Oleh : pak
Agus Balung
Ada sepasang suami istri yang datang
ketetangga mereka untuk pinjam mobil ,
guna suatu keperluan. Namun saat mereka pinjam, mobil itu hilang.
Dan tentu saja, itu meninggalkan masalah. Tetangganya minta gant irugi atas mobil
tersebut. Tetangga tersebut minta ganti
sebesar 130 juta, atau mobil sejenis. Bagi pasangan suami istri ini tidak mudah. Mobil tetangganya ini udah dilengkapi alarm, dan dilengkapi GPS pula. Dan lagi tidak ada
asuransinya. Ternyata masalahnya semakin menjadi jadi, semakin berkembang, sebab tetangga ini, si pemilik mobil, jadi kalap. Ia melaporkan suami isteri tersebut ke polisi sebagai
perbuatan yang menyengaja mobil ini menjadi hilang dan tuduhan macem-macem.
Ada banyak hal yang kita bisa belajar dari kisah ini. Mereka, suami istri tadi walaupun dilaporkan ke polisi, mereka begitu tenang.
Pertama, mereka sadari, ini semua
kehendak Allah. Apakah Allah hendak menyusahkan mereka? Mereka
yakin seyakinnya, jawabannya pasti
tidak. Allah pasti menghendaki yang baik-baik saja
bagi setiap makhlukNya. Siapa yang mengizinkan mobil tetangga itu
mereka pinjam? Jawabnya pasti Allah.
Siapa sih yang menghendaki mobil itu hilang
ketika dipakai, pinjem lagi, tentu tidak
ada. Tapi mengapa ini bisa terjadi? Semua ini bisa terjadi sebab atas kehendak Allah. Dan sebab Izin-Nya pula, mereka menanda
tangani surat pernyataan kesediaan akan mengganti mobil tersebut, dengan penuh
ketenangan. Masya Allah, sungguh luar biasa.
Ketika ditanya kenapa bisa
tenang, mereka bilang, hanya dengan
mengingat Allah, hati jadi tenang. Dari kisah suami istri ini memaksa kita belajar lagi rangkaian ayat-ayat yang insya
Allah kita hafal:
Allah meluaskan rizki dan menyempitkannya bagi siapa yang DIA
kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan dunia, padahal kehidupan dunia itu dibanding dengan kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan yang sedikit. (ar Ra’du:
26).
Suami istri ini berkisah, mereka
menganggap ini adalah pelajaran iman, pelajaran tauhid. Bukan masalah, juga bukan persoalan. Tapi
berkah. Siapakah orang yang paling beruntung, selain
dia yang mendapatkan pelajaran dari Allah dan Allah yang langsung mengajarnya.
Subhanallah.
Kita semua “diajarinya”. Diajari oleh
beliau-beliau, diajari oleh sepasang suami istri yang kehilangan mobil
pinjaman. Apa yang telah terjadi, bagi
suami istri ini adalah kehendak Allah semata.
Menurut mereka, mereka senang, mereka susah, sepenuhnya bukan urusan manusia,
akan tetapi urusan Allah.
Susah, senang, bahagia, menderita,
baik ataupun buruk yang menimpa atas diri kita, semuanya urusan Allah. Allah yang ngatur, Allah yang berkehendak.
Bahkan semua yang terjadi dimuka bumi ini, baik yang besar maupun yang kecil,
yang makro ataupun yang mikro, semuanya
tertuju pada Allah. So…..apapun yang terjadi atas diri kita, just one word…. Allah.
Dan memang begitulah adanya.. Banyak
orang yang gagal mendapatkan sesuatu, gagal mengerjakan sesuatu, gagal mencapai
sesuatu, atau sebaliknya, lalu tiba-tiba saja mereka mempersekutukan
Allah. Loh, koq……..?
Begini… ada orang yang sudah
ngumpulin duit sampe 80 juta. Niatannya mau pergi haji. Tapi kemudian anaknya
ada keperluan mendesak. Dia harus cairkan uang itu tapi buat urusan anaknya.
Bukan urusan hajinya. Kalau keluar omongan: “Mestinya saya pergi haji tahun
depan, udah daftar, dan bisa langsung lunas. Tapi ada-ada aja. Gara-gara anak
saya, akhirnya saya gagal deh berhaji.”
Tipis sih. Mungkin kita juga ga ada
maksud mempersekutukan Allah. Namun kualitas pembicaraan sungguh akan
mempengaruhi kualitas hati. Segitu urusannya urusan anak sendiri. Kalo orang
lain yang ngembat, wuah akan lebih sengit lagi ngomongnya.
Ada juga yang sudah mempersiapkan
biaya untuk S2. Tapi iparnya datang,
butuh duit. Sementara duit persiapan S2 belum lagi dipakai. “Silahkan dipakai, tapi jangan sampai Desember
besok ya mulanginnya. Mau dipakai buat
pendidikan si abang S2.” Begitu kata istri ini mengingatkan. Tapi kemudian
sampai 2 tahun dari perjanjian yang hanya 1-2 bulan saja, duit itu tak kunjung dikembalikan. Nah, tuhannya siapa tuh kalo begini? Banyak yang kemudian tidak mau menerima
keadaan, dan kemudian segalanya jadi berantakan. Harusnya kan yang berantakan, kalaupun harus berantakan adalah S2 nya saja. Tidak
merembet ke kehidupan yang lain. Suami istri ini menyalahkan keadaan,
menyalahkan ipar, si pemakai duit. Kalau
enggak dipakai, tentu sudah selesai S2. Dan
akan semakin bertambah tuhannya. “Kalo
S2, kan bisa naik pangkat, naik karir. Kebetulan ada promosi di kantornya
suami,” keluh istrinya. Wuah, bener-bener semakin banyak tuhannya. Emangnya ada yang bisa mendatangkan manfaat
dan menolaknya, selain Allah?
Apa bener kalau duit ada, pasti bisa S2 nya, apa
bener kalau bisa S2 lalu bisa naik pangkat, Dan apa bener juga kalau gak ada duit
ga bisa S2. Dan apa bener kalau gak S2
gak bisa ikut promosi, Emang siapa yang bisa ngizinin S2 dan tidak, Siapa juga yang bisa ngizinin seseorang naik
pangkat, turun, atau malahan dipecat.
Manfaat berbaik sangka kepada Allah, akan membuat
ketenangan, juga akan menjadi semakin
hebat. Seperti yang dialami suami istri yang pinjam mobil tapi harus mengganti
mobil tersebut karena hilang.
Apakah sudah lapor polisi, sebagai ikhtiar, sudah.
Kembali lagi ke sepasang suami istri
yang kehilangan mobil pinjaman tadi,. mereka
kemudian tanda tangan saja didepan polisi, kesediaan untuk mengganti mobil yang
dihilangkannya. Dengan entengnya mereka mengembalikan kepada Allah. “Asalnya masalah ini
dari
Allah,
jadi
ya kita kembalikan saja
lagi
kepada
Allah.”
Tapi darimana menggantinya. Mereka gak mikiriin, mereka mikirin Allah
saja. Kalau mikirin masalah bisa
stress. Bener gak sih, mereka gak stress
??
Sebenarnya, suami istri ini stress
juga, tapi mereka melawan, mereka fight.
Mereka menangis dihadapan Allah, diatas sajadah, ditengah malam. Memohon untuk tetap tegar dan tenang, memohon
pertolongan Allah. Dan mereka yakin akan
pertolongan Allah.
Semua kejadian yang menimpa kita, di
masa depan dan yang sudah kita lalui, siapa yang mampu untuk mendapatkan dan menghindarinya? Tidak ada.
Sekuat apapun kita tidak akan
bisa menolak. Begitu juga sebaliknya
selemah apapun kita, tidak seharusnya kita tertimpa masalah. Jadi semua itu karena Allah.
Suami istri ini memposisikan diri
sebagai yang lemah. Allah yang Maha
Kuat. Seberapapun mereka menghindari
kejadian ini, hanya akan menambah lemah dan lemah, sakit dan sakit. Akhirnya
yang ada hanya sesal nantinya. “Coba dulu gak usah pergi, kan gak perlu pinjam
mobil. Coba dulu gak usah pengen enak,
pakai angkot aja, atau pakai taxi dah. Kan gak perlu harus kehilangan mobil, kan gak
perlu kita bingung dana untuk mengganti”. Makin dicari kalimat-kalimat seperti
ini, makin semakin banyak faktor pembuat tidak tenang, gusar, gelisah, dan
sempit hati. “Coba tuh mobil ada
asuransinya, kan gak repot…”. Percayalah, pikiran kita akan memberikan
kontribusi negatif lebih banyak lagi: “Mana
hanya pegawai rendahan… Darimana ganti mobilnya…”. Lah kan, makin terus saja, makin panjang
coba, coba, coba lagi…….. Emangnya kalau pegawai rendahan gak bakalan bisa
ngembaliin mobil yang hilang?
Itulah sebabnya, mengapa kita harus
kagum pada sikap suami istri ini. Harusnya kita juga begitu. Beliau sudah
mau menjadikan Allah pusat segala-galanya.
Termasuk pusat segala keberhasilan,
kesuksesan, kejayaan, kemenangan, kebahagiaan. Barangkali itulah sebabnya kita
harus tidak boleh sekalipun lalai untuk membaca bismillah dan alhamdulillah. Agar dari awal sampai akhir, tetap bersama Allah dan mengingat
Allah. Dan di tengah-tengahnya ada
keharusan menjaga yang wajib dan menghidupkan yang sunnah. Agar setiap saat kita selalu bersama
Allah.
Dari ayat 26 Surah ar Ra’du di atas,
kita cuplik lagi ya… :
Allah meluaskan rizki dan menyempitkannya bagi siapa yang DIA
kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan dunia, padahal
kehidupan dunia itu dibanding dengan kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan yang sedikit.
(ar Ra’du: 26).
Dari kisah suami istri yang
kehilangan mobil ini, mereka menganggap bahwa kesulitan dunia sebenarnya gak
seberapanya dibanding dengan kesulitan hari akhir. Sebagaimana kesenangan dunia
yang disebut Allah sebagai gak seberapanya dibanding kesenangan hari akhir.
Mereka mencoba meyakini bahwa kasus kehilangan mobilnya ini barangkali
akumulasi perbuatan buruknya yang berwujud mobil ini. Bisa jadi ada kesalahan
di tempat yang lain, lalu berbuah kesulitan ini.
Bila tidak ada kesalahan pada diri
suami istri in, mereka akan tetap menghibur diri bahwa Allah sedang
menghendaki sesuatu terhadap mereka. Bisa
jadi ini adalah awal dari ketemunya penghasilan baru dari pekerjaan baru. Kalo
gak ada masalah, tidak akan ada lompatan… Pokoknya, kalau gak Allah kehendaki
pertobatan, tentu Allah menghendaki kebaikan. Persis kira-kira sebagian maksud
dari ayat 27-nya, lanjutan ayat tersebut di atas:
Orang-orang kafir berkata: Mengapa tidak diturunkan kepada Muhammad tanda mukjizat dari Tuhannya? Katakanlah sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang DIA kehendaki
dan menunjuki orang-orang yang bertobat kepada-Nya.” (ar Ra’du: 27).
Persoalan hidup, permasalahan hidup,
adalah mukjizat juga dari Allah buat mereka-mereka yang mengalaminya. Kelak
banyak yang bisa berhasil sebab melewati berbagai kesulitan dan persoalan
hidup. Lebih berhasil, lebih terang, dari sebelom punya masalah. Suami istri
ini mau menjadi yang demikian. Dan mereka bersyukur, bahwa persoalannya membawa
mereka bisa meneliti kesalahan-kesalahannya kepada Allah dan kepada sesamanya.
Persoalan mereka pun akhirnya disyukuri sebagai membawa ibadah yang lebih baik
bagi keduanya, dan sudah menjadikan mereka menjadi lebih arif lagi bahwa bisa
apa manusia kalau Allah sudah berkehendak.
Barangkali ada yang bilang di antara,
kenapa suami istri ini gak melakukan perlawanan? Kan bisa lapor balik, dengan pasal-pasal yang
bisa dicarikan. Atau bertahan melewati berbagai pengadilan dan proses
pengadilan ?
Kita pun harus menghormati pilihan
suami istri ini yang memilih gak memperpanjang urusan dengan perangkat
hukum. Justeru memilih memperpanjang
urusan dengan Allah saja.
Lihat ayat 28 dan 29 nya…
Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi
tentram.
Orang-orang yang beriman dan beramal
saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik. (ar Ra’du:
28-29).
Fokusnya suami istri ini ke Allah.
Ke ibadah. Bukan ke masalahnya. Dan insya Allah dengan begini ia menjadi
tenang. Dan anda yang gak setuju, jangan berkernyit dulu. Tidak apa-apa tidak
setuju, sebab tidak harus setuju. Namun perlu diketahui, bahwa selesainya
masalah, bisa juga berawal dari ketenangan. Tanpa ketenangan, yang ada
kepanikan. Dan kepanikan akan menambah banyak masalah. Dengan mendekatkan diri kepada Allah,
sesungguhnya membantu “pihak lawan” juga, agar si suami istri ini justru bisa
bayar dan mengembalikan mobil yang dipinjam itu hilang.
Semoga ini bermanfaat bagi kita
semua, bagi anda dan saya. Yang sebenarnya
Allah-lah pusat segalanya. Dia yang mampu mendatangkan masalah, dan Dia
pula yang mampu menghilangkan semua masalah. Allah yang meberi rizqi bagi semua
makhlukNya, dan Allah pula yang mengambil setiap rizqi dari kita. Allah pula yang mempu memberikan ketenangan
dalam hati setiap hambaNya, dan Allah pula yang mengijinkan kegalauan mendera
hati kita Dan Allah-lah yang ,maha kuasa
dialam semesta ini. Lalu kalau sudah demikian, mau apa lagi, masih berpaling
kepada selain Allah. Subhanallah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar