Oleh : pak Agus Balung
Karakter dasar orang beriman adalah senantiasa
mendengar dan taat terhadap apa pun yang menjadi ketetapan Allah Subhanahu wa
Ta’ala dan Rasul-Nya. Mendengar artinya mereka berusaha sungguh-sungguh
memahami kehendak Allah dan Rasul-Nya. Sedang ketaatan yang dimaksud adalah
ketaatan dalam menjalankan syariat, baik berupa perintah maupun larangan yang
ditetapkan Allah dan Rasul-Nya dalam al-Qu`ran dan As-Sunnah. Jadi, setelah
memahami, tanpa banyak bertanya atau mempertanyakan segera mereka ikuti dengan
ketundukan dan kepatuhan untuk menjalankannya.
“Sesungguhnya jawaban
orang-orang
mukmin,
bila
mereka
dipanggil
kepada
Allah
dan
rasul-Nya
agar
rasul
memutuskan
(perkara)
di
antara
mereka
ialah
ucapan
“kami
mendengar
dan
kami
taat.”
Dan
mereka
itulah
orang-orang
yang
beruntung.”
(An-Nuur:
51)
Kewajiban untuk taat kepada syariat
ini dijelaskan oleh Allah dalam ayat yang lain,”“Kemudian Kami
jadikan
kamu
(Muhammad)
berada
di
atas
suatu
syariat
(peraturan)
dari
urusan
(agama
itu),
maka
ikutilah
syariat
itu
dan
janganlah
kamu
ikuti
hawa
nafsu
orang-orang
yang
tidak
mengetahui.”
(Al-Jatsiyah
: 18)
Mengapa Kita Harus Taat ?
Untuk menjawabnya mari kita renungi kembali kejadian kita di dunia ini. Allah berfirman dalam al-Qur`an. “Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang Dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut? Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu, Kami jadikan Dia mendengar dan melihat.” (Al-Insaan : 1-2)
Tidak ada satupun manusia yang
sebelumnya punya keinginan untuk menjadi manusia. Bagaimana mungkin kita punya
keinginan kalau pada waktu itu kita belum ada, belum menjadi sesuatu yang dapat
disebut apa pun. Demikian juga Allah tidak pernah meminta pendapat atau
persetujuan kita sebelum Dia menciptakan kita, sebab bagaimana mungkin bisa
dimintai pendapat kalau kita sendiri belum ada. Kita hadir ke dunia mutlak
karena kehendak Allah. Allah yang punya rencana untuk menghadirkan kita ke
dunia. Bukan kita. Untuk apa kita diciptakan dan bagaimana seharusnya kita
hidup hanya Allah yang mengetahuinya.
Agar bisa memahami kehendak Allah
itu, maka dengan kasih sayang-Nya kita diberikan pendengaran, penglihatan, dan
hati nurani supaya bisa memahami. Dan agar bisa menjalani hidup dengan baik,
maka diturunkanlah al-Qur`an sebagai pedoman dan diutuslah nabi untuk
menjelaskannya dan memberikan contoh pengamalannya. Manusia tidak mungkin bisa
menjalani kehidupan ini dengan baik tanpa berpedoman kepada ketetapan Allah dan
Rasul-Nya. Seperti orang yang berjalan di kegelapan malam, walaupun matanya
terbuka tetapi kalau dia tidak melihat cahaya maka dia akan terantuk-antuk dan
tidak pernah sampai ke tujuan. Seperti rambu-rambu lalu lintas, ada jalan yang
harus kita ikuti dan ada jalan yang tidak boleh kita lewati. Karena itu,
perintah dan larangan Allah sesungguhnya adalah koridor jalan yang akan
mengantarkan kita sampai kepada tujuan.
Allah Mahatahu segalanya. Tidak ada
yang tersembunyi dari pengetahuan Allah, baik yang gaib maupun yang nyata. Dia
yang menciptakan kita juga tahu persis segalanya tentang kita, lahir maupun
batinnya. Jasmani maupun ruhaninya.
Di sisi lain, walaupun manusia
adalah makhluk paling sempurna dibandingkan makhluk ciptaan Allah yang lain,
dia tetap terbatas pengetahuannya. Manusia hanya tahu sebatas yang diajarkan
Allah kepadanya. Dia yang Mahatahu tentang makhluk ciptaan-Nya, juga tahu
bagaimana seharusnya manusia menjalani hidup. Manusia senantiasa membutuhkan
bimbingan Allah. Karena itu, sebagai makhluk yang terbatas kemampuannya, di
hadapan Allah yang pengetahuan-Nya tak terbatas, tidak ada sikap yang lebih
baik kecuali tunduk, patuh, dan taat sepenuhnya terhadap apa pun ketetapan-Nya.
Mari kita ambil perumpamaan.
Seandainya kita sakit, kemudian kita konsultasi ke dokter. Dokter mengatakan
bahwa kita menderita sakit maag yang akut. Dokter menyarankan agar kita
meninggalkan makanan tertentu: yang pedas atau yang masam. Juga tidak boleh
terlambat makan. Kalau kita ingin sembuh tentu kita akan menuruti perintah
dokter itu. Mengapa demikian? Sebab kita
menganggap dokter lebih tahu tentang penyakit kita.
Perintah dan larangan Allah adalah
wujud kasih sayang-Nya kepada kita. Allah memberi kita perintah karena Allah
tahu betul bahwa apa yang diperintahkan-Nya itu bermanfaat bagi manusia. Allah
memerintahkan kita shalat, puasa, menolong orang lain, berbuat jujur, menjaga
kebersihan jasmani dan ruhani, dan perintah-perintah yang lain karena semua itu
dibutuhkan manusia. Semua yang diperintahkan adalah membawa kebaikan,
keselamatan, keberuntungan, dan kebahagiaan. Demikian juga larangan-Nya,
semata-mata untuk mencegah kita dari kehancuran. Allah melarang kita mendekati
zina, berjudi, minum khamr, melakukan korupsi, dan larangan-larangan yang lain
karena semua itu akan membawa kehancuran bagi kehidupan manusia.
Allah berfirman dalam al-Qur`an
surat Al-A’raf : 33,”Katakanlah (Muhammad): ”Tuhanku
hanya
mengharamkan
perbuatan
yang
keji,
baik
yang
nampak
ataupun
yang
tersembunyi,
dan
perbuatan
dosa,
melanggar hak manusia tanpa
alasan
yang
benar,
(mengharamkan) mempersekutukan Allah
dengan
sesuatu
yang
Allah
tidak
menurunkan
alasan
untuk
itu
dan
(mengharamkan)
mengada-adakan
terhadap
Allah
apa
yang
tidak
kamu
ketahui.”
Oleh karena itu, adanya perintah dan
larangan itu harus kita sambut dengan penuh kesyukuran karena dengan itu kita
bisa mendapatkan apa yang bermanfaat dan terhindar dari apa yang membahayakan.
Syariat Allah Ta’ala juga merupakan
wujud keadilan-Nya. Ketika Allah menurunkan perintah dan larangan, sesungguhnya
Dia tidak punya kepentingan apa pun selain untuk mewujudkan kasih sayang dan
keadilan bagi kehidupan manusia. Seandainya semua manusia taat, sesungguhnya
ketaatan itu tidak ada manfaatnya sama sekali bagi Allah. Sebaliknya, jika
semua manusia ingkar, sama sekali Allah tidak dirugikan. Teramat mudah bagi
Allah untuk membinasakan semua manusia yang ingkar dan menggantikannya dengan
makhluk baru yang semuanya tunduk kepada-Nya.
Hal itu berbeda dengan ketetapan
yang dibuat oleh manusia. Manusia adalah makhluk yang memiliki syahwat dan
keinginan, sehingga ketetapan manusia akan mudah dipengaruhi keinginan
syahwatnya sendiri. Manusia senantiasa dipengaruhi oleh kepentingan dirinya,
keluarganya, maupun golongannya. Hanya manusia-manusia yang taat kepada Allah
sajalah yang bisa mewujudkan keadilan di muka bumi. Meninggalkan syariat Allah
akan menyebabkan terjadinya kezaliman di muka bumi.
Wallahu a’lam bish shawab.
2 komentar:
salam perkenalan
done follow
Salam perkenalan juga sahabat Iu Hazirah.....salam untuk sahabat sahabat di negeri jiran
Posting Komentar