Kita pun harus menghormati pilihan suami istri ini yang memilih gak memperpanjang urusan dengan perangkat hukum.  Justeru memilih memperpanjang urusan dengan Allah saja.

Lihat ayat 28 dan 29 nya… 
Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tentram.
Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik. (ar Ra’du: 28-29).

Fokusnya suami istri ini ke Allah. Ke ibadah. Bukan ke masalahnya. Dan insya Allah dengan begini ia menjadi tenang. Dan anda yang gak setuju, jangan berkernyit dulu. Tidak apa-apa tidak setuju,  sebab tidak  harus setuju.  Namun perlu diketahui, bahwa selesainya masalah, bisa juga berawal dari ketenangan. Tanpa ketenangan, yang ada kepanikan. Dan kepanikan akan menambah banyak masalah.    Dengan mendekatkan diri kepada Allah, sesungguhnya membantu “pihak lawan” juga, agar si suami istri ini justru bisa bayar dan mengembalikan mobil yang dipinjam itu hilang.  

Semoga ini bermanfaat bagi kita semua, bagi anda dan saya. Yang sebenarnya  Allah-lah pusat segalanya. Dia yang mampu mendatangkan masalah, dan Dia pula yang mampu menghilangkan semua masalah. Allah yang meberi rizqi bagi semua makhlukNya, dan Allah pula yang mengambil setiap rizqi dari kita.  Allah pula yang mempu memberikan ketenangan dalam hati setiap hambaNya, dan Allah pula yang mengijinkan kegalauan mendera hati kita  Dan Allah-lah yang ,maha kuasa dialam semesta ini. Lalu kalau sudah demikian, mau apa lagi, masih berpaling kepada selain Allah. Subhanallah.

Tidak ada komentar: