Oleh : Pak Agus Balung
Seorang anak muda terangguk angguk didalam bus kota sambil
menikmati ramainya lalu lintas kota. Tiba tiba dia tersentak karena suara kenek
bus yang minta ongkos. Wajah anak muda
ini mendadak sontak berubah gelisah, ternyata dia lupa gak bawa uang. Dengan wajah gak enak dia bilang ke kenek, : “Masya
Allah, maaf bang, saya lupa gak bawa uang.” Sambil tangannya merogoh kantong,
kali kali aja ada uang yang terselip’
Dengan nada kesel si kenek berkata : “Hemmmmm, pura pura, dah
kebiasaan tu, lagu lama, pake nyebut nama Allah segala, bilang aja kalo bokek.
Gak usah pake macem macem alasan.” Anak muda menjawab dengan nada lemes, : “Bener
bang, saya gak bohong.” Dengan ketus
kenek menyambar : “Alaaa, boong kamu.”
Saat itu ada seorang bapak menepuk bahu anak muda dari
belakang, sambil berkata lirih : “Ketinggalan duitnya, ya dek.” Anak muda
itupun menjawab : “iya pak, saya lupa memeriksa dompet.” Tepukan bapak itu
dibahunya sudah membuat hati dia seneng, eh, ternyata ada juga orang yang perhatikan
dia, walaupun cuma sekedar iseng, tapi itu sudah cukup menyejukkan hati.
Sejurus kemudian Bapak tadi merogoh kantongnya, dan mengeluarkan uang 100
ribuan, lalu disodorkannya uang itu ke kenek. : “Nih, buat bayar dia dan saya.
Kembaliannya untuk kamu dan anak muda ini, dibagai dua.” Wajah anak muda itu berbinar binar, ternyata,
hari gini masih ada juga ya orang yang baik.
Berkali kali dia sampaikan rasa terima kasih pada bapak tadi, sambil
dalam hatinya mengucupkan syukur pada Allah.
Si kenekpun hatinya seneng dapat tip yang lumayan.
Tentu saja cerita diatas adalah rekaan belaka, tapi kondisi
semacam itu bisa terjadi pada siapa saja, pada saya, dan juga pada anda. Kejadian sehari hari yang bisa menimpa
siapapun, dimanapun, dan kapanpun. Itulah mata
air keberkahan, mata air yang memberikan manfaat pada
kehidupan orang lain. Mata air yang memberikan
kehangatan, kesejukan, atau bahkan kebahagiaan kepada orang lain. Subhanallah.
Disadari atau tidak, kadang kadang dalam diri ini muncul
kesombongan, muncul “aku”nya, muncul ego yang tinggi. Bahwa kesuksesan, keberhasilan, kemenangan,
kejayaan, itu adalah hasil kerja nyata dari “aku”, gak ada orang lain, apa lagi
Allah, no way.
Mari, kita coba mengorek lebih dalam lagi drama sebabak
diatas. Seperti anak muda yang lupa bawa
duit, dan si kenek bus kota. Dari mana mereka dapat berkah itu, sehingga mereka
sama sama dapat tip uang kembalian 100 ribu yang dibagi dua. Kalau kita mau memberikan nilai bobot yang
lebih agar nampak lebih menonjol lagi nilai relegiusnya. Kedua duanya, si anak muda dan kenek bus sama
sama amburadul ibadahnya, pokoknya kacau deh, bukan ahli shalat, kalau toh mau
shalat sekenanya aja, bolong bolong. Dalam kondisi yang begitu itu, toh, mereka
masih juga mendapat berkah, masih mendapatkan kemudahan, masih juga mendapatkan
kenikmatan hidup, lewat tangan bapak yang dermawan tadi. Subhanallah.
Ternyata diluar mereka berdua, masih ada orang lain yang
mampu memancarkan mata air berkah, mampu
memberi manfaat bagi mereka berdua, si anak muda dan
kenek bus kota. Anak muda ini ternyata
dirumahnya masih menyimpan seorang ayah yang selalu berdoa untuknya. Sedangkan
si kenek bus masih punya seorang isteri shaleha yang juga selalu berdoa untuk
dia. Kalau mau ngomong pedesnya, dikarenakan mereka, si anak muda dan kenek,
tidak ada ibadahnya, maka sejatinya Allah gak “ngitung” mereka berdua. Akan tetapi karena ada orang yang istimewa dibelakang
mereka, maka Allah berkenan menggerakkan hati bapak tadi untuk memberikan
pertolongan pada mereka.
Nah oleh sebab itu kita gak boleh bersombong diri, dan oleh
sebab itu pula kita harus berbagi, bersedekah, agar air yang kita dapat dari mata
air berkah yang hanya Allah
yang tau, bisa dinikmati oleh yang lain.
Mari kita mencoba menafikan peran kita sendiri. Bukan untuk
melemahkan diri kita, tidak. Melainkan agar kita tidak jatuh kedalam rasa
sombong, takabur, lupa diri. Tentu saja kita
kita percaya dan yakin, bahwasanya the great mata air keberkahan yang memberikan berkah selain orang tua, ayah/ibu, mertua,
suami/isteri (keluarga terdekatlah), tentu saja Allah dan Rasulnya. Kalau bukan
Allah dan Rasulnya, siapa lagi. Gak ada.
Mari kita bayangkan, bisa apa sih kita kalau gak ada Allah. Bisa apa pula kita, kalau Allah tidak
menutus Rasulnya untuk mengingatkan kita akan Allah. Karena itu, ibadah adalah mutlak harus
dilakukan. Mutlak, tidak ada lain.
Nih, mari kta renungkan lagi, sekedar contoh sederhana
keseharian kita ini. Untuk bisa tidur
nyenyak dan nikmat dengan mimpi indah. Sebab siapa ?
Kalau kita mau mikir, dan mau ngurut ngurut, panjang
banget tu mata rantai dari mata air berkah untuk sampai kita bisa tidur nyenyak,
ada peran tukang kasur, ada peran tukang laundry, tukang kayu, tukang ini
tukang itu, pokoknya panjang deh. Nah,
sudahkah kita berdoa untuk mereka mereka yang berperan aktif agar kita bisa
tidur nyenyak dan nikmat. Rasanya gak juga, ya.
Termasuk saya………….astaghfirullah.
Dan finally, tentu saja Allah
yang ada dibalik tidur nyenyak dan nikmat juga kita lupakan. Allahpun
turut kita lupakan.
Saking enak dan nikmatnya kita tidur, maka ketika Raja Dunia, yakni Allah,
turun ke langit dunia langsung kekamar kita, kita lagi asyik dengan tidur kita
yang nyenyak dan nyaman. Bangun subuhpun
kesiangan. Astaghfirullah………….. pokoknya panjang deh. Itupun masih untung bisa
bangun, kalau terus gak bisa bangun bagun lagi gimana…….. Astaghfirullah. Yang jelas ini sekedar permulaan, just
the beginning. Silahkan
merenung sendiri, bukan anda, sayapun merenung.
Yang sedikit dan sederhana ini semoga bermanfaat bagi kita. Apapun profesi kita, semoga itu bisa menjadikan mata
air keberkahan yang membawa manfaat dan berkah bagi orang lain, bagi sesame,
Insya Allah, amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar